Motto:Menciptakan Kondisi Siap Membangun
Drs Gustav
Sinaga menjabat Bupati Tapanuli Utara dalam usia yang relatif muda, 45 tahun.
Tetapi di saat kariernya sebagai birokrat sedang cemerlang, serta tenaga dan
pikirannya masih dibutuhkan di Pemprov Sumatera Utara, beliau ditakdirkan
meninggal dunia tanggal 29 Oktober 1991. Almarhum meninggal saat menjalankan
tugas dalam usia 52 tahun, ketika menghadiri peresmian Kantor Dinas Pariwisata
di Jalan Pancing, Medan.
Pemerintah
Daerah Sumatera Utara memang kehilangan figur birokrat tergolong handal dan
senior, dengan pangkat terakhir Gol.IV/e. Almarhum secara resmi dinyatakan
pemerintah meninggal dalam menjalankan tugas. Suatu peristiwa tragis yang
mengejutkan ketika itu, tak ada yang menyangka kepergiannya begitu mendadak.
Jabatannya yang terakhir adalah Asisten II/Ekonomi Pembangunan Setwildasu,
sebuah posisi penting yang amat strategis di Kantor Gubernur. Dia birokrat
profesional yang saat itu masih sangat dibutuhkan sebagai pemikir yang bisa
menyelesaikan banyak tugas pemerintahan sesuai dengan talenta yang dimilikinya.
“Kita
kehilangan seorang kader pemerintahan terbaik di saat tenaga dan pikirannya
sedang dibutuhkan”, kata Gubernur Sumut H.Raja Inal Siregar (alm) saat upacara
melepas jenazah Alm Gustav Sinaga ke peristrahatannya yang terakhir. Banjir air mata
menggenangi ratusan pasang mata pada detik-detik pemberangkatannya.
Alm Gustav Sinaga tidak
sempat diwawancarai editor BATAKINDONEWS, terkait
penyusunan buku memoir pemimpin pemerintahan di Kabupaten Tapanuli
Utara. Tetapi berbagai catatan, dokumentasi, termasuk
kliping koran tentang kegiatan almarhum semasa menjabat Bupati Tapanuli Utara,
setidaknya bisa memberi gambaran tentang siapa, apa, dan bagaimana sosok
almarhum. Sementara itu, Ibu A.boru Pardede (isteri almarhum), turut membantu
memberi keterangan lebih detil, saat ditemui Editor di rumahnya jalan
Medan- Mariendal Km 4, tanggal 12 Maret 1998. Wawancara dengan ibu boru Pardede
berlangsung sekitar 3 jam. Ibu yang semasa menjadi ketua PKK di Tapanuli Utara
dikenal sosok yang kalam, tampaknya begitu antusias memberi penjelasan seputar
profil suami yang keburu meninggalkannya dalam usia relatif muda.
*****
Setelah dilantik menjadi Bupati Tapanuli
Utara tanggal 16 Pebruari 1984 menggantikan Drs Salmon Sagala, langkah pertama
yang ditempuh Alm Gustav Sinaga adalah mempelajari dengan seksama berbagai aspek tentang Tapanuli Utara, terutama menyangkut potensi, dan
permasalahan secara umum. Dari inventarisasi situasi yang dilakukan, beliau
membuat suatu catatan pinggir, bahwa langkah awal yang perlu diambil adalah Menciptakan
Kondisi Siap Membangun.
Istilah
itu belakangan menjadi sebuah motto, yang selalu disampaikan dalam berbagai kesempatan formal mau pun
informal. Dalam wawancara dengan wartawan satu tahun setelah dilantik, beliau
memperjelas motto itu sebagai upaya menciptakan iklim yang lebih kondusif dalam
menyatukan derap langkah dan visi yang selaras untuk menggoalkan kebijakan,
inovasi-inovasi, sentuhan ide dan program, apakah itu dari pemerintahan ansich
maupun dari stakeholder pembangunan yang ada.
“Apa gunanya kita
membanggakan potensi daerah ini, jika masyarakat sendiri tidak siap menyambut
program untuk menggali potensi itu”, kata almarhum. Kondisi itu dalam arti
luas, antara lain kesamaan pandang/visi pemerintah dan masyarakat dalam
menentukan langkah dan arah pada satu titik yang dituju. Misalnya di satu
tempat, masyarakat minta dibangun sarana pendidikan, tapi ketika pemerintah mau
membangun, warga pemilik tanah malah keberatan memberi tanahnya sebagai lokasi.
Atau sebuah desa minta pembukaan jalan, dan ketika pemerintah mau membangun
justru warga tak mau membebaskan dua atau satu meter tanahnya.Tak jarang
perantau yang berasal dari satu desa menjadi penyebab gagalnya sebuah program
pembangunan. Ada di antaranya yang mengklaim tanah yang mau dikelola pemerintah
adalah miliknya. Kalau pun perantau kemudian setuju tapi mengajukan syarat yang
bikin pusing kepala.
Selain
itu, Gustav sering menunjuk sikap mental sebagian warga masyarakat yang harus
dirobah dalam konteks penciptaan kondisi siap membangun. Sikap mental itu
antara lain, ketertutupan pada ide-ide konstruktif, sikap kecemburuan
berlebihan pada hal-hal tertentu, watak tidak mau introspeksi diri, watak latah
yang suka menjelekkan pihak lain, perilaku hidup santai dan bermalas-malas,
watak pemborosan materi tanpa perhitungan untung rugi, dan berbagai perilaku
lainnya yang pada dasarnya mencerminkan egoisme yang tak sesuai dengan kemajuan
zaman.
Almarhum
Gustav Sinaga menegaskan, semua kebijakan yang dilaksanakannya sebagai Bupati
pada dasarnya harus dilihat untuk kepentingan masyarakat Tapanuli Utara
sendiri. Jangan dilihat dengan kacamata gelap, tapi lihatlah dengan kacamata
netral yang terang. Sebagai Kepala Daerah, saya berkewajiban membuat sesuatu
yang berguna bagi daerah ini.” Saya datang ke daerah ini bukan untuk menikmati
kesenangan dengan fasilitas seperti dibayangkan banyak orang, melainkan untuk
memberi suatu manfaat yang setidaknya bisa merobah apa yang kurang menjadi
sesuatu yang berarti bagi masyarakat,” ucapnya.
Bupati
yang menjelang akhir jabatannya tahun 1989 mendapat penghargaan Bulang-Bulang
dari masyarakat Tapanuli Utara dalam sebuah seremoni kebesaran adat Batak di
Balige, mengungkapkan bahwa Taput memerlukan percepatan pembangunan dari sector
swasta (investor). Upaya menarik dana swasta tersebut telah dilakukan dengan
ragam kebijakan strategis sejak awal Pelita IV. Antara tahun 1984 sampai 1987,
investasi swasta yang dioperasikan di Taput mencapai Rp.348 miliar, dengan
serapan tenaga kerja 25 ribu orang. Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun
1984/1985 hanya Rp 780 juta, tapi tahun 1987/1988 melonjak menjadi Rp 1,7
miliar. Namun di
sisi lain, almarhum menyebut, lemahnya daya nalar penduduk merupakan kelemahan
yang perlu disikapi. Karena sekitar 83 persen dari 723 ribu penduduk (waktu
itu/Ed), cuma berpendidikan SD ke bawah. Faktor itu, katanya, membuat
masyarakat lambat menerima kebijakan-kebijakan pemerintah.
Sejumlah investasi
berskala besar termasuk swadaya masyarakat memberi warna baru bagi Tapanuli
Utara. Antara lain, disebutkan pabrik pulp dan rayon yang mulai beroperasi
bulan Juni 1988, perkebunan teh PTP VIII
di Sibosur Kecamatan Habinsaran, penambangan kaolin di Parmonangan,
tambang mika di Pangaribuan yang diresmikan Sesdalopbang Solihin GP, dan
sejumlah lainnya yang dalam proses.
Pada
tahun awal masa kerjanya, 1984, Bupati yang sebelumnya menjabat Asisten
IV/Administrasi Umum di Kantor Gubsu ini, membuat patron pembangunan Tapanuli
Utara berdasarkan hasil checking on the spot dan analisa yang didukung
sumbang saran berbagai pihak. Peta lahan kosong, sungai, pegunungan, dan
potensi alam lainnya segera dibuat. Patron itu merupakan program jangka pendek,
menengah dan jangka panjang.
Selama
5 tahun masa jabatannya, berbagai penghargaan diperoleh atas keberhasilan
pelaksanaan program pembangunan. Di bidang keuangan dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Taput mendapat penghargaan setiap tahunnya. Di bidang pembangunan pada
1984 dan 1987, Taput juara I tingkat Provinsi untuk kontes komoditas
buah-buahan/tanaman spesifik, dan pengembangan peternakan, demikian pula dalam
upaya pengembangan pariwisata. Di bidang koperasi, juara I tingkat Provinsi
untuk Koperasi Fungsional Terbaik pada 1988. Prestasi Taput menanjak ke tingkat
nasional di bidang Kehutanan (penghijauan/reboisasi) pada 1985/1986 untuk Lomba
Hutan Rakyat, demikian halnya untuk penilaian Demplot, penghijauan swadaya, pengamanan
hutan reboisasi, dan lain-lain.
Gustav dan isteri boru Pardede saat menyambut kunjungan Mbak Tutut (putrinya Presiden Soeharto) di rumah dinas (Foto:Leonardo Simanjuntak Mdp) |
Laju
pertumbuhan ekonomi sebagai indikator kemajuan suatu daerah, tercatat mengalami
peningkatan signifikan. Pendapatan per kapita penduduk Taput pada periode
1983-1986 rata-rata meningkat 18,08 persen per tahun menurut harga berlaku.
Kondisi itu masih terjaga pada periode 1987/1988, dengan laju pertumbuhan
penduduk rata-rata per tahun 1,36 persen (rata-rata nasional 2,03 persen).
Namun keberhasilan yang
dicapai selama masa jabatannya, tidak membuat almarhum Gustav Sinaga berbangga
diri.” Bila ada setitik keberhasilan dalam lima tahun masa jabatan saya, itu
bukanlah keberhasilan saya, melainkan keberhasilan bersama. Tapi manakala ada
kelemahan dan kekurangan disana-sini, mari kita perbaiki dengan semangat dan
kondisi yang tetap siap membangun”, kata almarhum pada acara temu pisah dengan
wartawan, pertengahan Pebruari 1989.Dia mengaku wartawan itu mitra yang sangat diperlukan dalam menciptakan inovasi-inovasi. Tapi ia juga menyayangkan jika pers menyerangnya hanya dengan motif kepentingan pribadi yang tak terlayani. "Saya memetik pelajaran berharga ketika ada kritikan yang tendensius terhadap diri saya secara personal dengan alasan tak jelas," ungkapnya.
PEMIKIR YANG BRILIAN
Almarhum
Gustav Sinaga lahir di Tanah Jawa Kabupaten Simalungun tanggal 23 September 1939. Pendidikan
formalnya dimulai di SD Pematang Tanah Jawa pada 1945, melanjut ke SMP dan SMA
di Pematang Siantar. Bakatnya di sekolah pada masa itu cukup menonjol. Beliau
gemar membaca buku, koran, dan majalah, selain suka berdiskusi dengan sesama
teman sekolah mengenai berbagai topik yang sedang mengemuka. Semangatnya
melanjut ke Perguruan Tinggi berbuah manis, setelah menggondol gelar S1 dari
Universitas Gajah Mada di tahun 1960.
Setelah
masuk PNS di awal tahun 60 an, almarhum segera mendapat posisi-posisi cukup
strategis, terutama di bidang administrasi/keuangan. Pangkatnya terus melaju,
dan pada 1967 menjadi Penata Muda di Biro Keuangan, Penata Muda Tk I di tahun
1970, sebagai Penata pada tahun 1971, dan menjadi Pembina sejak 1 April 1977.
Pada usia 38 tahun, dipercayakan menjadi Pelaksana Kepala Biro Keuangan Kantor
Gubsu. Dan kepiawaiannya menangani urusan administrasi, mengantarkannya
menduduki kursi jabatan Asisten IV/Administrasi Umum Setwildasu dari tahun 1982
s/d 1984.
Di awal tahun 1984, di
saat masyarakat Tapanuli Utara ramai memperbincangkan calon-calon Bupati yang
akan menggantikan Drs Salmon Sagala, rupanya Gubernur melirik Gustav Sinaga
sebagai calon alternatif yang ideal untuk meneruskan kepemimpinan pemerintahan
di Tapanuli Utara. Semula almarhum agak berat hati, karena isteri kurang
berkenan. Tapi karena sudah ada perintah dari atasan untuk maju, akhirnya Gustav Sinaga bilang oke juga. Pada 16 Pebruari 1984, Gustav
Sinaga dilantik menjadi Bupati Tapanuli Utara sesuai Keputusan Mendagri
No.131.22-153 tanggal 2 Pebruari 1984.
Banyak
kalangan menyebut almarhum sosok birokrat yang memiliki loyalitas dan disiplin
yang tinggi. Almarhum juga disebut para pengamat sebagai sosok pemikir yang
brilian. Beberapa karya terobosan yang dibidaninya pada masa jabatannya antara
lain pembuatan patron dengan disahkannya Pola dasar Pembangunan Tapanuli Utara,
selain pembuatan Master Plan Kota Tarutung sampai tahun 2009. Walaupun master plan
itu di kemudian hari tak dilaksanakan bupati penggantinya.
“Bapak
seorang yang sangat menjunjung tinggi sumpah jabatan dan prinsip-prinsip
kedinasan”, tutur isteri almarhum, A. br Pardede mengenang. Bahkan kata boru
Pardede, begitu loyalnya pada tugas, sering terjadi keluarga ditinggalkan
berhari-hari. Satu contoh, saat salah seorang putrinya (Hestina) akan lahir,
ibu ini harus menjalani operasi. Tapi peristiwa penting itu dimana seorang
isteri mendambakan kehadiran suami, justru harus dilalui tanpa kehadirannya.
Sebab pada saat itu almarhum harus mengikuti rapat keuangan Gubernur se
Indonesia di Jakarta. Kelahiran putrinya Hestina di tahun 1971, sama sekali
tidak dilihat ayahnya.
Ibu A.
Br Pardede yang lahir tanggal 19 September 1940, mengungkapkan, banyak kesan
tak terlupakan sebagai isteri mantan Bupati. “Bapak seorang yang peduli dan
penuh perhatian terhadap gerakan-gerakan Tim PKK dan Dharma Wanita, makanya
ketika menjadi Ketua Tim Penggerak PKK di Taput saya harus bekerja maksimal
mengikuti gaya kerja beliau”. Menurut wanita lulusan SGA Negeri Pantoan
P.Siantar itu, sebagai isteri bersuamikan pejabat, ia tak pernah mau mencampuri
urusan suami. ”Saya menempatkan diri saya selaku isteri yang tak terlibat
dengan urusan suami”, kata ibu boru Pardede dengan mata berkaca-kaca.
Dari
perkawinan mereka pada tanggal 23 September 1963, mereka dikaruniai 2 anak
laki-laki dan 2 anak perempuan, masing-masing:
1. Yustina
Mariana Sinaga, Sarjana Psikologi alumnus UI, yang menikah dengan Ir Mangapul
Hutajulu MBA.
2. Ir
Henrad Ronald Sinaga, sarjana arsitektur lulusan UI, kawin dengan Ir Duma
Nababan sarjana elektro juga lulusan UI.
3. Ir
Honer Bohem Sinaga MBA,sarjana arsitektur dari UI, dan Gelar MBA disabet dari
Boston Amerika. Bekerja di Bank Boston Amerika
4. Hestina
Sinaga S.Kom,MM, sarjana computer dan management dari UI.
Priode 1984 – 1989
Drs Gustav Sinaga dilantik tanggal 16 Pebruari 1984 berdasarkan SK Mendagri
Nomor 131.22-153 tanggal 2 Pebruari 1984.Dalam awal pelaksanaan tugas, alm
Gustav mencanangkan semboyan Kondisi Siap Membangun. Alasannya, tanpa kesiapan
segenap lapisan masyarakat, roda pembangunan tidak akan berjalan baik
sebagaimana diharapkan.
Pandangan Gustav
Sinaga tentang Taput secara umum tak berbeda dengan pandangan dua Bupati
pendahulunya, MSM Sinaga dan Salmon Sagala. Membangun Taput memerlukan
pendekatan sosio cultural berlandaskan filosofi Dalihan Na Tolu, selain
manajemen ekonomi kerakyatan.
Sampai akhir Pelita
III diakui masih ada beberapa masalah pokok yang belum terselesaikan, karena
sifatnya yang klasik, jenis permasalahan yang diluar kemampuan manusia. Faktor
geografi wilayah, dimana jarak antar satu kecamatan dengan kecamatan lain, atau
antar desa, memerlukan jaringan infrastruktur yang lebih memadai. Topografi
wilayah yang tidak rata, bergelombang, dan banyaknya jurang terjal, cukup
menyulitkan pembangunan jalan dan prasarana pengairan, karena memerlukan biaya
lebih besar. Sementara itu seringnya terjadi longsor menyebabkan sebagian dana
terserap untuk rehabilitasi. Selain itu struktur ekonomi yang tak seimbang,
lebih terpusat pada sub-sektor pertanian pangan khususnya persawahan. Belum
lagi factor kesuburan tanah yang relative rendah, dan pemilikan tanah yang
rata-rata hanya berkisar 0,5 Ha per
Kepala Keluarga.
Tapi terlepas dari
permasalahan itu, Gustav mengakui Taput memendam potensi sangat besar. Tersedianya lahan pertanian begitu luas
untuk pengembangan pertanian, dengan dukungan curah hujan relative tinggi.
Tersedianya perairan Danau Toba , areal persawahan, sungai, rawa, untuk
pengembangan perikanan. Taput juga potensial berbagai bahan galian tambang yang
belum berhasil memberi kontribusi kepada masyarakat dan daerah ini. “Potensi
besar inilah tantangan besar yang hendak kita jawab, dan kita harus berupaya pada kunjungan kerjanya di Pahae Julu, 1984.
Dari sudut pandang
itu, persoalan yang mengusik adalah, bagaimana agar potensi itu tidak tertidur
selamanya. Gustav memberi jawaban: Perlunya investasi yang lebih besar. Lalu
bagaimana menciptakan modal itu, dijawabnya: selain sentuhan modal formal dari
pemerintah, diperlukan kontribusi modal swasta. Dalam konteks itulah, Gustav
menilai, kesiapan masyarakat untuk membangun juga sangat krusial. Tanpa adanya
kondisi kesiapan masyarakat, investasi akan sulit didatangkan ke Taput.
Dalam program formal,
Gustav Sinaga mencanangkan Program 4 Upaya, berakar pada Pola Dasar Pembangunan
Tapanuli Utara, dan berpedoman pada GBHN yang ditetapkan melalui Tap MPR
No.II/MPR/1983, serta Pola Dasar Repelita IV Provinsi Sum. Utara.
Sesuai feasibility
study pengembangan Taput 5 tahun ke depan, Program tersebut mencakup: Upaya
pemanfaatan lahan kering, peningkatan industri, pengembangan pariwisata, serta
peningkatan etos gotongroyong. Tujuan pembangunan Kabupaten Taput selama
Repelita IV dirumuskan untuk mendongkrak produksi pertanian, meningkatkan peran
menciptakan komoditi bernilai ekspor non migas, mewujudkan Taput sebagai destination
area (tujuan wisata) berkelas. Sedangkan perioritas pembangunan secara
global fokus pada peningkatan ekonomi daerah.
Kurun waktu Pelita
IV, peningkatan produksi berhasil dicapai cukup signifikan, khususnya pada sub
sektor tanaman pangan. Hasil padi sawah meningkat rata-rata 5,29 persen setiap
tahunnya, demikian pula padi gogo meningkat 36,47 persen per tahun. Produksi
beras pada 1984 surplus sebanyak 38,433 ton, tahun 1985 surplus 52 ton, tahun
1986 surplus 53 ton, tahun 1987 sebanyak 73 ton dan surplus meningkat lagi
menjadi 80.465 ton tahun 1988. Peningkatan juga terjadi pada produksi palawija
dan hortikultura. Sama halnya pada sub-sektor peternakan dan perikanan.
Produksi perikanan rata-rata 10,35 persen per tahun dengan keadaan 1.328 ton
tahun 1984 menjadi 1.968,86 ton tahun 1988.
Pelaksanaan Program
Inpres kurun waktu Pelita IV secara garis besar digambarkan sebagai berikut:
Inpres
Dati II dialokasikan sebesar Rp.4.841.191.000 untuk pembangunan 114 proyek
jalan/jembatan. Alokasi dana ini meningkat 13 persen per tahun. Inpres
Penunjang Jalan Kabupaten (IPJK) tercatat sebanyak Rp 5.642.445.000, diarahkan
membangun 51 proyek infrastruktur jalan. Alokasi dana IPJK meningkat 288 persen
tahun 1988/1989, dan dengan dana tersebut ring-road Pulau Samosir dapat
diperbaiki. Pada Inpres Sekolah Dasar diarahkan untuk memperluas kesempatan belajar
pada anak usia sekolah, serta merehablitasi prasarana dan sarana pendidikan di
berbagai kecamatan. Selama Pelita IV, Taput memperoleh dana Inpres SD sebesar
Rp.14.905.924.900, digunakan membangun gedung SD baru 42 unit, pertambahan
ruang kelas 133 unit, rumah dinas 1.840
unit, rehabilitasi 615 unit, dan perbaikan gedung yang rusak akibat bencana
alam 94 unit.
Program Inpres
Kesehatan pada Pelita IV dialokasikan dana sebesar Rp 676.839.625 membangun 797
unit sarana, antara lain pembangunan Puskesmas, Pustu, rumah dokter/paramedic,
pengadaan Puskesmas Keliling, pengadaan obat-obatan. Sedang untuk rehabilitasi
lingkungan melalui penghijauan, Taput selama Pelita IV mendapat kucuran dana
Rp.2.905.232.285. Dengan program penghijauan tersebut, seluas 7.740 Ha tanah
kritis berhasil direhabilitasi. Untuk Inpres Pasar dan Pertokoan, Taput
memperoleh bantuan kredit pasar Rp.165.443.000 tahun 1987/1988 untuk membangun
balairung, di beberapa kecamatan yakni Lintongnihuta, Parsoburan, Sarulla dan
Sipahutar. Bantuan kredit pertokoan tahun 1984/1985 Rp 2.289.387.000 untuk
pembangunan pasar pertokoan Tarutung, terdiri dari 728 kios dan 764 petak
penjualan. Tapi bangunan pertokoan itu rusak berat akibat bencana gempa
tektonik tanggal 26 April 1987, sampai akhirnya seluruh bangunan dibongkar dan
lokasinya diindahkan ke Panganan Lombu.
Bantuan pembangunan Desa
sejak 1984/1985 sampai 1988/1989 juga cukup besar, Rp.6.136.235.000
dialokasikan
membangun 6.603 proyek. Jumlah Desa Swasembada pada akhir Pelita III
tercatat 130 desa, meningkat pada Pelita IV menjadi 402 desa.
Terobosan dalam
peningkatan ekspor non migas juga mengalami peningkatan, dengan menggenjot
produksi pada sub-sektor perkebunan. Misalnya kopi, pada akhir Pelita III
tercatat sebanyak 3.165.70 ton, meningkat menjadi 3.504 ton (1987/1988).
Menurut Gustav
Sinaga, pada sector infrastruktur jalan, sampai akhir Pelita IV ditargetkan
sepanjang 191,250 km jalan Negara, ditingkatkan menjadi hot mix dan 332,100 km
jalan provinsi kondisinya sudah memadai. Target pembangunan jalan kabupaten
selama Repelita IV, yang kondisinya akhir 1983 sepanjang 480,661 Km beraspal
meningkat menjadi 658,362 Km akhir 1988, jalan onderlag dari 156,359 km menjadi
177.701 km, jalan tanah dari 1.105,700 km menjadi 1.136.657 km, jembatan kayu 120
buah diciutkan menjadi 78 buah, jembatan besi dari 31 buah menjadi 43 buah, dan
jembatan beton dari 113 menjadi 173 buah. Jumlah investasi yang dialokasikan
untuk pembangunan pada Pelita IV mencapai Rp 67,5 miliar, berusmber dari APBN,
APBD Tingkat I, dan APBD Tingkat II.
Pada periode Gustav Sinaga, berbagai investasi
berskala besar mulai mengucur menambah geliat kemajuan Taput. PIR Nenas di
Lumbanjulu dimulai pada 1985 dengan kebun inti 200 ha.PIR Teh PT Perkebunan
VIII di Habinsaran juga dimulai sejak 1985, pabrik pulp dan rayon PT Inti Indo
Rayon Utama di areal seluas 200 ha dimulai tahun 1986, dengan kucuran investasi
awal Rp 325 miliar untuk pulp dan Rp 176 miliar untuk pabrik rayon. Berikutnya
pengolahan kaolin oleh PT Rismaduma di Parmonangan tahun 1987, penyulingan
minyak sereh wangi tahun 1987, PIR Tambang PT Gunung Mikindo di Pangaribuan
tahun 1987 untuk penambangan mika, feldsfar, grafit di areal 50 ha. Usaha
perkebunan palawija oleh PT Pesona di Lintongnihuta yang sasarannya 85 ha untuk
pengolahan palawija dan kopi Arabica. Berbagai penelitian dalam rangka
investasi juga dilakukan, seperti penelitian PT Maduma Mining Industry dalam
pengolahan batu kapur, penelitian emas oleh PT Muara Tara di Dolok Pinapan dan
di Porsea, PIR ternak di Lintongnihuta, PIR teh di Sileang, PIR coklat di
Pahae, dan lain-lain.
Pertumbuhan
Ekonomi
Pada Repelita IV
pertumbuhan ekonomi Taput ditargetkan sebesar 8 persen per tahun. Target ini
diyakini Gustav Sinaga bisa tercapai apabila potensi-potensi yang ada berhasil
“dijual” kepada pemilik modal.
Menurut perhitungan
yang dibuat Kantor Statistik Provinsi Sumatera Utara dalam buku” Sumatera Utara
Dalam Angka Tahun 1986”, pertumbuhan ekonomi Taput periode 1983 – 1986, secara
garis besar diuraikan sebagai berikut:
Tahun 1983 Rp.170.214
(harga berlaku), dan Rp 170.214,64 (harga konstan), sedang pada tahun 1986 Rp
286.695,54 (harga berlaku) dan Rp 196.182,24 (harga konstan).
Peningkatan
pendapatan perkapita Taput diperkirakan rata-rata meningkat 10 persen setiap
tahun. Dalam buku yang sama edisi 1987, pendapatan perkapita penduduk Taput
periode 1983-1986, bervariasi sebagai berikut:
Tahun 1983
Rp.243.930,41 (harga berlaku), dan Rp 243.930,41 (harga konstan), tahun 1984 Rp
290.519,02 (harga berlaku) dan Rp 261.852,71 (harga konstan), tahun 1985 Rp
340.148,39 (harga berlaku), dan Rp 264.051,40 (harga konstan), tahun 1986 Rp
401.647,21 (harga berlaku) dan Rp 274.824,69 (harga konstan). Berdasarkan harga
berlaku pendapatan perkapita mengalami kenaikan rata-rata 18,08 persen setiap
tahun, dan menurut harga kosntan 1983 peningkatan perkapita meningkat 4,08
persen ( Sumut 3,68 persen).
Pada periode Gustav
Sinaga juga terlaksana OKT Maduma berdasarkan SK Presiden Nomor: 065/B/1986, SK
Gubsu No: 520/2625/K/1986 dan SK Bupati Taput No: 274 tahun 1986.
Biodata
Nama : Gustav Sinaga
Tempat/tanggal lahir :
Tanah Jawa, 23 Sept 1939
Pendidikan : SD Tanah Jawa (1945)
: SMP di Pematang Siantar
: SMA di Pematang Siantar
: S1 (Drs) dari UGM 1960
Karier/Jabatan : * Pelaksana Kepala Biro
Keuangan Kantor Gubsu
*Asisten
IV Administrasi Ktr Gubsu (1982- 1984)
* Bupati Tapanuli Utara (1984-
1989)
* Asisten II Keuangan
Setwildasu (2000-2001)
Isteri : A.
Br Pardede
Tempat/tanggal lahir
: P.Siantar,19 Sept 1940
Anak-Anak : 1. Yustina Mariana Sinaga
2. Ir Henrad Ronald Sinaga
3.
Ir Honer Bohem Sinaga
4. Hestina Sinaga,
S.Kom,MM
(Penulis:Leonardo Simanjuntak,Mdp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar