Sabtu, 27 Agustus 2016

Gustav Sinaga, Birokrat Pemikir Dari Kantor Gubernur


 Motto:Menciptakan Kondisi Siap Membangun

     Drs Gustav Sinaga menjabat Bupati Tapanuli Utara dalam usia yang relatif muda, 45 tahun. Tetapi di saat kariernya sebagai birokrat sedang cemerlang, serta tenaga dan pikirannya masih dibutuhkan di Pemprov Sumatera Utara, beliau ditakdirkan meninggal dunia tanggal 29 Oktober 1991. Almarhum meninggal saat menjalankan tugas dalam usia 52 tahun, ketika menghadiri peresmian Kantor Dinas Pariwisata di Jalan Pancing, Medan.
          Pemerintah Daerah Sumatera Utara memang kehilangan figur birokrat tergolong handal dan senior, dengan pangkat terakhir Gol.IV/e. Almarhum secara resmi dinyatakan pemerintah meninggal dalam menjalankan tugas. Suatu peristiwa tragis yang mengejutkan ketika itu, tak ada yang menyangka kepergiannya begitu mendadak. Jabatannya yang terakhir adalah Asisten II/Ekonomi Pembangunan Setwildasu, sebuah posisi penting yang amat strategis di Kantor Gubernur. Dia birokrat profesional yang saat itu masih sangat dibutuhkan sebagai pemikir yang bisa menyelesaikan banyak tugas pemerintahan sesuai dengan talenta yang dimilikinya.
 “Kita kehilangan seorang kader pemerintahan terbaik di saat tenaga dan pikirannya sedang dibutuhkan”, kata Gubernur Sumut H.Raja Inal Siregar (alm) saat upacara melepas jenazah Alm Gustav Sinaga ke peristrahatannya yang terakhir. Banjir air mata menggenangi ratusan pasang mata pada detik-detik pemberangkatannya.
 Alm Gustav Sinaga tidak sempat diwawancarai  editor BATAKINDONEWS,  terkait penyusunan buku memoir pemimpin pemerintahan di Kabupaten Tapanuli Utara. Tetapi berbagai catatan, dokumentasi, termasuk kliping koran tentang kegiatan almarhum semasa menjabat Bupati Tapanuli Utara, setidaknya bisa memberi gambaran tentang siapa, apa, dan bagaimana sosok almarhum. Sementara itu, Ibu A.boru Pardede (isteri almarhum), turut membantu memberi keterangan lebih detil, saat ditemui Editor di rumahnya jalan Medan- Mariendal Km 4, tanggal 12 Maret 1998. Wawancara dengan ibu boru Pardede berlangsung sekitar 3 jam. Ibu yang semasa menjadi ketua PKK di Tapanuli Utara dikenal sosok yang kalam, tampaknya begitu antusias memberi penjelasan seputar profil suami yang keburu meninggalkannya dalam usia relatif muda.
                                                
                                                        *****
            Setelah dilantik menjadi Bupati Tapanuli Utara tanggal 16 Pebruari 1984 menggantikan Drs Salmon Sagala, langkah pertama yang ditempuh Alm Gustav Sinaga adalah mempelajari dengan seksama berbagai aspek tentang Tapanuli Utara, terutama menyangkut potensi, dan permasalahan secara umum. Dari inventarisasi situasi yang dilakukan, beliau membuat suatu catatan pinggir, bahwa langkah awal yang perlu diambil adalah Menciptakan Kondisi Siap Membangun.
          Istilah itu  belakangan menjadi sebuah motto, yang selalu disampaikan dalam berbagai kesempatan formal mau pun informal. Dalam wawancara dengan wartawan satu tahun setelah dilantik, beliau memperjelas motto itu sebagai upaya menciptakan iklim yang lebih kondusif dalam menyatukan derap langkah dan visi yang selaras untuk menggoalkan kebijakan, inovasi-inovasi, sentuhan ide dan program, apakah itu dari pemerintahan ansich maupun dari stakeholder pembangunan yang ada.
  “Apa gunanya kita membanggakan potensi daerah ini, jika masyarakat sendiri tidak siap menyambut program untuk menggali potensi itu”, kata almarhum. Kondisi itu dalam arti luas, antara lain kesamaan pandang/visi pemerintah dan masyarakat dalam menentukan langkah dan arah pada satu titik yang dituju. Misalnya di satu tempat, masyarakat minta dibangun sarana pendidikan, tapi ketika pemerintah mau membangun, warga pemilik tanah malah keberatan memberi tanahnya sebagai lokasi. Atau sebuah desa minta pembukaan jalan, dan ketika pemerintah mau membangun justru warga tak mau membebaskan dua atau satu meter tanahnya.Tak jarang perantau yang berasal dari satu desa menjadi penyebab gagalnya sebuah program pembangunan. Ada di antaranya yang mengklaim tanah yang mau dikelola pemerintah adalah miliknya. Kalau pun perantau kemudian setuju tapi mengajukan syarat yang bikin pusing kepala.
 Selain itu, Gustav sering menunjuk sikap mental sebagian warga masyarakat yang harus dirobah dalam konteks penciptaan kondisi siap membangun. Sikap mental itu antara lain, ketertutupan pada ide-ide konstruktif, sikap kecemburuan berlebihan pada hal-hal tertentu, watak tidak mau introspeksi diri, watak latah yang suka menjelekkan pihak lain, perilaku hidup santai dan bermalas-malas, watak pemborosan materi tanpa perhitungan untung rugi, dan berbagai perilaku lainnya yang pada dasarnya mencerminkan egoisme yang tak sesuai dengan kemajuan zaman.
  Almarhum Gustav Sinaga menegaskan, semua kebijakan yang dilaksanakannya sebagai Bupati pada dasarnya harus dilihat untuk kepentingan masyarakat Tapanuli Utara sendiri. Jangan dilihat dengan kacamata gelap, tapi lihatlah dengan kacamata netral yang terang. Sebagai Kepala Daerah, saya berkewajiban membuat sesuatu yang berguna bagi daerah ini.” Saya datang ke daerah ini bukan untuk menikmati kesenangan dengan fasilitas seperti dibayangkan banyak orang, melainkan untuk memberi suatu manfaat yang setidaknya bisa merobah apa yang kurang menjadi sesuatu yang berarti bagi masyarakat,” ucapnya.
 Bupati yang menjelang akhir jabatannya tahun 1989 mendapat penghargaan Bulang-Bulang dari masyarakat Tapanuli Utara dalam sebuah seremoni kebesaran adat Batak di Balige, mengungkapkan bahwa Taput memerlukan percepatan pembangunan dari sector swasta (investor). Upaya menarik dana swasta tersebut telah dilakukan dengan ragam kebijakan strategis sejak awal Pelita IV. Antara tahun 1984 sampai 1987, investasi swasta yang dioperasikan di Taput mencapai Rp.348 miliar, dengan serapan tenaga kerja 25 ribu orang. Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 1984/1985 hanya Rp 780 juta, tapi tahun 1987/1988 melonjak menjadi Rp 1,7 miliar.  Namun di sisi lain, almarhum menyebut, lemahnya daya nalar penduduk merupakan kelemahan yang perlu disikapi. Karena sekitar 83 persen dari 723 ribu penduduk (waktu itu/Ed), cuma berpendidikan SD ke bawah. Faktor itu, katanya, membuat masyarakat lambat menerima kebijakan-kebijakan pemerintah.
          Sejumlah investasi berskala besar termasuk swadaya masyarakat memberi warna baru bagi Tapanuli Utara. Antara lain, disebutkan pabrik pulp dan rayon yang mulai beroperasi bulan Juni 1988, perkebunan teh PTP VIII  di Sibosur Kecamatan Habinsaran, penambangan kaolin di Parmonangan, tambang mika di Pangaribuan yang diresmikan Sesdalopbang Solihin GP, dan sejumlah lainnya yang dalam proses.
 Pada tahun awal masa kerjanya, 1984, Bupati yang sebelumnya menjabat Asisten IV/Administrasi Umum di Kantor Gubsu ini, membuat patron pembangunan Tapanuli Utara berdasarkan hasil checking on the spot dan analisa yang didukung sumbang saran berbagai pihak. Peta lahan kosong, sungai, pegunungan, dan potensi alam lainnya segera dibuat. Patron itu merupakan program jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
 Selama 5 tahun masa jabatannya, berbagai penghargaan diperoleh atas keberhasilan pelaksanaan program pembangunan. Di bidang keuangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Taput mendapat penghargaan setiap tahunnya. Di bidang pembangunan pada 1984 dan 1987, Taput juara I tingkat Provinsi untuk kontes komoditas buah-buahan/tanaman spesifik, dan pengembangan peternakan, demikian pula dalam upaya pengembangan pariwisata. Di bidang koperasi, juara I tingkat Provinsi untuk Koperasi Fungsional Terbaik pada 1988. Prestasi Taput menanjak ke tingkat nasional di bidang Kehutanan (penghijauan/reboisasi) pada 1985/1986 untuk Lomba Hutan Rakyat, demikian halnya untuk penilaian Demplot, penghijauan swadaya, pengamanan hutan reboisasi, dan lain-lain.
Gustav dan isteri boru Pardede saat menyambut kunjungan Mbak Tutut (putrinya
Presiden Soeharto) di rumah dinas (Foto:Leonardo Simanjuntak Mdp)
  Laju pertumbuhan ekonomi sebagai indikator kemajuan suatu daerah, tercatat mengalami peningkatan signifikan. Pendapatan per kapita penduduk Taput pada periode 1983-1986 rata-rata meningkat 18,08 persen per tahun menurut harga berlaku. Kondisi itu masih terjaga pada periode 1987/1988, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun 1,36 persen (rata-rata nasional 2,03 persen).
          Namun keberhasilan yang dicapai selama masa jabatannya, tidak membuat almarhum Gustav Sinaga berbangga diri.” Bila ada setitik keberhasilan dalam lima tahun masa jabatan saya, itu bukanlah keberhasilan saya, melainkan keberhasilan bersama. Tapi manakala ada kelemahan dan kekurangan disana-sini, mari kita perbaiki dengan semangat dan kondisi yang tetap siap membangun”, kata almarhum pada acara temu pisah dengan wartawan, pertengahan Pebruari 1989.Dia mengaku wartawan itu mitra yang sangat diperlukan dalam menciptakan inovasi-inovasi. Tapi ia juga menyayangkan jika pers menyerangnya hanya dengan motif kepentingan pribadi yang tak terlayani. "Saya memetik pelajaran berharga ketika ada kritikan yang tendensius terhadap diri saya secara personal dengan alasan tak jelas," ungkapnya.

PEMIKIR YANG BRILIAN
          Almarhum Gustav Sinaga lahir di Tanah Jawa Kabupaten Simalungun  tanggal 23 September 1939. Pendidikan formalnya dimulai di SD Pematang Tanah Jawa pada 1945, melanjut ke SMP dan SMA di Pematang Siantar. Bakatnya di sekolah pada masa itu cukup menonjol. Beliau gemar membaca buku, koran, dan majalah, selain suka berdiskusi dengan sesama teman sekolah mengenai berbagai topik yang sedang mengemuka. Semangatnya melanjut ke Perguruan Tinggi berbuah manis, setelah menggondol gelar S1 dari Universitas Gajah Mada di tahun 1960.
 Setelah masuk PNS di awal tahun 60 an, almarhum segera mendapat posisi-posisi cukup strategis, terutama di bidang administrasi/keuangan. Pangkatnya terus melaju, dan pada 1967 menjadi Penata Muda di Biro Keuangan, Penata Muda Tk I di tahun 1970, sebagai Penata pada tahun 1971, dan menjadi Pembina sejak 1 April 1977. Pada usia 38 tahun, dipercayakan menjadi Pelaksana Kepala Biro Keuangan Kantor Gubsu. Dan kepiawaiannya menangani urusan administrasi, mengantarkannya menduduki kursi jabatan Asisten IV/Administrasi Umum Setwildasu dari tahun 1982 s/d 1984.
  Di awal tahun 1984, di saat masyarakat Tapanuli Utara ramai memperbincangkan calon-calon Bupati yang akan menggantikan Drs Salmon Sagala, rupanya Gubernur melirik Gustav Sinaga sebagai calon alternatif yang ideal untuk meneruskan kepemimpinan pemerintahan di Tapanuli Utara. Semula almarhum agak berat hati, karena isteri kurang berkenan. Tapi karena sudah ada perintah dari atasan untuk maju, akhirnya Gustav Sinaga bilang oke juga. Pada 16 Pebruari 1984, Gustav Sinaga dilantik menjadi Bupati Tapanuli Utara sesuai Keputusan Mendagri No.131.22-153 tanggal 2 Pebruari 1984.
 Banyak kalangan menyebut almarhum sosok birokrat yang memiliki loyalitas dan disiplin yang tinggi. Almarhum juga disebut para pengamat sebagai sosok pemikir yang brilian. Beberapa karya terobosan yang dibidaninya pada masa jabatannya antara lain pembuatan patron dengan disahkannya Pola dasar Pembangunan Tapanuli Utara, selain pembuatan Master Plan Kota Tarutung sampai tahun 2009. Walaupun master plan itu di kemudian hari tak dilaksanakan bupati penggantinya.
          “Bapak seorang yang sangat menjunjung tinggi sumpah jabatan dan prinsip-prinsip kedinasan”, tutur isteri almarhum, A. br Pardede mengenang. Bahkan kata boru Pardede, begitu loyalnya pada tugas, sering terjadi keluarga ditinggalkan berhari-hari. Satu contoh, saat salah seorang putrinya (Hestina) akan lahir, ibu ini harus menjalani operasi. Tapi peristiwa penting itu dimana seorang isteri mendambakan kehadiran suami, justru harus dilalui tanpa kehadirannya. Sebab pada saat itu almarhum harus mengikuti rapat keuangan Gubernur se Indonesia di Jakarta. Kelahiran putrinya Hestina di tahun 1971, sama sekali tidak dilihat ayahnya.
 Ibu A. Br Pardede yang lahir tanggal 19 September 1940, mengungkapkan, banyak kesan tak terlupakan sebagai isteri mantan Bupati. “Bapak seorang yang peduli dan penuh perhatian terhadap gerakan-gerakan Tim PKK dan Dharma Wanita, makanya ketika menjadi Ketua Tim Penggerak PKK di Taput saya harus bekerja maksimal mengikuti gaya kerja beliau”. Menurut wanita lulusan SGA Negeri Pantoan P.Siantar itu, sebagai isteri bersuamikan pejabat, ia tak pernah mau mencampuri urusan suami. ”Saya menempatkan diri saya selaku isteri yang tak terlibat dengan urusan suami”, kata ibu boru Pardede dengan mata berkaca-kaca.
          Dari perkawinan mereka pada tanggal 23 September 1963, mereka dikaruniai 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan, masing-masing:
1.  Yustina Mariana Sinaga, Sarjana Psikologi alumnus UI, yang menikah dengan Ir Mangapul Hutajulu MBA.
2.     Ir Henrad Ronald Sinaga, sarjana arsitektur lulusan UI, kawin dengan Ir Duma Nababan sarjana elektro juga lulusan UI.
3.     Ir Honer Bohem Sinaga MBA,sarjana arsitektur dari UI, dan Gelar MBA disabet dari Boston Amerika. Bekerja di Bank Boston Amerika
4.     Hestina Sinaga S.Kom,MM, sarjana computer dan management dari UI.

Priode 1984 – 1989

          Drs Gustav Sinaga dilantik tanggal 16 Pebruari 1984 berdasarkan SK Mendagri Nomor 131.22-153 tanggal 2 Pebruari 1984.Dalam awal pelaksanaan tugas, alm Gustav mencanangkan semboyan Kondisi Siap Membangun. Alasannya, tanpa kesiapan segenap lapisan masyarakat, roda pembangunan tidak akan berjalan baik sebagaimana diharapkan.        
Pandangan Gustav Sinaga tentang Taput secara umum tak berbeda dengan pandangan dua Bupati pendahulunya, MSM Sinaga dan Salmon Sagala. Membangun Taput memerlukan pendekatan sosio cultural berlandaskan filosofi Dalihan Na Tolu, selain manajemen ekonomi kerakyatan.
Sampai akhir Pelita III diakui masih ada beberapa masalah pokok yang belum terselesaikan, karena sifatnya yang klasik, jenis permasalahan yang diluar kemampuan manusia. Faktor geografi wilayah, dimana jarak antar satu kecamatan dengan kecamatan lain, atau antar desa, memerlukan jaringan infrastruktur yang lebih memadai. Topografi wilayah yang tidak rata, bergelombang, dan banyaknya jurang terjal, cukup menyulitkan pembangunan jalan dan prasarana pengairan, karena memerlukan biaya lebih besar. Sementara itu seringnya terjadi longsor menyebabkan sebagian dana terserap untuk rehabilitasi. Selain itu struktur ekonomi yang tak seimbang, lebih terpusat pada sub-sektor pertanian pangan khususnya persawahan. Belum lagi factor kesuburan tanah yang relative rendah, dan pemilikan tanah yang rata-rata hanya  berkisar 0,5 Ha per Kepala Keluarga.
          Tapi terlepas dari permasalahan itu, Gustav mengakui Taput memendam potensi sangat besar. Tersedianya lahan pertanian begitu luas untuk pengembangan pertanian, dengan dukungan curah hujan relative tinggi. Tersedianya perairan Danau Toba , areal persawahan, sungai, rawa, untuk pengembangan perikanan. Taput juga potensial berbagai bahan galian tambang yang belum berhasil memberi kontribusi kepada masyarakat dan daerah ini. “Potensi besar inilah tantangan besar yang hendak kita jawab, dan kita harus berupaya  pada kunjungan kerjanya di Pahae Julu, 1984.
Dari sudut pandang itu, persoalan yang mengusik adalah, bagaimana agar potensi itu tidak tertidur selamanya. Gustav memberi jawaban: Perlunya investasi yang lebih besar. Lalu bagaimana menciptakan modal itu, dijawabnya: selain sentuhan modal formal dari pemerintah, diperlukan kontribusi modal swasta. Dalam konteks itulah, Gustav menilai, kesiapan masyarakat untuk membangun juga sangat krusial. Tanpa adanya kondisi kesiapan masyarakat, investasi akan sulit didatangkan ke Taput.
Dalam program formal, Gustav Sinaga mencanangkan Program 4 Upaya, berakar pada Pola Dasar Pembangunan Tapanuli Utara, dan berpedoman pada GBHN yang ditetapkan melalui Tap MPR No.II/MPR/1983, serta Pola Dasar Repelita IV Provinsi Sum. Utara.     
Sesuai feasibility study pengembangan Taput 5 tahun ke depan, Program tersebut mencakup: Upaya pemanfaatan lahan kering, peningkatan industri, pengembangan pariwisata, serta peningkatan etos gotongroyong. Tujuan pembangunan Kabupaten Taput selama Repelita IV dirumuskan untuk mendongkrak produksi pertanian, meningkatkan peran menciptakan komoditi bernilai ekspor non migas, mewujudkan Taput sebagai destination area (tujuan wisata) berkelas. Sedangkan perioritas pembangunan secara global fokus pada peningkatan ekonomi daerah.
Kurun waktu Pelita IV, peningkatan produksi berhasil dicapai cukup signifikan, khususnya pada sub sektor tanaman pangan. Hasil padi sawah meningkat rata-rata 5,29 persen setiap tahunnya, demikian pula padi gogo meningkat 36,47 persen per tahun. Produksi beras pada 1984 surplus sebanyak 38,433 ton, tahun 1985 surplus 52 ton, tahun 1986 surplus 53 ton, tahun 1987 sebanyak 73 ton dan surplus meningkat lagi menjadi 80.465 ton tahun 1988. Peningkatan juga terjadi pada produksi palawija dan hortikultura. Sama halnya pada sub-sektor peternakan dan perikanan. Produksi perikanan rata-rata 10,35 persen per tahun dengan keadaan 1.328 ton tahun 1984 menjadi 1.968,86 ton tahun 1988.         

Pelaksanaan Program Inpres kurun waktu Pelita IV secara garis besar digambarkan sebagai berikut:
          Inpres Dati II dialokasikan sebesar Rp.4.841.191.000 untuk pembangunan 114 proyek jalan/jembatan. Alokasi dana ini meningkat 13 persen per tahun. Inpres Penunjang Jalan Kabupaten (IPJK) tercatat sebanyak Rp 5.642.445.000, diarahkan membangun 51 proyek infrastruktur jalan. Alokasi dana IPJK meningkat 288 persen tahun 1988/1989, dan dengan dana tersebut ring-road Pulau Samosir dapat diperbaiki. Pada Inpres Sekolah Dasar diarahkan untuk memperluas kesempatan belajar pada anak usia sekolah, serta merehablitasi prasarana dan sarana pendidikan di berbagai kecamatan. Selama Pelita IV, Taput memperoleh dana Inpres SD sebesar Rp.14.905.924.900, digunakan membangun gedung SD baru 42 unit, pertambahan ruang kelas 133 unit, rumah dinas  1.840 unit, rehabilitasi 615 unit, dan perbaikan gedung yang rusak akibat bencana alam 94 unit.
Program Inpres Kesehatan pada Pelita IV dialokasikan dana sebesar Rp 676.839.625 membangun 797 unit sarana, antara lain pembangunan Puskesmas, Pustu, rumah dokter/paramedic, pengadaan Puskesmas Keliling, pengadaan obat-obatan. Sedang untuk rehabilitasi lingkungan melalui penghijauan, Taput selama Pelita IV mendapat kucuran dana Rp.2.905.232.285. Dengan program penghijauan tersebut, seluas 7.740 Ha tanah kritis berhasil direhabilitasi. Untuk Inpres Pasar dan Pertokoan, Taput memperoleh bantuan kredit pasar Rp.165.443.000 tahun 1987/1988 untuk membangun balairung, di beberapa kecamatan yakni Lintongnihuta, Parsoburan, Sarulla dan Sipahutar. Bantuan kredit pertokoan tahun 1984/1985 Rp 2.289.387.000 untuk pembangunan pasar pertokoan Tarutung, terdiri dari 728 kios dan 764 petak penjualan. Tapi bangunan pertokoan itu rusak berat akibat bencana gempa tektonik tanggal 26 April 1987, sampai akhirnya seluruh bangunan dibongkar dan lokasinya diindahkan ke Panganan Lombu.
          Bantuan pembangunan Desa sejak 1984/1985 sampai 1988/1989 juga cukup besar, Rp.6.136.235.000 dialokasikan
membangun 6.603 proyek. Jumlah Desa Swasembada pada akhir Pelita III tercatat 130 desa, meningkat pada Pelita IV menjadi 402 desa.
Terobosan dalam peningkatan ekspor non migas juga mengalami peningkatan, dengan menggenjot produksi pada sub-sektor perkebunan. Misalnya kopi, pada akhir Pelita III tercatat sebanyak 3.165.70 ton, meningkat menjadi 3.504 ton (1987/1988).
Menurut Gustav Sinaga, pada sector infrastruktur jalan, sampai akhir Pelita IV ditargetkan sepanjang 191,250 km jalan Negara, ditingkatkan menjadi hot mix dan 332,100 km jalan provinsi kondisinya sudah memadai. Target pembangunan jalan kabupaten selama Repelita IV, yang kondisinya akhir 1983 sepanjang 480,661 Km beraspal meningkat menjadi 658,362 Km akhir 1988, jalan onderlag dari 156,359 km menjadi 177.701 km, jalan tanah dari 1.105,700 km menjadi 1.136.657 km, jembatan kayu 120 buah diciutkan menjadi 78 buah, jembatan besi dari 31 buah menjadi 43 buah, dan jembatan beton dari 113 menjadi 173 buah. Jumlah investasi yang dialokasikan untuk pembangunan pada Pelita IV mencapai Rp 67,5 miliar, berusmber dari APBN, APBD Tingkat I, dan APBD Tingkat II.
Pada periode Gustav Sinaga, berbagai investasi berskala besar mulai mengucur menambah geliat kemajuan Taput. PIR Nenas di Lumbanjulu dimulai pada 1985 dengan kebun inti 200 ha.PIR Teh PT Perkebunan VIII di Habinsaran juga dimulai sejak 1985, pabrik pulp dan rayon PT Inti Indo Rayon Utama di areal seluas 200 ha dimulai tahun 1986, dengan kucuran investasi awal Rp 325 miliar untuk pulp dan Rp 176 miliar untuk pabrik rayon. Berikutnya pengolahan kaolin oleh PT Rismaduma di Parmonangan tahun 1987, penyulingan minyak sereh wangi tahun 1987, PIR Tambang PT Gunung Mikindo di Pangaribuan tahun 1987 untuk penambangan mika, feldsfar, grafit di areal 50 ha. Usaha perkebunan palawija oleh PT Pesona di Lintongnihuta yang sasarannya 85 ha untuk pengolahan palawija dan kopi Arabica. Berbagai penelitian dalam rangka investasi juga dilakukan, seperti penelitian PT Maduma Mining Industry dalam pengolahan batu kapur, penelitian emas oleh PT Muara Tara di Dolok Pinapan dan di Porsea, PIR ternak di Lintongnihuta, PIR teh di Sileang, PIR coklat di Pahae, dan lain-lain.

Pertumbuhan Ekonomi
Pada Repelita IV pertumbuhan ekonomi Taput ditargetkan sebesar 8 persen per tahun. Target ini diyakini Gustav Sinaga bisa tercapai apabila potensi-potensi yang ada berhasil “dijual” kepada pemilik modal.
Menurut perhitungan yang dibuat Kantor Statistik Provinsi Sumatera Utara dalam buku” Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 1986”, pertumbuhan ekonomi Taput periode 1983 – 1986, secara garis besar diuraikan sebagai berikut:        
Tahun 1983 Rp.170.214 (harga berlaku), dan Rp 170.214,64 (harga konstan), sedang pada tahun 1986 Rp 286.695,54 (harga berlaku) dan Rp 196.182,24 (harga konstan).      
Peningkatan pendapatan perkapita Taput diperkirakan rata-rata meningkat 10 persen setiap tahun. Dalam buku yang sama edisi 1987, pendapatan perkapita penduduk Taput periode 1983-1986, bervariasi sebagai berikut:        
Tahun 1983 Rp.243.930,41 (harga berlaku), dan Rp 243.930,41 (harga konstan), tahun 1984 Rp 290.519,02 (harga berlaku) dan Rp 261.852,71 (harga konstan), tahun 1985 Rp 340.148,39 (harga berlaku), dan Rp 264.051,40 (harga konstan), tahun 1986 Rp 401.647,21 (harga berlaku) dan Rp 274.824,69 (harga konstan). Berdasarkan harga berlaku pendapatan perkapita mengalami kenaikan rata-rata 18,08 persen setiap tahun, dan menurut harga kosntan 1983 peningkatan perkapita meningkat 4,08 persen ( Sumut 3,68 persen).
          Pada periode Gustav Sinaga juga terlaksana OKT Maduma berdasarkan SK Presiden Nomor: 065/B/1986, SK Gubsu No: 520/2625/K/1986 dan SK Bupati Taput No: 274 tahun 1986.

Biodata


Nama                        :   Gustav Sinaga
Tempat/tanggal lahir   :   Tanah Jawa, 23 Sept 1939
Pendidikan                : SD Tanah Jawa (1945)
                                :   SMP di Pematang Siantar
                                :     SMA di Pematang Siantar
                                :  S1 (Drs) dari UGM 1960
Karier/Jabatan             :         Pelaksana Kepala Biro Keuangan         Kantor Gubsu
                                            *Asisten IV Administrasi Ktr Gubsu (1982- 1984)
                                            Bupati Tapanuli Utara (1984- 1989)
                                            Asisten II Keuangan Setwildasu            (2000-2001)
Isteri                                     :   A. Br Pardede
Tempat/tanggal lahir            :      P.Siantar,19 Sept 1940
Anak-Anak                         :          1.         Yustina Mariana Sinaga
                                                    2.         Ir Henrad Ronald Sinaga
                                                    3.         Ir Honer Bohem Sinaga
                                                    4.            Hestina Sinaga, S.Kom,MM

(Penulis:Leonardo Simanjuntak,Mdp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar