Selasa, 28 Oktober 2014

Pedagang Sate Hina Jokowi, Masuk Sel !












JAKARTA-EKSPRESIANA, Menghina merupakan perilaku yang berbahaya. Jangankan melakukan penghinaan atas nama agama, menghina pribadi seseorang juga bisa berakibat runyam.Tukang santet atau tukang sate, memang beda. Tapi menyangkut soal penghinaan, keduanya sama saja. Apalagi kalau orang yang dihina selevel presiden, bah memangnya gampang dan tanpa risiko? Inilah contohnya: Seorang pedagang sate di Jakarta Timur disebut-sebut telah ditangkap polisi pada Kamis (23/10) setelah dilaporkan atas dugaan pencemaran nama baik Presiden Joko Widodo. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, mengatakan laporan itu dilayangkan oleh tim kuasa hukum sekaligus politisi PDI Perjuangan, Henry Yosodiningrat.

"Iya benar. Dilaporkan oleh Henry Yoso. Inisialnya MA," kata Boy saat ditemui di Bareskrim Polri, Rabu (29/10). Meski demikian, Boy mengaku belum mengetahui detil identitas ataupun profesi MA. "Tapi saya belum cek identitas dan profesinya," kata dia. Tapi dari permulaan berita, disebutkan orang berinisial MA itu seorang pedagang sate.

Dari informasi yang beredar, MA diketahui telah ditangkap karena mengunggah sebuah gambar dua orang yang sedang berhubungan badan ke media sosialnya. Hanya saja, dua orang tersebut ditampilkan dengan menggunakan wajah Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati.

Di tempat berbeda, Henry Yoso menjelaskan ihwal laporan pencemaran nama baik yang dilayangkannya. Dia mengatakan, pelaporan tersebut dilakukan setelah Sekjen PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo memberi informasi mengenai adanya penyebaran gambar-gambar tersebut.

"Saya laporkan setelah diberitahu oleh Pak Tjahjo. Ini inisiatif pribadi saya," kata Henry saat dihubungi CNN Indonesia. Dia menceritakan, dirinya melapor pada pukul 02.00 dini hari pada 27 Juli lalu. "Waktu itu pukul 02.00 saya langsung lapor ke Mabes," ujarnya. Makanya hati-hatilah menghina orang,apalagi kalau orang yang dihina itu "kelas berat".(sp)

Minggu, 26 Oktober 2014

Nahum Situmorang, Sang Maestro Yang Kesepian Hingga Akhir Hayat













Nahum Situmorang, Sang Maestro =
Suatu malam di awal Oktober baru lalu,di sebuah warung tuak di pinggir jalan raya Tarutung-Siborongborong, sejumlah parmitu (sebutan populer untuk orang Batak yang sering mangkal di kedai tuak sambil menyanyi), sedang asyik mendendangkan lagu-lagu Batak ciptaan komponis beken, Nahum Situmorang. Uniknya, semua lagu yang dinyanyikan lima pria Batak itu adalah ciptaan Nahum Situmorang, komponis Batak legendaris yang namanya abadi dalam histori lagu Batak nostalgia yang tak lekang disiram air hujan tak lapuk dimakan waktu.
Seorang pemain gitar begitu piawai mengiringi empat pria lainnya membawakan lagu Lissoy yang terkenal. Mereka tampak bernyanyi penuh perasaan, seolah tak acuh suasana sekitar. Sambil sesekali meneguk tuaknya, silih berganti lagu karya Nahum dilantunkan.
“ Kenapa semua lagunya Guru Nahum?”, tanya penulis ketika para parmitu itu jedah sejenak.
Salah seorang menjawab, hanya kebetulan semacam acara mengenang komponis besar Nahum Situmorang,mendorong mereka kumpul di kedai itu. “Almarhum guru Nahum Situmorang adalah komponis Batak terbesar yang pernah dilahirkan,meski pun masih ada beberapa komponis Batak lainnya yang hampir setara dengan Nahum,” jelas pria bermarga Purba sambil mengajak penulis mencicipi sedikit tuak bagot (jenis tuak dari pohon enau) yang tersaji dalam sebuah kendi di atas meja. Ternyata ke empat pria itu bukan warga setempat. Mereka hanya kebetulan singgah dalam perjalanan dari Siantar menuju Sibolga. Saat itu hujan gerimis, dan mereka memutuskan singgah sebentar. “Kami lihat ada gitar, yah langsung saja dimainkan”, ujarnya tertawa lepas.
Purba mengatakan, Nahum Situmorang adalah “pendekar seni musik”(maestro) Batak yang telah menciptakan ratusan lagu yang tetap popular hingga kini. Bahkan banyak lagu ciptaan Nahum belum sempat dirilis, sampai ia meninggal pada 1969. Kepiawaian Nahum mencipta lagu, setara dengan komponis Batak lainnya seperti Ismail Hutajulu, Guru Sidik Sitompul (S.Dis), Tilhang Gultom. Sejumlah lagu ciptaan Nahum yang terkenal, di antaranya Lissoy,Tabo Dekke Niura,Boha PandungdungBulung,Sombuma roham
,Dijou au mulak tu Rura Silindung, O Luat Pahae,Pulo Samosir do, Ketabo tu Sidimpuan i, Marragam-ragam, Dekke Jahir, Marsahit Lungun , Bunga na Bontar, dan banyak lainnya yang terlalu banyak disebut satu persatu. Semua lagu Nahum sudah dirilis dalam format album kaset, kepingan vcd/dvd, dengan penyanyi berbeda. Mulai dari Trio Lasidos, hingga vokal grup yang berunculan dari waktu ke waktu.
Dari beberapa referensi, bukan rahasia lagi kalau Nahum Situmorang sampai akhir hayatnya memilih hidup sendiri (melajang),konon karena patah hati. Tak jelas ceritanya siapa gadis yang dulu begitu dicintainya, sehingga sampai usia 60 lebih, ia tidak kawin. Tapi menurut cerita, si gadis yang membuatnya patah hati adalah seorang gadis rupawan, dan masih cicit seorang tokoh pahlawan nasional. Gadis jelita yang kemudian kawin dengan seorang dokter itu, pernah diwawancarai wartawan di Tuktuk,Samosir, menyangkut kedekatannya dengan Nahum di masa muda. Namun dia menepis anggapan bahwa ia pernah dekat dengan Nahum dalam arti spesial.”Mungkin saja dia (Nahum) memendam cinta pada saya, namun tak pernah diungkapkan,” tutur wanita yang rambutnya sudah ubanan ketika itu. Dia menyebut semasa muda dulu di Tarutung, sering beramai-ramai marguru ende (latihan koor) ke gereja. Nahum sering ikut menghidupkan suasana dengan main gitar dan menyanyikan lagu-lagu ciptaannya.
Nahum Situmorang yang nama samarannya “Humstrong”, lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan, pada 13 Februari 1908. Semasa hidupnya ia sempat mengecap pendidikan di Kwekschool Gunung Sahari, Jakarta.Tapi kemudian Belanda menutup sekolah itu karena dianggap berbahaya. Dari sana Nahum melanjut ke Lembang Bandung pada 1927, tamat 1928. Tapi ia tidak diterima mengajar di sekolah negeri karena dianggap sebagai pejuang yang memusuhi Belanda. Nahum kembali ke Sibolga dan mengajar di Particuliere HIS van Batakse Studifonds. Sejak itulah panggilannya sehari-hari disebut “Guru Nahum”. Dari Sibolga, Nahum lama menetap di Tarutung. Dia menciptakan banyak lagu semasa di Tarutung. Salah seorang adiknya mengajar di SMP Nommensen Sigompulon. SMP itu belakangan tutup.
Sejak remaja bakatnya menyanyi dan mencipta lagu sudah kelihatan. Tapi bakat itu makin menonjol setelah Nahum pindah ke Medan 1950. Keindahan alam Tapanuli terutama Danau Toba dan Lembah Silindung mengundang banyak inspirasinya mencipta lagu. Di antaranya lagu Rura Silindung,Pulo Samosir,Sitogol-Sitogol,Tao Toba, Marina (pernah menghiasi film Marina pada 1960 an). Selain itu Nahum juga mencipta lagu Lontung Sisiamarina,yang melukiskan sejarah sembilan marga turunan Raja Lontung, termasuk marga Situmorang.
Menurut Purba, semasa hidupnya Guru Nahum sering menghabiskan waktunya bergaul dengan rekannya sesama penyanyi di lapo-lapo tuak di Tarutung, Siborongborong, Sibolga, Medan . Di sana ia bertemu parmitu,abang beca, bahkan pemain judi. Dari pergaulannya dengan ragam manusia Nahum makin produktif mencipta lagu. Guru Nahum sering memainkan gitar buatan Sipoholon, yang menurutnya tak kalah dari gitar buatan luar negeri.
Pernah suatu malam pada Oktober 1959, Nahum melintas di jalan Ambon, Medan . Tiba-tiba ia tertegun mendengar tangisan bayi dari sebuah rumah. Nahum tertarik mendekat untuk memantau situasi di rumah itu. Rupanya si bayi sedang rewel tak mau tidur walau ibunya berusaha meninabobonya dalam ayunan. Sang ibu menggerutu, karena suaminya belum pulang larut malam. Dari situlah Nahum mendapat ilham menciptakan lagunya berjudul Modom ma damang ucok. Salah satu lagu sentimental yang disukai perempuan Batak. Lagu itu pernah dinyanyikan Nia Daniaty dalam album lagu Batak produksi Akurama Record. Syair lagu itu melukiskan kesetiaan dan perjuangan seorang perempuan Batak mengasuh anaknya, sementara saang suami asyik di kedai tuak atau main judi.
Diduga, karena Nahum begitu sibuknya mencipta lagu, sehingga ia sering begadang. Faktor kurang tidur, membuat kesehatannya cepat menurun di hari tuanya. Nahum mulai sakit-sakitan, namun dalam keadaan sakit pun ia tetap mencipta lagu. Ketika akhirnya Nahum meninggal dunia di Medan pada 20 Oktober 1969, suasana terasa memilukan. Karena sampai akhir hidupnya tak ada isteri atau anak-anak yang melepas kepergiannya. Ia telah memilih hidup sendiri dengan jiwa seninya. Nahum Situmorang dimakamkan di pekuburan Jalan Gajah Mada,Medan. Makamnya menjadi salah satu obyek wisata bagi para pengagumnya, menyimak kembali aspek kesejarahan komponis besar itu. Banyak generasi muda sekarang tak tahu lagi persis siapa dan bagaimana guru Nahum melintasi kehidupannya di masa silam, tapi mereka mau meluangkan waktunya ikut membuka lembaran sejarah, seraya mengumandangkan ragam lagu ciptaan Nahum yang memang memiliki karakteristik tersendiri, tentang alam Tanah Batak, tentang panorama indah Danau Toba, tentang Lembah Silindung yang dicintainya, tentang kehidupan masa silam yang tak terbandingkan lagi dengan nuansa kekinian.
Pada masa mudanya, Nahum lama bergaul di Tarutung. Ia menyukai alam dan masyarakatnya yang solider. Marga- marga Situmorang merasa bangga, karena dalam salah satu lagu ciptaannya, Nahum menguntai syair molo masihol ho tu Silindung, endehon ma ende ni Situmorang ( Kalau rindu ke Silindung nyanyikanlah lagunya Situmorang). “ Terus terang saya bangga, karena Silindung itu bukan kampung halamannya marga Situmorang tapi nyanyian untuk Silindung justru lagu Situmorang”, kata Martua Situmorang, seorang pensiunan guru STM Pansurnapitu . Lagu Rura Silindung memang salah satu lagu rakyat berirama sentimental,yang sering dinyanyikan dalam berbagai event penting. Tak heran kalau alm KK Mangatas Panggabean mengatakan lagu tersebut sudah seperti “lagu kebangsaan” bagi warga Silindung.
Sebagai kenangan dan penghargaan atas jasa Nahum Situmorang dalam pengembangan lagu rakyat khas Batak, Pemda Tapanuli Utara telah menabalkan namanya menjadi nama sebuah jalan di kawasan Sigompulon Tarutung, ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara. Prasasti abadi untuk sang maestro.
Seorang komponis boleh saja sudah tiada, tapi lagu ciptaannya akan abadi sepanjang masa. Tapi menjadi pertanyaan sekarang, akankah masih ada lahir komponis dengan talenta, visi, dan misi Guru Nahum di tengah semarak kemunculan para pengarang lagu dan penyanyi asal Tapanuli? Sejarah juga yang akan mencatat. (Leonardo TS / diperkaya berbagai sumber/lihat juga Kompasiana.Com)

Rabu, 22 Oktober 2014

Pria Belanda Ini Mahir Marhobas a la Batak,Lho...


          








Mr Barry tak canggung lagi melaksanakan tugasnya sebagai
boru harus ikut marhobas membagikan jambar dalam pesta
adat Batak spt terlihat pada foto. (khas) =
Asam di gunung ikan di laut, bertemu dalam kuali. Begitu kata peri bahasa lama yang selalu terjadi menyangkut jodoh manusia.
            Agaknya itu juga yang terjadi pada diri Mr Barry, pria Belanda yang belakangan menjadi istri Boru Tobing dari Tarutung, Sumatera Utara. Meski awalnya sering gagap saat harus ikut menghadiri acara adat Batak, lama kelamaan orang Belanda ini bisa menyesuaikan diri dalam komunitas orang Batak.
            “Sebagai boru atau hela (menantu) dari orang Batak, saya harus bisa menempatkan diri selaku boru, meski pun saya orang Belanda,” ujar pria bertubuh tambun ini saat ditanya bagaimana perasaannya sebagai menantu orang Batak.”Sangat senang, sangat senang, saya suka marhobas seperti ini,” ujarnya seraya menunjuk kain sarung yang melilit pinggangnya, saat berlangsung sebuah pesta adat keluarga mertuanya marga Tobing.
            Hari itu, Barry tampak sibuk dan sigap menjalankan peranannya sebagai “boru” dalam pesta adat perkawinan “lae” (iparnya) di Wisma Evi Roida,Pardangguran, Tarutung.  Seperti lazimnya, saat “marhata” (pembicaraan adat) harus ada pihak “boru” yang bertugas hilir-mudik menyampaikan “jambar” (pembagian mahar) kepada pihak hula-hula dalam bentuk uang berupa “panandaion” (pengenalan) dan “tuhe” (jambar untuk marompu-ompu).
            Barry si pria Belanda yang sudah diangkat menjadi marga Simangunsong itu tampak melilitkan kain sarung di pinggang, dan bersama seorang pria berstatus “boru” lainnya, pria Belanda ini pun harus sigap ke sana-kemari mengantar “jambar” sesuai yang disebutkan juru bicara “hula-hula”. Semua yang hadir pun tertawa menyaksikan gerak-gerik si Belanda yang tampak lucu,karena itu suatu hal yang jarang dilihat. Namun si Belanda bersikap biasa saja. Kalau ada yang menegor, ia membalas dengan senyuman ramah."Horas,horas ma Amang," katanya berulang kali.
            “Hela” (menantu) dari marga Tobing yang berasal dari Banua Aji,Adian Koting ini, memang lebih fasih berbahasa Indonesia dari pada bahasa Batak. Dia bisa mengerti dan mengucapkan beberapa patah bahasa Batak.” Nanti saya akan belajar lagi, sampai bisa bahasa Batak”, katanya polos. Dia mengaku tinggal di Jakarta bersama istrinya boru Tobing tercinta.
             Sementara Boru Simanjuntak sang ibu mertua Barry mengatakan kepada EKSPRESIANA di pajak Tarutung,  bahwa menantunya orang Belanda itu secara bertahap makin memahami adat istiadat orang Batak. Kedua pasangan berbeda ras itu kini sudah dikaruniai seorang anak perempuan."Hela kami itu sudah bermarga Simangunsong," ungkap Tobing bangga punya menantu bule. (leonardo ts)

Sabtu, 18 Oktober 2014

SMS Dari Orang Mati...








Ilustrasi (BBC)-
London,EKSPRESIANA= Ini boleh jadi cerita misteri, yang boleh dipercaya, boleh tidak, atau sekadar mengernyitkan alis. Seorang perempuan Inggris mengaku sangat terkejut ketika mendapat pesan pendek atau SMS dari nomor neneknya yang sudah meninggal dunia.
Di masa hidupnya, nenek yang bernama Lesley Emerson itu gemar mengirim pesan pendek kepada para anggota keluarganya di South Shields, kota pesisir di dekat Newcastle.
Oleh karena itu, ketika Emerson (59), meninggal dunia pada 2011, keluarganya memutuskan untuk menguburkan telepon genggam bersama jasadnya.
"Beberapa di antara anggota keluarga terus mengirim SMS ke nomor tersebut," tulis BBC.
Pekan lalu, cucu Lesley Emerson, Sheri, mendapat jawaban pesan pendek yang berbunyi, "Saya mengawasimu dan semuanya akan lebih baik. Terus maju".
Keluarga Emerson kemudian menelepon nomor tersebut dan dijawab oleh seorang laki-laki. Ia menuturkan sudah menggunakan nomor itu selama beberapa pekan.
Padahal, kata keluarga Emerson, perusahaan telepon O2 telah memberikan jaminan bahwa nomor tersebut tidak akan diterbitkan lagi.
Perusahaan layanan telepon kini sudah meminta maaf atas kejadian itu. BBC mencoba menelepon ke nomor itu tetapi pemilik nomor baru tidak menjawab panggilan. [BBC/sp)

Jumat, 17 Oktober 2014

Prabowo Menghormat Jokowi! Politik Negarawan Yang Santun











Prabowo menghormat Jokowi. Cermin politik kenegarawanan yang santun
(detik)
JAKARTA-EKSPRESIANA= Inilah politik kenegarawanan yang santun dan perlu dicontoh di masa depan. Dua tokoh yang berkompetisi pada pilpres 2014, yang memicu multi opini dan trik politik, dan melejitkan suhu politik ke level terpanas, akhirnya bertemu dalam suasana kenegarawanan yang mungkin mengejutkan banyak pihak.
  Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) mengaku kaget saat Ketua Umum Partai Gerindra memberikan salam hormat saat bertemu di kediaman orangtua Prabowo, di Jakarta, Jumat (17/10).

“Saya kaget beliau memberi salam seperti itu. Namun, intiny, yang saya rasakan, media nasional, media lokal, bahkan media asing menyampaikan situasi politik genting, panas, dan membara. Saya buktikan Pak ARB, ketemu Pak Prabowo. Sebelumnya, Ketua DPR, Ketua MPR. Gak ada masalah apa-apa,” katanya, saat menghadiri peluncuran buku "Revolusi Mental untuk Transformasi Bangsa,” di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (17/10).

Mengapa baru bertemu Prabowo? Jokowi mengatakan, dirinya bertemu pimpinan partai Golkar Aburizal Bakrie karena alasan sepele. “Partai Golkar kan lebih besar dari Gerindra,” ucapnya.

Dia mengatakan, pertemuan dengan Prabowo merupakan silaturahmi dirinya. “Saya merangkul semua. Pak Prabowo menyambut dengan baik. Beliau malah mengundang saya ke Hambalang,” katanya. (sp)

(STORY) Janji Kekasih Misterius




Janji Kekasih Misterius
(LEONARDO TS)==
 


 Di pinggir sungai kota T, mereka berpapasan lagi. Kalau gadis itu tersenyum kecil, maka pemuda itu tersenyum lebar. Kalau gadis itu menahan tawa sambil membekap mulut dengan sebelah tangannya, maka pemuda itu juga tertawa sambil batuk ditahan. Awalnya beberapa kali berpapasan itu tanpa bunyi, tanpa sapa. Lalu, belakangan pemuda bernama Sitor itu yang menegur pertama kali. Itu pun sudah mati-matian.
  “Mau kemana?”
“Mau ke sana.”
Atau bila pertanyaan Sitor “ dari mana”, gadis itu menjawab singkat “ dari sana”. Dan selalu ada bumbu tawa renyah, tawa rincing yang menarik, tawa bugar yang menyehatkan ruang dengar Sitor. Tawa yang berlabuh indah ke ulu hati.
  Itulah yang terjadi hari-hari yang lalu. Dari Januari ke Pebruari. Monoton awalnya, tapi bersayap. Seperti ada sinyal-sinyal ketertarikan satu sama lain.
  Kini, awal Maret. Masih di kota T yang dibelah sungai yang airnya kekuningan dan mulai dangkal. Mereka seperti ditakdirkan dewa-dewi, berpapasan lagi di pinggiran sungai itu. Tapi bukan lagi seperti hari-hari lalu, kalau bertemu saling senyum, saling tertawa, atau saling sapa. Kali ini mereka sudah duduk bersama di sebuah lapak penjual mi sop bertenda plastik biru. Di atas ketertarikan, ada rasa suka. Dari rasa suka tak terlalu rumit lagi menuju rasa sayang, dan dari rasa sayang mengarah rasa cinta. Begitu.
  Saling tanya “dari mana” atau “mau kemana”, sudah silam. Kini intimitas itu makin nyata, ibarat enceng gondok merapat ke perahu layar di Danau Toba. Dialog yang terjadi sudah maju ke tahapan lebih modern, lebih gaul, lebih transparan.
 “Siapa namamu?”
“ Sitor...”
“Dan namamu?”
“ Mince...Mince Katiempo”
Lalu terdengar nada heran yang pemuda.” Lho, seperti nama Manado. Apa kamu orang Manado?”
Datar saja suara Mince menyahuti:” Kalau orang Manado, kenapa?Kok heran?”
“Nggak, ya hanya heran kok di sini ada gadis Manado, dan manis lagi...”, Sitor melepas tawa dengan intonasi suara beratnya.

  “Kalau ada pemuda Batak di Manado sana, apa itu aneh?” Mince menyeruput air putih dari gelas. Sitor juga meneguk kopi manisnya. Terasa kurang gula, tapi tak perlu dikomentari.
  “ Ya, lupakan saja deh soal Manado dan Batak. Kita anggap saja sama-sama orang Indonesia, selesailah sudah. Oke?”
  “Saya bukan orang Manado,kok. Hanya nama saya mirip seperti Katoppo, nama marga Manado. Itu maksudmu kan?” kata Mince kemudian.
  “Baiklah, kita orang Indonesia saja, tuntas sudah,” balas Sitor lembut berirama.
  Mince mengangguk. Tertawa lepas lagi. Suaranya memang tak semerdu Yuni Sara, tapi cukup feminin di telinga Sitor. Percakapan itu berlangsung terus, dalam suasana ceria. Tampaknya sama-sama sudah suka. Atau cinta? Hanya mereka yang pastikan itu. Yang pasti, mereka makin sering bertemu. Dan paling kerap di tepi sungai kota T itu.
  Senja itu, adalah senja yang ke sembilan  mereka bertemu. Juga makan mi sop yang hangat sambil minum juice jeruk. Yang bayar tak selalu Sitor. Untuk yang ketiga kali, Mince yang traktir.
  Dan malam pun merayap perlahan, seiring tenggelamnya nuansa merah jingga di ufuk barat. Bulan sedang menuju padam. Tak seterang seminggu sebelumnya ketika bulan masih menggantung di angkasa raya. Hanya cahaya lampu rumah dekat sungai itu yang menerangi suasana temaram. Sitor mengenakan jeket pilot kumal menutupi kaos oblong bertuliskan Hotel California itu. Mince tampak seksi dengan jelana keeper putih dikombinasi kaos biru liris-liris. Tampak lekuk-liku tubuh montoknya mengundang mata berkolaborasi dengan bokong yang penuh dan melambai-lambai ke kanan kiri ketika berjalan. Sitor tak bosannya memuji kebahenolan Mince walau dalam hati. Maka wajar bayangan erotis itu makin sering menggumpal di depan mata.
  Pada malam tak berbulan ini, mereka cerita ngalor-ngidul ke segala arah, ragam topik. Sitor ingat ini adalah pertemuan ke empat pada malam hari di tanggul sungai itu. Cukup aman dan romantis, terlindung dua batang pohon yang rimbun. Pada pertemuan ketiga, Sitor sudah mencoba mencium bibir Mince, tapi gagal. Bukan bibir yang kena cium melainkan pipi. Pada hal Sitor bercita-cita harus melumat bibir bagus itu sekali. Tapi Mince selalu menolak, dengan dalih sederhana,” sabar bang, ada waktunya”. Sitor penasaran tapi ia merasa tak etis jika terus memaksa. Sudah ke sekian kali Mince berhasil mengelak sehingga ciumannya hanya singgah di pipi.
  Dan malam ini, Sitor masih mencoba. Tapi ketika ia mencoba memalingkan wajah gadis itu ke arahnya, Mince melintangkan jari telunjuknya di bibir, syarat melarang. “Kubilang, sabar...”. Ah, Sitor tak hanya penasaran, tapi sedih.
  Sitor menatap sungai yang mengarus deras dalam kelam. Sitor merasa hatinya juga kelam. Kenapa Mince tak juga mau dicium, hanya sekali saja. Itu kan pertanda atau manifestasi cinta saja. Bukan manifestasi nafsu birahi. Mince membelai rambutnya dari belakang, lalu berbisik,” Penting kalikah abang mau cium aku?”
  Sitor tak segera menjawab. Ia merasa hatinya dilembuti jemari si gadis yang menjelajah rambut semi gondrongnya di bagian belakang. Terasa lembut dan mesra.
  “ Mince sayang, malam ini cinta makin mengepul, tapi tak ada ciuman.”
 Justru Mince tak menanggapi perkataan itu. Ia menunjuk ke depan, berkata,” Air mancur itu indah, lihat bang airnya menari-nari mengikuti irama lagu dari rumah sebelah. Apa abang senang dengan air mancur?” Kelembutan suara Mince membuyarkan kesal di hati Sitor. Dan untuk menutupi perasaan kesalnya, Sitor pun menganggukkan kepala.” Ya, aku senang air mancur.”
  “Senang musiknya juga/” tanya Mince.
 “Ya, tentu. Aku senang musiknya.” Sahut Sitor sekenanya saja, sementara pikirannya masih menerawang entah kemana.
  “Dan bagaimana dengan bunga bougenvil yang di tengahnya”, kata Mince lagi, dan jemarinya masih membelai rambut Sitor. Perasaan Sitor pun seperti melambung ke angkasa oleh belaian yang disukainya itu.
  Lalu, Sitor berkata,” Ya, aku senang dengan bougenvil itu. Indah warnanya...” Pada hal saat itu malam, Sitor tak melihat apa-apa kecuali temperasan air mengalir ke hilir.
  “Abang benar-benar suka bugenvil itu?” kata Mince tertawa.
  Sitor melihat ke arah yang ditunjuk Mince. Busyettt... mana ada bunga mawar di sungai yang kelam itu. Juga, mana ada air mancur di sana. Sitor merasa terbodoh, mengucak-ucak rambutnya. Mana mungkin bunga bougenvil ada di sungai yang mengalir deras. Mengapa aku jadi sebodoh itu, pekiknya dalam hati. Sitor pun ikutan tertawa jadinya. Keduanya tertawa berderai.
  “Abang ngelamun ya,” kata Mince ketika Sitor terdiam beberapa saat, menatap ke sungai yang seperti mendendangkan irama tak beraturan seperti irama kesal di hatinya.
  “Ya...aku tampak melamun ya” ,kata Sitor memalingkan wajahnya ke muka Mince. Dalam remang cahaya lampu jalan, ia melihat bibir manis Mince lagi. Dan makin ingin lagi menguum bibir itu dengan gemas hatinya. Tapi Sitor sudah tahan diri.
  “Tentang apa bang,” suara Mince lirih.
  “Banyak”, kata Sitor.
  “Banyak sekali?” Sitor mengangguk. “Ya aku sedang memikirkan keganjilan-keganjilan dalam kehidupan manusia. Mengapa manusia harus hidup bila ada kematian. Mengapa manusia harus menangis bila ada senyuman. Mengapa manusia berbuat jahat bila ada kebaikan. Mengapa manusia berperang bila ada perdamaian. Dan...mengapa manusia harus bercinta bila tak boleh berciuman. Itulah yang kulamunkan, Mince sayang...”
  Mince tertawa berderai sampai menutup mulut dengan telapak tangannya.” Ah, itu bukanlah suatu lamunan, bang, melainkan ketidakpercayaan atau pesimisme. Abang terlalu dibuai apatisme atau pesimisme yang membuat abang jadi muram semuram cahaya yang menimpa air sungai itu.”
  Sitor tak berkata apa-apa. Tampaknya Mince sedang menggurui dengan filsafat yang sederhana. Soal ketidakpercayaan atau ketidakberdayaan? Tentang apatisme? Tentang pesimisme total? Sitor bukan tak percaya filsafat-filsafat karena ayahnya seorang tokoh adat yang kaya dengan pengetahuan filsafat hidup seperti yang diajarkan Jean Paul Sartre atau Bertrand Russel. Tapi Sitor lebih percaya jika sudah pernah mencium bibir Mince dan melumatnya dengan segenap kasih sayang.
  Sitor menghela nafas pelan, lalu mengempaskan nafas juga pelan.” Baiklah aku percaya semua itu Mince sekarang.”
  “Kenapa bang? Karena aku tanya tentang ketidakpercayaanmu pada janjiku ciuman?”
  Sitor teringat sesuatu kata filsafat yang dibacanya.” Kan menurut Voldwig perempuan adalah gudang kepercayaan. Omongannya lebih bisa dipercaya daripada kaum lelaki.”
  “Oouu, begituuu,” Mince mendehem sekali.
  “Ya, dan aku percaya pendapat Voldwigg itu, dan lebih percaya lagi kalau aku telah mencium bibirmu yang lembut indah ini,” Lalu tangan Sitor merengkuh bahu Mince, menariknya pelan agar condong ke tubuhnya, kemudian melilitkan kedua tangannya memeluk gadis itu. Mince menunduk, dan ketika Sitor mengangkat wajahnya agar menengadah dan hendak mendaratkan bibirnya, Mince mengelak dengan sigap.
  “Tunggu dulu, abang belum selesai bercerita,” kata Mince sedikit terengah.
 Sitor kesal bukan main. Namun diredamnya dengan sekuat hati.” Cerita apa? Ceritaku sudah tamat,” nada Sitor sedikit berubah, ada nuansa ketus yang dikendalikan.
  “  Belum bang,” kata Mince tetap lembut.”Abang misalnya belum beri pendapat tentang musik.”
  “Musik?”
 “Ya, musik. Apa pendapat abang tentang...misalnya...”
  “Aku tak tahu soal musik.”
   “Kalau begitu tentang puisi”.
   “Aku juga mana tahu puisi, aku bukan penyair.”
   “Kalau begitu tentang yang lain un boleh,bang”.
   Sitor mendongkol sudah. Ingin sekal ia menjewer mulut cerewet yang pelit dicium itu.
   “Perenpuan cerewet kamu Mince,” gumamnya kesal di hati.
   Lalu, Sitor berkata dengan suara mendatar.” Kamu aneh Mince.”
   “Aneh? Kenapa aneh bang.”
   “Ya, bagiku kamu aneh Min. Kamu bilang sayang dan cinta padaku, tapi memberi ciuman aja setengah mampus aku membujuk tak juga kesampaian. Apa itu tak aneh...”
   Mince tersenyum. Senyumnya dalam remang cahaya itu manis sekali, bahkan sensual dalam pandangan Sitor.
   Tiba-tiba.” Baiklah bang kalau begitu, aku penuhi keinginanmu...”
   Hati Sitor pun bergolak riang. “Horeeee, akhirnya mau juga,” hatinya berseru girang. Ingin melonjak  saking senang hatinya. Tapi ia menahan diri. Dipegangnya tangan Mince yang lembut seperti tangan bayi. “Begitulah Min, akhirnya kau mengerti...”
  Mince tak bergerak ketika jemarinya dielus-elus Sitor.
 “Pejamkan matamu Mince, aku akan berikan ciuman terindah yang tak kan kau lupakan dalam hidupmu,” bisik Sitor lembut.”
  Mince mendorong pelan tubuh Sitor yang memeluknya.” Sabar dulu bang, maksudku, belum sekarang, tapi besoklah aku memenuhi permintaan abang sayang,”
  Sitor hampir terhenyak, kecewa lagi.”Bah, kenapa ciuman aja pakai besok segala, Min.”
  “Besok dengan sekarang kan sama bang, yang penting kan ciuman itu akhirnya abang dapatkan.” kata Mince. “Sekarang abang peluklah aku, aku merasa kedinginan, kalau pelukan boleh bang, ciuman besok aja yang terindah kuberikan...” Walau masih kesal, Sitor pun memeluk Mince, sebelum mereka berpisah.
   MALAM esok itu pun tiba. Hati Sitor berkibar-kibar seperti merah putih yang berkibar pada perayaan kemerdekaan. Bulan masih belum muncul. Bintang juga entah kemana, sebiji pun tak kelihatan di langit kelam. Setengah jam sudah Sitor menunggu di tempat biasa. Mince belum juga nongol. Sitor gelisah resah. Hampir tiap menit melihat jam tangannya. Sudah satu jam melewati waktu yang disepakati. “Halangan apa lagi dia.” bisik Sitor berbaur bimbang.
  Waktu berjalan terus, detik demi detik. Sitor berdiri, duduk, berdiri, duduk, berdiri, menatap ke semua arah mengharap kemunculan Mince.
  Lalu, dari sudut jalan sana, sosok seorang perempuan muncul melangkah gontai mengarah ke tempat Sitor di balik pohon bunga itu. Sitor bersorak mengira itu adalah Mince. Ternyata ia kecele. Perempuan itu sama sekali bukan Mince.
  Tanpa banyak basa-basi, perempuan berpostur gemuk itu langsung bertanya pada Sitor.” Anda Sitor Si...? Sitor mengangguk penuh harap keajaiban. “Ya saya Sitor, ada apa ya to.”
  Dengan ringkas dan tegas, perempuan gemuk itu mengatakan bahwa Mince tak akan datang menemuinya malam ini, bahkan seterusnya. Sitor merasa dirinya terpental kecebur ke dalam sungai.
  “Kenapa?” Pertanyaan itu ingin diungkapkan seribu kali.
  Lalu perempuan itu berkata pelan,” Mince bukanlah gadis normal seperti anda kira. Mince itu seorang lesbian, itulah sebabnya dia tak mau dicium seorang lelaki. Dia telah menceritakan tentang anda pada saya. Dan supaya anda tahu saja, beberapa waktu belakangan ini dia memang kesepian karena kutinggalkan. Sekarang aku sudah kembali, dia tak kesepian lagi. Maka atas nama kami berdua, kami mohon maaf atas janjinya pada anda. Pulanglah dengan damai, karena ia tak akan datang lagi ke tempat ini.
  Sitor merasa dunia ini jadi gua gelap. Tatap matanya kosong menyaksikan perempuan itu menghilang di tikungan jalan yang diterangi cahaya mercury. (Medan,Okt-SARINGAR.Net/Leonardo TS)

Kamis, 16 Oktober 2014

DPR Diibaratkan Lembaga Pemasyarakatan (LP)












LUCIUS KARUS (SP) ==
EKSPRESIANA= Baru 15 hari dilantik, wajah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI langsung tercoreng.
Lembaga negara itu tiba-tiba berubah menjadi “lembaga pemasyarakatan atau keranjang sampah” ketika Kontras melansir 242 nama anggota DPR RI periode 2014-2019 yang terlibat berbagai kasus.
Peneliti senior Formappi, Lusius Karus di Jakarta, Rabu (15/10), mengatakan, catatan 242 nama anggota DPR bermasalah itu seolah-olah menjadikan DPR sebagai "keranjang sampah" manusia bermasalah.
“DPR sebagai lembaga perwakilan akan sulit berkinerja maksimal dengan jumlah orang bermasalah sebanyak itu. DPR akan menjadi lembaga yang sibuk dengan urusan personal para anggota,” katanya.
Lebih parah lagi, DPR dengan kekuasaan super yang mereka miliki, berpotensial menyalahgunakan wewenang demi membereskan kasus pribadi.
“Saya melihat kecenderungan penyalahgunaan kekuasaan menjadi sangat tinggi ketika 242 anggota bermasalah. Mereka akan memanfaatkan fungsi-fungsi dewan untuk meloloskan diri dari jeratan masalah,” katanya.
Lusius lebih jauh mengatakan, DPR kemudian menjadi seperti "lembaga pemasyarakatan" dimana orang-orang bermasalah disatukan dalam satu tempat.
Dengan potret buram seperti itu, lima tahun ke depan, DPR tak akan banyak memberikan optimisme kepada rakyat. Fungsi representasi mereka hampir pasti cacat ketika wakil rakyat itu bermasalah.
“Saya mengusulkan agar 242 nama yang dirilis Kontras disebarkan ke dapil masing-masing.Dengan itu diharapkan agar konstituen sendiri mendesak pencabutan mandat wakil yang mereka pilih saat pemilu,” katanya.
Hanya hukuman dari konstituen, kata dia, yang bisa memberikan efek jera pada anggota DPR yang bermasalah.
“Walaupun mekanismenya tak diatur tegas oleh UU, tapi penolakan dari konstituen akan mendorong langkah nyata dari parpol untuk melakukan pemecatan,” katanya.
Sebelumnya, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mencatat ada 242 anggota DPR periode 2014-2019 yang memiliki catatan buruk. Mereka diduga terlibat dalam sejumlah kasus, dari kasus pelanggaran HAM sampai kasus korupsi.


"Jenis-jenis catatan buruk anggota DPR ini, antara lain, pernah menjadi tersangka korupsi, mereka juga diduga terlibat kasus korupsi, aktif membela terdakwa kasus korupsi, pernah melakukan pelanggaran hak asasi manusia, pernah terlibat kasus tindak pidana, pernah terlibat kasus pelanggaran pemilu, juga pernah merima sanksi etik oleh BK DPR, hingga memililki catatan absen yang buruk sejak menjabat sebagai angoota DPR pada periode sebelumnya," kata Deputi KontraS Farah Fathurrahmi di kantor Kontras, Menteng, Jakarta, pada Selasa (14/10).


Farah mengungkapkan bahwa berdasarkan catatan Kontras, anggota DPR-RI yang memiliki catatan buruk berasal dari FPDI-P (57 orang), Fraksi Partai Golkar (44 orang), Fraksi Partai Demokrat (37 orang), Fraksi Partai Gerindra (24 orang), FPPP (20 orang), FPKS (18 orang), FPAN (16 orang), FPKB (11 orang), dan Fraksi Partai NasDem (9 orang). [Sp)



Foto Close-Up Jokowi di Majalah Time: A New Hope"







 EKSPRESIANA - Kalau sudah terkenal bangat, majalah bergengsi berstandar internasional seperti Time tak ragu untuk mengekspos jadi headline. Aspek keburukan atau kebaikan, sama saja. Yang penting sosoknya punya pernak-pernik menarik di tengah publik. Lihat saja, Majalah "Time" bakal memuat foto presiden terpilih Joko Widodo sebagai sampul (cover) dengan headline berbunyi “A New Hope” atau “Sebuah Harapan Baru”.

Hal tersebut tak pelak menimbulkan kehebohan di kalangan pengguna media sosial Indonesia, di mana banyak orang sibuk berbagi gambar sampul berisi foto mantan walikota Solo yang akrab disapa Jokowi itu. Berbagai komentar di Twitter, Facebook, dan Path pun ikut terlontar.

Cover TIME minggu ini, Jokowi: A New Hope. Cover TIME minggu depan, Prabowo: The Empire Strikes Back,” cuit seorang pengguna Twitter bernama @kamentrader, mengacu pada pemilihan headline yang mirip dengan judul film pertama pada trilogi Star Wars original.

Sutradara film Joko Anwar pun ikut menuliskan cuitan di akun Twitter-nya, "Presiden kita yang ketujuh. I belive in him" sambil menyertakan foto cover "Time" edisi Jokowi.

Beberapa netizen ada yang secara khusus menanggapi wajah Jokowi. "Aku kok merinding ya lihat Jokowi di sampul muka majalah TIME," cuit Aisyah Hilal. Ada juga yang mencuitkan, senang dengan foto Jokowi tersebut karena menampilkan sosok Jokowi yang tulus dan jujur.

Di Facebook, seorang pengguna mengomentari wajah Jokowi terlihat lebih tua dan keliatan tambah banyak rambut putihnya, ketimbang saat jadi Gubernur DKI. Sedangkan di Path, seorang pengguna membagikan cover "Time" ini sambil menulis "Harapan bagi orang tampang ndeso yang bercita2 jadi Presiden".

Cover "Time" dimaksud memang menampilkan close-up wajah Jokowi. Dalam foto jepretan Adam Ferguson itu, tatapan mata Jokowi yang lurus ke arah dan raut muka yang dibuat agak kaku menyiratkan ketegasan.

Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, sebuah negeri demokrasi dengan sumber daya alam yang kaya,” tulis Time dalam pengantar artikel mengenai Jokowi.
Negara ini baru saja memilih presiden baru, silakan berkenalan dengan Joko Widodo.”


 "Time" mengisahkan kesederhanaan Jokowi lewat cerita sebuah penerbangan ke kota Solo. Usai memesan secangkir susu dari pramugari, Jokowi tertidur sambil bersender ke jendela pesawat.





Seorang gadis cilik berumur 5 tahun yang kebetulan lewat di di dekat bangku Jokowi di kelas ekonomi terkejut mendapati dirinya ternyata satu pesawat dengan sang presiden terpilih.

“Itu Pak Jokowi!” ujarnya girang sambil menunjuk Jokowi yang sedang terlelap. “Dia di pesawat bersama saya.”

Majalah Time dengan cover Jokowi  beredar pada 27 Oktober 2014, atau seminggu setelah pelantikan Jokowi sebagai presiden Indonesia ke-7 pada Senin, 20 Oktober 2014.
  Kps/Sumber: Time

Selasa, 14 Oktober 2014

Kopi tak (Lagi) Menggiurkan, Jeruk Penggantinya











Meski harga kopi tak lagi menggiurkan, ibu dan anak ini  tetap aktif
manapu (memetik) hasil tanamannya.=
Petani kopi mulai lesu dengan tanaman kopi, tapi ibu dan anak ini tetap merawat kopi Arabicanya sekadar mengambil
hasil yang terkadang tak sebanding dengan harapan. Pada awalnya kopi arabica yang di Tanah Batak digelari kopi si
garar utang (kopi untuk membayar hutang) memicu semangat luar biasa warga desa. Tak hanya di Sumatera Utara
di daerah lain pun penduduk desa seakan berlomba menanam kopi arabica yang konon digunakan menjadi salah satu
bahan pembuatan amunisi. Harga kopi awalnya sangat menggembirakan, tapi lama kelamaan harga tidak lagi menentu
dengan variasi kadang meroket kadang anjlok. Belakangan sudah ada petani yang menyapu bersih tanaman kopinya
dan menggantinya dengan komoditi lain yang dianggap lebih menjanjikan, seperti jeruk madu. Kenapa harus dengan
jeruk? Karena jeruk buah yang sepanjang zaman diperlukan banyak manusia, kata ibu boru Hutabarat, seorang di
antara pekebun kopi di Tapanuli Utara, yang memberangus tanaman kopinya dan menggantinya dengan jeruk madu.
(Leonardo TS)

Ada Apa Mafia dan Nasi Goreng





Pemilik restoran mafia dan perwakilan dari markas mafia=
  JAKARTA,EKSPRESIANA- Mafia atau mafioso identik dengan kriminal. Predikat Godfadher selalu diidentikkan dengan gambaran menyeramkan tentang mafia Italia dalam tayangan film suspense yang digandrungi ratusan juta penduduk dunia. Jika mafia dikaitkan dengan kuliner, tentulah minuman keras, narkoba, dan makanan paling lezat sedunia yang bakal mencuat di ambang khayal. Tapi bagaimana dengan nasi goreng? Feature di bawah ini jawaban lain berbau "mafia".

Senin, 13 Oktober 2014

Bos Facebook ke Jakarta, Hanya Ketemu Jokowi?










JAKARTA,EKSPRESIANA - Luar biasa, bosnya media sosial paling berpengaruh Facebook datang ke Jakarta. Untuk apa sih Mark Zurkenberg sang jenius dunia maya itu ke Indonesia? Tamu dari mancanegara yang menemui Presiden terpilih Joko Widodo di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (13/10/2014), bukan orang sembarangan. Sebab tamu yang dimaksud tak lain adalah pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zurkerberg.
 Mark tiba sekitar pukul 08.51 WIB. Ia terpantau mengenakan setelan jas berwarna hitam saat turun dari mobil Toyota Alphard berwarna hitam.
Mark tidak sendirian, ia ditemani oleh beberapa stafnya serta dua pengawal atau bodyguard yang bertubuh besar dan berkepala cepak. Momentum kedatangan Mark seperti adegan film dimana sosok bos mendapat penjagaan ekstra ketat. Setelah turun dari mobil, ia langsung masuk ke dalam kantor Jokowi.
Setelah melakukan pertemuan kurang lebih 30 menit, Jokowi dan Mark keluar dari kantornya untuk menggelar jumpa pers bersama awak media. Keduanya terlihat kompak mengenakan setelan jas berwarna hitam.
Keduanya menjelaskan pertemuan ini mengenai memanfaatkan banyaknya pengguna Facebook di Indonesia yang jumlahnya kurang lebih 76 juta. Setelah melakukan jumpa pers, Mark langsung meninggalkan Balai Kota. Belum ada liputan atau konfirmasi terbaru, apakah kedatangan bos fecebook itu hanya untuk ketemu Jokowi, atau ada hal lain yang lebih krusial. Itu akan ketahuan setelah kru-kru media berhasil mengcover kegiatannya di Indonesia. (tribun)

Rabu, 08 Oktober 2014

(HUMORIA) Batak Tembak Langsung (BTL), Apa Pula Itu...












Ilustrasi kota, sering bikin pendatang bingung (by leonardo ts)
BTL (Batak Tembak Langsung). Istilah BTL dulunya muncul ke permukaan, sebagai ilustrasi tentang anak kampung yang “tembak langsung” berangkat ke Jakarta. Tak singgah dulu di Medan atau kota lain seperti  Siantar, langsung ke pelabuhan Belawan naik kapal laut. Itu namanya BTL.
Sering juga ada anekdot seputar BTL ini. Terkadang mengundang kesan lucu, membuat orang tertawa terbahak, minimal senyum-senyum.
Salah satunya mungkin ini, si Marudut yang termasuk tiba di ibukota negara secara BTL. Ke Medan saja seumur-umur belum pernah,tiba-tiba ada inspirasi berkelebat harus langsung ke Jakarta. Kepada ortunya Marudut memompakan semangat optimistis, kalau di Jakarta nasibnya akan berubah.”Banyak orang tanpa sekolah pun sukses di Jakarta,” kata Marudut ketika itu, sekitar tahun 80 an.
Maka Marudut tibalah di Jakarta. Dia teringat cerita temannya sekampung si Charles dan si Yosep, yang kini sukses di Jakarta hanya dengan membuka usaha tempel ban di bilangan Cempaka Putih.”Kami memang harus banting tulang sambil kuliah. Di Jakarta semuanya bisa terjadi. Orang paling susah bisa kaya mendadak kalau sudah direstui Dewi Fortuna. Sebaliknya orang kaya pun bisa dalam sekejap kecebur masuk lumpur kemiskinan kalau nasibnya lagi apes.” Begitu cerita si Yosep. Dan Marudut ingin menerapkan yang seperti itu. Asalkan jangan jadi pengemis aja, kerja apa pun mau ia lakukan. Yang penting sudah resmi penduduk Jakarta.
Hampir tiap hari Marudut mencari-cari temannya yang dua itu, tak juga ketemu. Maklum henpon pun waktu itu belum ada. Tapi Marudut lumayan masih ada seorang bibinya menampung penginapan di Kalideres. Bibinya itu juga orang susah, harus banting tulang jualan goreng ubi kesana-kemari untuk menafkahi tga orang anaknya. Marudut punya pengertian, tak mau menambah beban famili yang susah. Yang penting ada tempat menginap sudah syukur.
Marudut jalan kaki kesana-kemari seraya mempelajari situasi kota. Terkadang berani-beranian juga naik metro mini. “Setidaknya aku sudah berjuang. Soal mau jualan koran kek, mau kerja kocok semen kek, tak apa, asal ada saja kerja yang halal,” kata hatinya seraya mengusap keringat mengucur membasahi bajunya. Bau ketiaknya pun tak ketulungan amisnya. Sampai-sampai ada beberapa perempuan yang duduk di metro mini harus menutup hidung dengan sapu tangan mengelakkan aroma tak sedap terbawa angin dari ketiak Marudut, apalagi saat bus bergerak angin pun berhembus seolah membagi aroma Marudut ke semua orang.
Sambil jalan-jalan melihat bangunan-bangunan bertingkat menjulang ke langit di sana-sini, Marudut mulai kehabisan tenaga. Dia terduduk di satu emperan toko, sambil meneruskan angan-angan ingin seperti Charles dan Yosep. “Jalan kaki berkilometer juga termasuk sudah berjuang, tapi hasilnya belum ada. Entah dimana kucari kedua orang itu, di kota sebesar ini,” keluhnya sambil meneguk air putih dalam botol limun yang tadi dibawanya dari rumah bibi. Bibirnya seperti retak-retak oleh sengatan panas matahari siang.
Beberapa saat kemudian Marudut meneruskan langkahnya jalan-jalan itu, dan sampailah dia di kawasan Tanah Abang. Ia mulai bingung, tak tahu lagi mau kemana. Dia juga tak tahu bus yang mana akan membawanya pulang ke rumah bibinya. Marudut sadar ia sudah terlanjur jauh melangkah. Marudut pun memutuskan mengaso lagi di sebuah kaki lima yang ada pohonnya. Tak berapa lama kemudian seorang pria mendekatinya.
“Maaf saya orang baru di sini, saya baru datang dari Jawa,” kata laki-laki itu.
“Bah, selamat datanglah kawan ke Jakarta. Kenalkan namaku Marudut, artinya bersambung dalam bahasa Indonesia. Aku asalnya dari Tarutung sana.”
Mereka berbicang beberapa saat. Pria itu bertanya,” Apa itu Tarutung? Nama desa atau kota.” Tanya pria yang tampak juga sedang kecapaian berjalan kaki.
“Ya itu nama kota di Sumatera, arti Tarutung itu durian, tapi di kampungku itu tak ada durian, hanya satu batang yang tumbuh, umurnya sudah ratus tahun,” terang Marudut.
“Tarutung itu di Medan ya,” tanya laki-laki itu lagi, duduk di samping Marudut.
“Botullah itu kawan, tapi Tarutung itu lebih besar dari Medan,” kata Marudut asal ceplos saja. Karena ia sendiri tak tahu Medan itu sepert i apa, dusunkah atau kota.
“Aku mau bertanya mas,” kata pria itu beberapa saat setelah terdiam.
Marudut tiba-tiba curiga. Orang ini jangan-jangan penjahat dikiranya aku punya banyak mas, sedang makan pun sudah teransam, kata hatinya.
“Mas? Ah mana ada, makan aja pun belum, nanya mas segala,” kata Marudut dan diam-diam menyiapkan kuda-kuda melawan kalau pria itu macam-macam.
Laki-laki itu tertawa. “Mas itu dalam bahasa kami berarti abang, adik atau pengganti kata saudara. Bukannya aku mau tanya mas. Emangnya aku penadah mas atau apa…”
Marudut menghempaskan nafas perlahan.’ Oooo, begituuuuu ya…”
Laki-laki itu kembali bertanya:” Ini tanah abang ya …”
Marudut sedikit tersinggung, merasa ada nada pelecehan pada dirinya. “Cemmana pula kau ini kawan, aku saja baru datang dan orang susah pula, sungguh aku tak bohong…”
“Maksud abang?” si laki-laki sedikit heran melihat wajah masam Marudut.
“Bah, telmi kali pun kamu ini. Aku kan baru di Jakarta ini, mana tahu aku ini tanah siapa.”, Marudut geleng-geleng kepala.
Laki-laki itu cengar-cengir.” Maksudku bukan itu bang, maksudku apakah tempat ini sudah termasuk kawasan Tanah Abang?” Abang yang salah mengerti maksudku.”
Tensi Marudut yang sempat tak beraturan, barulah normal kembali. Dia tertawakan dirinya sendiri, merasa malu. Ah, dasar batak tembak langsung aku, Tanah Abang pun tak tahu aku apa itu, katanya dalam hati. Marudut pun melepas tawanya, laki-laki itu ikut nimbrung tertawa.
Akhirnya keduanya jadi teman. Sama-sama mencari kerja, dan sama-sama diterima di sebuah perusahaan ekspedisi di Glodok. Dan sekarang sudah punya usaha sendiri, hidup tenteram, punya anak bini, tak terlalu kaya tapi tak juga miskin. Ini hanya sekilas anekdot yang diceritakan kembali pada kompasianer. (dari Kompasiana/Kompas.com)

Presiden RI, Masihkah Rakyat Yang Memilih Langsung?











Theo Sambuaga, membantah itu -
Koalisi Merah Putih (KMP) telah menguasai pimpinan DPR dan MPR.
Upaya penguasaan dua lembaga itu dicurigai untuk mengubah mekanisme pemilihan presiden (pilpres) yaitu dari pilpres yang dipilih langsung rakyat ke pilpres yang dipilih MPR seperti pada era Orde Baru lalu. Jika itu terjadi, maka sempurna sudah semua sistem politik ketatanegaraan di negeri kembali ke zaman Orde Baru.

Apalagi KMP telah berhasil mengubah pilkada langsung menjadi pilkada yang dipilih DPRD seperti zaman Orde Baru.

Atas tuduhan dan kecurigaan itu, KMP membantahnya. KMP menjamin tidak akan mengubah mekanisme pilpres dari sistem langsung ke mekanisme dipilih MPR.

"Tidak ada pemikiran seperti itu, baik di Golkar maupun di KMP. Kami akan kawal supaya terus berlanjut karena bagian dari kehidupan demokrasi dan merupakan kehendak rakyat," kata salah seorang tokoh KMP, Theo Sambuaga di Jakarta, Rabu (8/8).

Ia menegaskan, rumors yang menyebut KMP akan mengubah UUD 1945 untuk mengubah mekanisme pilpres adalah tidak benar. KMP sama sekali tidak punya rencana dan agenda mengubah mekanisme pilpres.

"Golkar akan terus jaga supaya tetapi dilakukan secara langsung. Itu kehendak rakyat yang tidak bisa dipotong dan dihalangi," kata Theo yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar (PG).


Sebagaimana diketahui, Golkar adalah salah satu pendukung utama KMP. Bahkan Ketua Umum PG Aburizal Bakrie ditunjuk sebagai Ketua Presidium KMP.(sp)

Selasa, 07 Oktober 2014

Seram nggak Nih! Waria Itu Dimutilasi Lalu Direbus...











Mayang yg malang bersama kekasihnya. (mdk)
Manusia macam apakah yang tega memotong-motong tubuh sesamanya, lalu merebusnya dengan air mendidih. Sungguh nyaris sulit dipercaya,tapi peristiwa ini benar-benar terjadi di Australia. Kini menjadi top news yang menyita waktu banyak warga di belahan dunia membahasnya, termasuk di Indonesia. Sungguh mendirikan bulu roma, susah membayangkan bagaimana proses itu terjadi.
Mayang Prasetyo meninggal dengan tragis. Tubuh transgender asal Indonesia itu dimutilasi kemudian berakhir dalam air rebusan yang diduga dimasak sendiri oleh pasangannya sendiri, chef (juru masak)  Marcus Volke, di Australia. Pasangan Mayang itu kemudian bunuh diri,ditemukan dekat tong sampah.
Hingga kini tak ada yang bisa menebak apa yang terjadi sampai hidup mereka berdua harus berakhir demikian tragisnya. Kepolisian juga tak menemukan bukti berupa obat-obatan yang mencurigakan di apartemen Volke di Brisbane, Australia.

Sementara itu, di mata para sahabatnya, Volke merupakan sosok pria yang sangat dingin. Dia pendiam atau tidak banyak bicara.

"Dia pria yang baik. Kadang naik-turun, dia bisa kehilangan kontrol seperti yang lainnya," kata seorang mantan teman sekolah Volke, seperti dikutip dari laman News.com.au, Selasa (7/10/2014).

"Dia sedikit berbeda. Dia sedikit memiliki sisi gelap."

Ibunda Volke, Dorothy Volke sendiri mengaku, tak mengetahui apa yang terjadi antara putranya dan Mayang. Meskipun dia baru saja berkomunikasi dengan sang putra dalam seminggu terakhir.

Kata sang ibu, Volke adalah sosok pria yang normal.  "Dia sangat periang. Dan dia akan pulang saat Natal. Semuanya terlihat normal," ucap Dorothy.

Meskipun begitu, Dorothy mengaku, sudah 18 bulan tak bertemu dengan Volke.
Pembunuhan brutal Mayang terungkap setelah tetangga Marcus Peter Volke mengeluh mencium bau tidak sedap sejak Kamis pekan lalu.
Aroma tak mengenakkan itu disebutkan berasal dari apartemen yang ditinggali Volke bersama kekasihnya yang berkebangsaan Indonesia.

Pada hari Sabtu 4 Oktober, polisi yang mendapat laporan akhirnya mendatangi apartemen Volke namun ia kemudian melarikan diri. Lalu pihak berwenang mendatangi kediamannya.
Di dalam apartemen Volke, polisi menemukan potongan tubuh manusia yang sebagian berada di atas kompor. Volke sendiri ditemukan meninggal dunia beberapa ratus meter dari lokasi apartemennya dengan luka sayatan di leher yang diduga bunuh diri.
Mayang sebelumnya adalah seorang pria dengan nama asli Febri Andriansyah. Dia dikabarkan menjadi waria penghibur. Mayang Prasetyo mendapatkan bayaran tinggi usai 'melayani' para tamu, dan mengirim penghasilannya untuk membiayai pendidikan adik-adiknya di Indonesia.(net/liputan 6/yah)

Senin, 06 Oktober 2014

Novel: Gadis Elit Jatuh Cinta di Tuktuk. Bagaimana Akhirnya?










Seorang gadis cantik meninggalkan rumahnya di Jakarta, karena merasa terpukul setelah calon suaminya tertangkap di Bandara Soekarno-Hatta, dalam kasus penyeludupan narkoba bernilai miliaran rupiah. Pada hal gadis itu sudah bertunangan, dan sudah diprogram segera menikah dalam tempo tak terlalu lama lagi dengan sang kekasih.
Nekat, Nikana (nama si gadis) ingin mengasingkan diri ke suatu tempat dimana ia tak bisa dilihat dan ditemukan siapa pun. Dan pilihannya adalah ke Tuktuk di Pulau Samosir. Bahkan ayah dan ibunya sendiri tak tahu keberadaan putrinya yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu kalau anaknya di Medan, rumah tantenya. Dan di Tuktuk, Nika bepergian bersama Marihot alias Riko, seorang penyanyi dan pemandu (guide) amatiran. Awalnya biasa saja. Pertemanan biasa antara seorang wisatawan dengan seorang guide. Tapi diam-diam ada perasaan lebih dari berteman menyergap hati yang sedang galau. Mungkinkah gadis anak gedongan yang cantik jelita ini bisa jatuh cinta pada seorang pemuda yang kerjanya tak jelas, hanya penyanyi hiburan dan terkadang guide amatiran?
Sebuah kisah romantis dengan setting keindahan Tuktuk di tepian Danau Toba, dikemas dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami. Karya Leonardo Tolstoy SImanjuntak ini, sudah menggelinding di salah satu blog bergengsi di Indonesia. Nantikan giliran novel lainnya hadir di blog Ekspresiana. Hangat, mesra, mencekam, mabuk cinta, mabuk kemesraan.

(Bupati Tapteng Ditahan KPK) Bonaran: Seperti Semut Lawan Gajah!




 JAKARTA,SARINGAR,Net = Lagi-lagi KPK peragakan kuasa dan wewenangnya menjebloskan orang yang disangkakan terlibat korupsi.  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seperti dilansir media akhirnya melakukan upaya penahanan terhadap tersangka kasus dugaan suap pengurusan sengketa pilkada Tapanuli Tengah (Tapteng) di Mahkamah Konstitusi (MK) Raja Bonaran Situmeang yang juga adalah Bupati Tapteng, pada Senin (6/10) sore.

Menanggapi upaya penahanannya, Bonaran kembali mengungkit adanya nuansa politik dari kasus yang dituduhkan KPK kepadanya.

Bonaran mengumpamakan dirinya adalah semut yang berusaha melawan gajah yang diumpakan sebagai KPK. Sehingga, pasti kalah diawal.

Menurut Bonaran, adalah aneh dirinya yang tidak mengenal Ketua MK, Akil Mochtar disebut menyuap yang bersangkutan mencapai Rp 1,8 miliar.

Apalagi, Bonaran menegaskan tidak pernah ada uang sebanyak Rp 1,8 miliar dalam rekeningnya.

"Perlu dicatat di Pilkada Tapteng di MK lawan saya pengacaranya adalah Bambang Widjojanto. Ia sekarang menjadi komisioner KPK. Waktu di MK dibilang Bonaran harus didiskualifikasi. Ini kan semut lawan gajah, saya semutnya dia gajahnya, ini tidak benar," tegas Bonaran sebelum digiring ke Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Jakarta Timur cabang KPK di Pomdam Jaya, Guntur, Jakarta Selatan, Senin (6/10).

Oleh karena itu, Bonaran menegaskan bahwa tidak ada alat bukti yang sesungguhnya sehingga layak menjadi tersangka.

"Ini penzaliman! Saya belum ditanya apa hubungan saya dengan Akil, kenapa saya ditahan? Saya tanya mana dua alat bukti permulaan itu. Tidak ada juga bukti itu," tegas Bonaran lagi.

Tetapi uniknya, Bonaran yang dengan keras mengatakan penersangkaan dan penahanan sebagai upaya yang zalim, menandatangi surat penahanan. Dengan dalih, taat hukum.

Seperti diketahui, KPK memang telah menetapkan Bonaran sebagai tersangka sejak 19 Agustus 2014 lalu. Penetapan tersebut adalah hasil pengembangan kasus dugaan korupsi dan pencucian uang yang menjerat Ketua Mahkamah Kontitusi (MK) Akil Mochtar.

Dalam putusan terhadap Akil, memang dikatakan bahwa ada suap terkait dengan sengketa Pilkada Tapanuli Tengah sebesar Rp1,8 miliar yang disetorkan ke rekening perusahaan istri Akil, CV Ratu Samagat. (SP)

Minggu, 05 Oktober 2014

Ditemukan Arkeolog di Spanyol, Sosok Yesus Tanpa Jenggot








Sosok Yesus terlihat tanpa jenggot seperti gambaran yg biasa

Inilah temuan keilmuan yang perlu juga ditelusuri dalam konteks kekayaan informasi sejarah. Sejumlah arkeolog di Spanyol menemukan salah satu penggambaran sosok Yesus paling awal. Dalam penemuan itu sosok Yesus digambarkan tidak berjenggot. Selama ini Yesus selalu digambarkan berjenggot dan berambut.  
 Sosok Yesus tak berjenggot itu ditemukan pada sebuah piring kaca dibuat tahun 4 Masehi. Dalam piring kaca itu Yesus yang memiliki rambut pendek dan ikal digambarkan sedang bersama dua rasul lainnya yakni Petrus dan Paulus.
Para arkeolog menemukan piring yang sudah pecah-pecah itu di dalam sebuah bangunan keagamaan kuno di Kota Castulo di Andalusia, sebelah selatan Spanyol. Baru-baru ini mereka tengah menjalankan proyek penggalian di sana.

Gambar itu cukup mengejutkan karena amat berbeda dengan penggambaran Yesus yang dikenal orang selama ini. Pada piring kaca itu juga terlihat Yesus mengenakan toga filosof, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Ahad (5/10).

Piring itu dipercaya dipakai untuk menaruh roti Ekaristi pada ritual Kristen masa itu. Ukuran piring itu berdiameter 22 sentimeter.

Marcelo Castro, kepala proyek penggalian mengatakan, bangunan itu didirikan pada paruh kedua abad ke-4 Masehi dan ditelantarkan seabad kemudian.(mdk/Daily Mail)

Jumat, 03 Oktober 2014

Kerukunan Beragama di Tanah Batak Barometer di Indonesia



Letkol Inf Victor Tampubolon=(Foto:Arman.S)

 Dandim 0210 TU Letkol Inf Victor Tampubolon sudah pindah tugas ke Korem 031 Pekanbaru. Dia digantikan Letkol Inf Baginta Bangun. Beberapa saat sebelum serah terima jabatan, jurnalis dan blogger SARINGAR.Net , bertemu Dandim untuk wawancara khusus. Berikut adalah beberapa petikan wawancara itu:

 Wilayah Komando Distrik Militer (Kodim) 2010/TU/Kodam I/BB, meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan,Samosir, Tobasa, cukup luas. Namun satu hal sangat terpuji dan dibanggakan pada teritorium ini. Kondisi keamanan yang relative kondusif dari waktu ke waktu, berkat tingginya kesadaran masyarakat memahami sekaligus berparisipasi menjaga dan memelihara nilai-nilai persatuan,kesatuan dan kebersamaan yang dibingkai falsafah Dalihan Natolu dan nilai-nilai religi yang terus berkembang, seiring kemajuan zaman.
  Komandan Kodim 0210/TU Letkol Inf Victor Tampubolon mengakui, realita kekondusifan wilayah tempatnya bertugas,pantas dibanggakan dari segi keamanan dimaksud. Dalam wawancara khusus dengan jurnalis dan blogger Majalah Online SARINGAR.Net Leonardo TS Simanjuntak, Selasa (22/7) di ruang kerjanya, perwira menengah jebolan Akademi Militer 1993 ini menggambarkan nilai-nilai kekompakan, dibalut rasa kekeluargaan dan setiakawan antar instansi terjalin dengan baik, terutama dalam konteks menyatukan visi memajukan Bona Pasogit Tapanuli Utara. “Saya rasa selama saya bertugas di sini, tak ada masalah secara signifikan yang menggoyahkan stabilitas daerah. Semuanya berjalan dengan baik, termasuk ruang lingkup politik, pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan,” ujar anak kedua dari empat bersaudara ini.
  Sebagai seorang tentara, Victor telah melewati ragam tugas yang menempa pribadinya makin matang ketika dipercayakan menjadi komandan distrik. Selama 10 tahun bertugas di Batalyon 407/Padma Kusuma di Tegal Jateng dari 1994 hingga 2003, waktu cukup lama untuk proses penggemblengan diri seorang serdadu profesional. Pada 2003 barulah Victor pindah ke Kodam XVII/Cenderawasih hingga 2009. Di Kodam itu, Victor berposisi Pabanda Ops, kemudian menjadi Kasdim 1707/JWY Wamena, disusul menjadi Gumil di Rindam XVII. Dari Wamena pindah ke Bandung (2009-2010) dalam rangka Seskoad. Selesai Seskoad, ditugaskan ke Kodam I/BB pada 2010. Awalnya diberi posisi Pabandya Rencana Operasi, dan kemudian menjadi Komandan Batalyon 126/CK di Kisaran dari 2011 sampai 2012. Dari Danyon selanjutnya Victor dipercayakan menjadi Dandim 0210/TU sejak 2012 hingga sekarang (2014).
  Sosok Dandim yang muda usia ini, ternyata pribadi yang sangat terbuka dan ramah ketika ditemui EKSPRESIANA ,pertama kali di rumah dinasnya. Esoknya, editor diminta datang langsung ke kantornya. Beliau secara ringkas bercerita tentang masa lalunya. Riwayat pendidikan bermula di SD Unte Mungkur, Muara, Taput, lanjut ke SMP Silver Lau Balang, Tanah Karo, terus SMA Neg 1 P.Siantar.
  Sejak lulus dari Akmil 1993, ragam tugas operasional telah dilintasi. Pada 1994-1995 Operasi Seroja Timor Timur, lanjut lagi 1996-1997, kemudian pada tahun 2000-2001, ikut pengamanan konflik horizontal di Ambon/Maluku.
  Pada 1998, Victor mengakhiri masa lajangnya setelah menikah dengan Endang Sunarti di Batu Malang. Sang isteri ternyata  juga tentara wanita berpangkat Mayor CKM, yang saat ini bertugas di RS Putri Hijau Medan. Dari perkawinan itu, pasangan ini dikaruniai 3 anak,masing-masing: Esther Juanita Tampubolon saat ini sekolah di SMA Katholik St Thomas, Medan, anak kedua Partogi Tampubolon di SMPN 2 Tarutung, dan si bungsu Paul masih SD di St Maria, Tarutung.
  Selama lebih kurang 2 tahun menjabat Dandim 0210, banyak kesan yang diperoleh bertugas di Bona Pasogit. Secara khusus, Victor mensyukuri kehidupan antar umat beragama yang sangat kental, saling menghargai peribadatan, menghadirkan suasana harmonis yang membanggakan.Hal itu juga dibalut adat istiadat Batak yang selalu mengedepankan keterbukaan dan musyawarah mufakat. “Toleransi beragama di wilayah ini membanggakan kita semua, karena semua pihak saling menghargai. Mungkin itu sebabnya ada pendapat mengatakan kerukunan beragama di Tanah Batak itu bisa jadi salah satu barometer di Indonesia yang kita cintai,” ujar Dandim yang lebih banyak turun ke lapangan ini. Hal yang sama juga pernah diungkapkan mantan Kapolres Tapanuli Utara AKBP IKG Wijatmika saat bertugas di daerah ini. Wijatmika mengakui, kerukunan atau toleransi beragama dan bermasyarakat di Tanah Batak khususnya di Kabupaten Tapanuli Utara itu salah satu barometer di Indonesia. Namun, di satu sisi Victor menyayangkan sebagian masyarakat masih kurang respon menjaga lingkungan, terbukti dalam kegiatan Toba Go Green yang dilaksanakan Kodim, masyarakat kurang merespon. Masih banyak warga terbiasa membakar pohon di sekitar Danau Toba, yang justru merusak lingkungan. Selain masyarakat yang kurang membudayakan kebersihan lingkungan halaman rumah. Karena itulah, ujar Dandim,program pelestarian hutan dengan membudayakan gemar menanam harus terus dikembangkan, seraya memompa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan agar motto Kota Wisata Rohani benar-benar terwujud.
 “Dalam konteks memajukan wilayah di semua sector, Kodim 0210 punya prinsip siap membantu selama 24 jam,” tegas Victor. Peranan pers juga disinggung cukup strategis untuk mensosialisasikan kebijakan pemerintah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat ke arah positip. “Beritakanlah kegiatan bersifat membangun, apakah itu kegiatan pemda, TNI, Polri, diundang maupun tak diundang. Itu bentuk partisipasi rekan wartawan mendorong percepatan kemajuan wilayah ini,” imbau Dandim yang rencananya akan pindah tugas ke Korem 031 Pekanbaru dengan jabatan baru Kasi Teritorial yang di internal dikategorikan jabatan mantap.
  Pengamatan dalam mengunjungi wilayah pedesaan, menurut Dandim secara khusus wilayah Kecamatan Parmonangan, masih perlu mendapat perhatian, terutama menyangkut infrastruktur jalan. Seperti kawasan Desa Manalu Purba, Hajoran masih memprihatinkan. Bahkan masih ada desa yang belum dialiri listrik. Memang pemerintah sudah banyak berbuat membangun infrastruktur, tapi masih ada yang luput dari perhatian bersama.
 Secara umum, Victor Tampubolon menilai respek masyarakat dalam demokrasi dan keamanan cukup tinggi, terbukti pada tahapan-tahapan pilkada, pileg, maupun pilpres berjalan dengan tertib dan aman.”Itu salah satu nilai plus yang kita apresiasi sebagai sikap yang baik,” kata Dandim menyimpulkan. Dia juga berpesan kepada pimpinan pemerintahan yang baru, senantiasa menjalin koordinasi yang baik antar Muspida, dengan terus meningkatkan forum kemuspidaan dalam mencari jalan keluar apabila timbul permasalahan daerah. (LEONARDO Ts SIMANJUNTAK)*

Yang Menolak Ahok Gubernur DKI, Tak Waras










Arbi Sanit (Foto:SP)
JAKARTA-EKSPRESIANA- Pakar ilmu politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit menilai,  Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sangat layak menjadi Gubernur DKI Jakarta.
“Ia berintegritas, mempunyai kemampuan untuk memimpin Jakarta. Apalagi secara hukum dan politik ia berhak menjadi Gubernur DKI,” kata Arbi Sanit kepada SP, Rabu (24/9).
Oleh karena itu, Arbi menegaskan, orang yang menolak Basuki untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta adalah orang tidak waras.
 “Kalau alasan mereka menolak Basuki karena ia non Muslim, ya mereka yang menolak saja pergi dari Indonesia. Orang yang rasis seperti itu tidak cocok tinggal di Indonesia,  karena Indonesia negara plural yang dijamin Pancasila dan UUD 1945,” kata Arbi.
 Arbi mengatakan seperti itu terkait  rencana Front Pembela Islam (FPI) berunjuk rasa di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (24/9) ini dengan tema, "Tolak Ahok" atau menentang pengangkatan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
 Menurut Arbi, FPI adalah sekelumit manusia Indonesia. Oleh karena itu, tidak perlu dihiraukan.
 “Kalau mereka demo mengganggu ketertiban umum serta rasis polisi harus tangkap dan adili mereka sesuai hukum yang berlaku,” tegas Arbi.
 Arbi menegaskan, yang dipilih menjadi pemimpin saat ini adalah orang berintegritas dan berani seperti Basuki. Bukan karena agamanya mayoritas atau minoritas.
Yang korupsi dalam pengadaan Kitab Suci itu beragama mayoritas. Malu dong,” tegas Arbi.
Senada Ketua Forum Warga Jakarta, Azas Tigor Nainggolan menegaskan, sungguh tidak beralasan menolak Basuki menjadi Gubernur DKI Jakarta.
“Secara hukum ia berhak menjabat Gubernur DKI. Dan secara kemampuan dan integritas ia layak,” kata Tigor. Tigor menghimbau warga Jakarta agar mendukung Basuki memimpin Jakarta. “Mari kita dukung beliau. Jangan melihat ia beragama minoritas atau mayoritas, tetapi melihat dan menilai apa yang dia buat untuk Jakarta,” kata dia.
Sementara Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat bakal menurunkan dua kompi atau setara dengan sekitar 300 personel kepolisian, guna mengawal aksi unjuk rasa FPI siang ini.
"Jumlah personel, kita siapkan 2 kompi atau sekitar 300 pasukan. Kita akan lakukan pengamanan sesuai SOP (standar operasional prosedur)," ujar Juru Bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Selasa (23/9).
  Dikatakan Rikwanto, Polres Jakarta Pusat akan berkoordinasi dengan Koordinator Lapangan FPI, Noval, terkait pelaksanaan aksi unjuk rasa nanti.
Menyoal apakah akan dilakukan tindakan tegas jika ada aksi anarkis, Rikwanto menyampaikan dalam mengamankan aksi unjuk rasa kepolisian sudah memiliki aturan untuk mengantisipasi sampai dengan tindakan pembubaran paksa.
"Kalau unjuk rasa anarkhis, tentunya sudah ada aturan mengantisipasinya," kata dia.

Bupati Ini Tersandung Korupsi, Akankah Masuk Prodeo?











Bonaran Situmeang (Foto:SP)
 Salah satu topik yang saat ini menggelinding ke permukaan di tengah masyarakat Sumatera Utara terkait kasus-kasus korupsi adalah Raja Bonaran Situmeang Bupati Kabupaten Tapanuli Tengah yang sudah ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus suap terhadap mantan Ketua MK Akil Mochtar, seputar gugatan pilkada Tapteng. Dengan ditetapkannya Bonaran sebagai tersangka, pertanyaan yang membuncah di benak banyak pengamat dan warga khususnya di Tapteng, akankah Bonaran mantan pengacara cukup beken di ibu kota ini terbukti bersalah dan nantinya masuk prodeo? Dan, selain Bonaran akan ada lagikah kepala daerah lainnya di Sumut bakal mengikuti jejak Bonaran menjadi tersangka baru? Berita singkat seputar Bonaran di bawah ini sekilas perkembangan baru dari KPK.

 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menjadwalkan pemeriksaan terhadap tersangka kasus dugaan suap dalam pengurusan sengketa Pilkada Tapanuli Tengah (Tapteng) di Mahkamah Konstitusi (MK) Raja Bonaran Situmeang, pada Senin (6/10) pekan depan.

Juru Bicara KPK, Johan Budi SP mengatakan bahwa panggilan terhadap Bonaran ini adalah panggilan kedua. Setelah, pada Jumat (29/9) lalu, tak memenuhi panggilan pemeriksaan.

"RBS (Raja Bonaran Situmeang) dijadwalkan diperiksa pada Senin (6/10)," kata Johan di kantor KPK, Jakarta, Jumat (3/10).

Bonaran memang mangkir dari pemanggilan pertamanya pada tanggal 29 September 2014 lalu.

Terkait Bonaran, KPK memang telah menetapkan tersangka Bupati Tapteng tersebut sejak 19 Agustus lalu. Penetapan tersebut adalah hasil pengembangan kasus dugaan korupsi dan pencucian uang yang menjerat Ketua Mahkamah Kontitusi (MK) Akil Mochtar.

Dalam putusan terhadap Akil, memang dikatakan bahwa ada suap terkait dengan sengketa Pilkada Tapanuli Tengah sebesar Rp 1,8 miliar yang disetorkan ke rekening perusahaan istri Akil, CV Ratu Samagat. [N-8/N-6]

Wanita Anggota DPRD Ini Tak Setuju Pilkada Dikembalikan ke DPRD





Fatimah Hutabarat (59) yang oleh banyak orang Batak dipuji sebagai “Srikandi Tanah Batak” (Baca: artikel Fatimah Hutabarat Derita Penjara Menuju Kursi DPRD), bukan berarti harus merasa senang dan berjingkrak-jingkrak, setelah DPR-RI mensahkan revisi UU Pilkada, yang semula pilkada langsung berubah menjadi pilkada melalui DPRD, seperti zamannya Orde Baru.
Fatimah dalam bagian khusus perbincangan dengan blog Ekspresiana, Selasa (30/9), menegaskan,” Tidak, saya bukannya senang dengan putusan itu. Walaupun saya sudah lolos menjadi anggota DPR (D) dari Partai Nasdem, bukan berarti saya senang. Karena sejak awal komitmen saya adalah pro rakyat, dan saya tidak bergeser dari komitmen itu. Kalau ada anggota DPRD yang senang dengan itu, merekalah itu, tapi saya tidak,” tegas Fatimah tokoh reformasi Tapanuli Utara itu dengan mimik serius.
Fatimah mengurai kembali perjuangan reformasi yang membuahkan sistem pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. “Itu sudah berlangsung dengan baik walau usia pelaksanaannya belum lama. Dan rakyat telah menikmati hak kedaulatannya memilih figur kepala daerah yang menurutnya terbaik. Kalau tiba-tiba sekarang sistem pemilihan langsung itu dikembalikan ke sistem lama dipilih DPRD, itu tak lagi sejalan dengan jiwa reformasi yang diperjuangkan dengan susah payah,” kata Fatimah yang mendeklarasikan Aliansi Masarakat Pro Demokrasi (AMPD) Tapanuli Utara, dan sekarang diberi mandat menjadi ketua Partai Nasdem.
Lebih tegas dikatakan Fatimah lagi, “jika ada yang menyebut diberlakukannya pemilihan pilkada melalui DPRD merupakan kemunduran berdemokrasi, ya saya setuju dengan pendapat itu. Bahkan saya tegaskan dikembalikannya sistem lama itu telah merobah demokrasi yang sedang kita kembangkan mmenjadi mentah kembali. Artinya sudah berubah seratus delapan puluh derajat dari cita-cita perjuangan reformasi itu,” ujar Fatimah yang juga pengusaha hotel Hineni, satu-satunya hotel bernuansa paling nyaman di Tarutung.
Dengan kegigihan Fatimah dan segenap kader Partai Nasdem, partai besutan Surya Paloh itu berjaya mengantarkan lima orang kadernya duduk di DPRD Tapanuli Utara. Bahkan, Fatimah memenuhi syarat sesuai perolehan suaranya untuk duduk menjadi unsur pimpinan, dengan posisi wakil ketua. “Hanya sedikit suara lagi Partai Nasdem sudah bisa mengantarkan ibu Fatimah menjadi ketua DPRD, paling 91 suara lagi itu sudah terwujud,” kata seorang kader Nasdem menggambarkan sukses Nasdem merebut simpati masyarakat di lapisan graas root (akar rumput). Ke depan, para kader dan simpatisan Nasdem yakin partai ini akan menjadi partai terbesar di Indonesia.
   “Jadi ibu tak sependapat atau tak setuju dengan diberlakukannya lagi pilkada melalui DPRD, pada hal ibu sudah dilantik menjadi anggota DPRD?” tanya Kompasiana mengulangi.
   “Tidak, saya tak setuju itu,” kata Fatimah dengan tegas.” Biarpun saya sudah anggota DPRD tapi saya tetap komit dengan perjuangan saya menyahuti aspirasi rakyat. Kita lihat saja sekarang, banyak yang protes terhadap keputusan itu, ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia kecewa dengan putusan itu, dan bahwa rakyat merasa hak demokratisnya telah dirampas,” tandas wanita yang juga pengusaha properti itu. Dan ia menambahkan,’ kalau masih bisa dibatalkan saya kira lebih baiklah revisi UU Pilkada itu dibatalkan lagi, dan dikembalikan ke pemilihan langsung lagi. Itu kalau pembatalannya masih memungkinkan seperti diperjuangkan banyak elemen sekarang ini,” harapnya. (LS)

Anggota DPRD Sampang Madura Ramai-Ramai Gadaikan SK








Kantor Pegadaian (ilustrasi oleh SP)
Inilah gambaran kebanyakan anggota DPR(D), pasca pelantikannya menjadi wakil rakyat. Apakah karena memang sudah kehabisan amunisi (baca:uang) atau hanya untuk memberi nilai plus pada penampilan setelah menyandang predikat "anggota dewan yang terhormat". Tergantung pada orangnya, karena mereka yang paling tahu, kenapa harus buru-buru menggadaikan SK. Bisa saja fenomena ini sudah menasional, tak hanya di Sampang, mungkin saja di daerah lain hal seperti itu terjadi. EKSPRESIANA menurunkan berita di bawah ini hanya sebagai contoh dari fenomena tersebut: 
  Mereka memilih menggadaikan SK anggota dewan untuk membeli mobil dan atau rumah di Sampang, dengan alasan mempermudah diri menjangkau kantor dewan manakala melakukan kegiatan legislatif.
“Kalau tetap tinggal di desanya, kita repot pulang balik ke Kota Sampang untuk rapat-rapat dewan. Lebih efektif kalau punya mobil atau memiliki rumah sendiri di kota,” kata salah seorang anggota dewan yang minta tidak disebutkan identitas diri maupun asal-usul partainya.
Hal yang sama juga diungkapkan anggota DPRD lainnya, yang mengaku butuh mobil untuk transportasi pulang-pergi dari rumahnya di desa ke kantor DPRD Sampang yang berjarak sekitar 50 kilometer pergi-pulang.
Sekretaris Dewan (Sekwan) Kabupaten Sampang, Sudarmanto membenarkan ada 15 orang anggota DPRD Sampang yang antre menggadaikan SK-nya guna mendapatkan uang tunai dari bank.
Ia menduga, niatan sejumlah anggota dewan yang baru itu kemungkinan terinspirasi rekan-rekannya sesama anggota dewan dari luar Pulau Madura yang juga melakukan hal yang sama.
“Ada 15-an orang anggota DPRD Sampang yang mendaftarkan diri menggadaikan SK-nya untuk memperoleh uang pinjaman tunai sekitar Rp 200 juta,” ujar Sudarmanto.
Sudarmanto megnatakan, untuk saat ini pengajuan SK tersebut masih dalam proses, karena harus mendapat persetujuan dari ketua partai maupun ketua DPRD.
Pengajuan itu baru bisa dibawa ke bank kalau sudah mendapat rekomendasi dari ketua partai dan ketua dewan.
“Pengajuan gadai ke bank itu baru akan kita lakukan awal November mendatang,” ujarnya.
Sementara Ketua DPRD Kabupaten Sampang, Imam Ubaidilah  membenarkan adanya belasan anggota dewan yang akan mengadaikan SK. Bahkan dirinya telah memberikan rekomendasi kepada 15 anggotanya.
“Besaran pinjaman itu bervariasi sesuai kebutuhan. Ya, berkisar antara Rp 100-200 juta untuk berbagai keperluan pribadi masing-masing,” ujar Imam Ubaidilah, politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Pinjam Monas
Sementara itu, sejumlah anggota dewan  Kabupaten Sampang ramai-ramai mengajukan permohonan pinjam pakai mobil dinas dewan yang dikembalikan oleh anggota dewan lama yang tidak terpilih kembali menjadi DPRD periode 2014-2019.
Agar tidak terlalu mencolok, plat mobil berwarna merah itu dicat ulang agak gelap sehingga sekilas seolah mobil plat hitam.
Demikian pula sebutan mobil dinas yang biasa disingkat mobdin, mereka ubah menjadi monas.
“Kita memang meminjam monas untuk kegiatan dewan,” ujar salah seorang anggota dewan yang rumahnya berada di desa yang berjarak sekitar 70 kilometer pergi-pulang.
Guna mempermudah transportasi, mereka enggan memakai mobil pribadi dan atau sepeda motor sebagaimana sebelumnya.
Salah seorang anggota dewan mengaku, dari 17 monas yang ada, 15 unit monas di antaranya sudah dipinjam para anggota dewan baru.
Dengan catatan, monas itu nantinya segera dikembalikan, karena mobil tersebut adalah hak para ketua fraksi.
Sekwan Sudarmanto membenarkan, 15 dari 17 unit mobil dinas DPRD Sampang sudah dipinjam pakai para anggota dewan yang baru untuk membantu aktivitas mereka.
“Masih ada dua unit lagi, tetapi sedang diperbaiki di bengkel,” ujar Sudarmanto yang mantan Kabag Pemerintahan Desa (Pemdes) Pemkab Sampang itu.(Sumber:SP.com)