Kamis, 31 Maret 2016

Garuda Mengawali Penerbangannya ke Tano Batak,Akankah Berkelanjutan?

Bupati Taput Nikson Nababan menyambut rombongan petinggi Kementerian di Bandara
Silangit saat pendaratan perdana Garuda . (rel) =



 BATAKINDONEWS.COM - Bupati Tapanuli Utara  Drs Nikson Nababan beserta isteri didampingi unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor, Bupati Samosir Rapiddin Simbolon dan Bupati Tobasa Darwin Siagian menyambut kedatangan rombongan Menteri Perhubungan diwakili Maryati Karma, Menteri Pariwisata diwakili  Hiramsyah Sambudy dan Menteri BUMN diwakili Khoerun Roziqin,  serta Presiden Direktur Angkasa Pura II Budi Karya dan Direktur Niaga Garuda Indonesia Handayani serta seluruh rombongan yang menumpang pesawat Garuda Indonesia jenis CRJ 1000 sebagai penerbangan perdana ke Bandara Silangit, Selasa (22/03).
 “Saya sangat bahagia dan gembira, akhirnya pesawat Garuda Indonesia bisa mendarat dengan sempurna dan semua lancar di Bandara Silangit dengan membawa rombongan menteri serta beberapa wartawan beberapa media dari Jakarta. Di samping telah mendarat dengan mulus di Bandara Silangit, rombongan juga berkesempatan menikmati keindahan panorama Danau Toba dari lokasi pemandangan Gantole Kecamatan Muara,” ujar Nikson dalam sambutannya.Acara penyambutan diwarnai atraksi tortor Batak menghibur segenap rombongan.
  Bupati menyampaikan titik awal perkembangan perekonomian dan pariwisata masyarakat Tapanuli Utara telah kita capai. Kesempatan ini akan membawa dampak yang sangat positif bagi kita semua. “Bandara Silangit sudah membuktikan telah siap didarati pesawat besar seperti Garuda Indonesia. Semua penumpang merasakan kebahagian yang dirasakan masyarakat Tapanuli Utara. Keindahan panorama Danau Toba dari lokasi pemandangan Kecamatan Muara juga menunjukkan rasa bahagia dengan cuaca yang cerah, dan pemandangan yang bagus saat rombongan tiba dilokasi. Bandara Silangit harapan kita semua seraya menjawab semua impian masyarakat daerah ini,” ujar Nikson.
 “Destinasi wisata dan otorita Danau Toba menjadi titik awal sejarah mendaratnya Garuda Indonesia di Kabupaten Tapanuli Utara. Mari kita jaga bersama keindahan lingkungan alam kita,karena kita dihadiahi panorama indah Danau Toba, seperti halnya bagi daerah Kabuaten Samosir, Tobasa dan Humbang Hasundutan. Kita jadikan obyek wisata ini membawa berkah dan hasil yang positif bagi kita dan keberadaan Bandara Silangit menjadikan kita sebagai pintu gerbang. Kita bekali diri kita menjadi pelaku-pelaku di daerah kita sendiri, jangan biarkan Negara lain menguasai daerah kita dengan alasan kita tidak mampu. Kita bekali diri kita menuju ekonomi ASEAN (MEA). Kita harus berdikari dan bersinergi  menuju  daerah yang sejahtera dan maju,” harapnya.
 Turut mendampingi Bupati Taput Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara , Kapolres Tapanuli Utara AKBP Dudus Harley Davidson, Dandim 0210 Tapanuli Utara Letkol. Inf. Baginta Bangun, Kajari, Ketua Pengadilan Tarutung Mian Munthe, Sekretaris Daerah  Tapanuli Utara Edward Tampubolon, SE serta seluruh SKPD Pemkab dan anggota PKK Kabupaten Tapanuli Utara.
 Sementara itu sejumlah warga Taput merespon penerbangan Garuda itu sebuah surprise yang pantas diacungi dua jempol kanan dan kiri. Namun kepada media online BATAKINDONEWS.COM, mereka berharap penerbangan itu bisa berkelanjutan. "Kita banggakan itu, tapi mudah-mudahan bisa berkelanjutan, terutama dalam menopang peningkatan destinasi Danau Toba sekaligus peningkatan perekonomian khususnya di empat kabupaten seputaran Danau Toba," ujar dua warga mengaku marga Siagian dan Pasaribu. Kalau kesejahteraan masyarakat di kawasan ini secara real meningkat pasti kelanjutannya terjamin, imbuh Siagian . (Leonardo/rel)

Rabu, 30 Maret 2016

Pawai Obor Sepanjang 2 Kilometer Menuju Monumen Munson - Lyman

Bupati Nikson Nababan bersama isteri Satika Simamora di antara peserta barisan pawai
obor menuju Monumen Munson-Lyman di Lobu Pining. =



BATAKINDONEWS.COM - Bupati Tapanuli Utara Drs. Nikson Nababan bersama Ibu didampingi Ketua DPRD  Tapanuli Utara  ikut serta pada  Kebaktian Paskah Buha-buha Ijuk (kebaktian subuh) yang diawali dengan pawai obor sepanjang 2 km menuju pelataran Monumen Munson Lyman bersama seluruh elemen BKAG, SKPD Pemkab Taput dan masyarakat, di Lobupining Kecamatan Adiankoting, Minggu (27/03).
“Kebaktian Paskah dan Buha-buha ijuk ini merupakan momen penting bagi umat Kristen dalam memperingati peristiwa tersalibnya Tuhan Yesus untuk menebus manusia dari dosa. Ini kedua kalinya kita adakan kebaktian paskah buha-buha ijuk di Pelataran Monumen Munson-Lyman sebagai momentum bagi kita untuk menghargai dan mengenang sejarah masuknya agama Kristen di daerah kita dimana Munson-Lyman mati martir untuk menyelamatkan bangso Batak dari kegelapan,” ujar Bupati dalam sambutannya usai kebaktian.  Bupati menyampaikan bahwa masyarakat Batak harus menghargai sejarah agar menjadi bangsa yang besar, masyarakat yang maju dan menghargai setiap perjuangan pendahulu kita bagi Bangso Batak. “Saya mempelajari sejarah Munson-Lyman memberikan perubahan yang luar biasa di Tanah Batak dan menjadi sejarah yang berharga yang harus diketahui generasi kita, kedatangan kedua missonaris ini memberikan terang dan masuknya agama Kristen bagi pendahulu kita. Untuk itu jugalah saya berharap nama Munson-Lyman diabadikan sebagai nama Bandara Silangit “Bandara Munson-Lyman Silangit Internasional” sebagai bentuk penghargaan bagi sejarah kita. Di samping itu, nama itu juga akan menarik perhatian bagi Negara asal Munson-Lyman untuk mengenal dan mengunjungi Kabupaten Tapanuli Utara sehingga daerah kita akan lebih maju,” ujar Bupati menambahkan.

 “Saya ucapkan selamat Paskah untuk seluruh masyarakat Tapanuli Utara dimanapun berada, semoga perayaan paskah ini memberikan berkah dan anugerah yang luar biasa bagi Kabupaten Tapanuli Utara. Segala yang kita rintis selama ini agar berjalan lancar dan masyarakat Tapanuli Utara bahu-membahu menuju sebuah kesejahteraan dan kemajuan. Sebagai bentuk penerimaan kita akan keselamatan manusia melalui kematian Yesus adalah dengan karya kita dalam mengisi kemajuan dan pembangunan di Tapanuli Utara,” ujar Nikson.
  Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara  dalam kesempatan itu juga menyampaikan bahwa perayaan Paskah ini merupakan momen berharga dan religius bagi masyarakat untuk lebih memaknai arti Paskah bagi umat Kristiani. “Tempat ini menggugah kita untuk mengenang dan menghargai sejarah dan kami mendukung penuh ide Bupati yang ingin memberikan nama “Bandara Munson-Lyman Silangit Internasional” untuk Bandara kita di Silangit sebagai bentuk penghargaan akan sejarah karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah,” ujar Ottoniyer mengakhiri. Kebaktian buha-buha ijuk yang dipimpin Pendeta Demak Simanjuntak yang sebelumnya diawali dengan prosesi dan pawai obor sepanjang 2 Km diakhiri dengan Bupati meninjau seluruh lokasi guna pengembangannya sebagai tempat wisata rohani yang mampu menarik perhatian pengunjung. Bupati Nikson Nababan didampingi para SKPD dan anggota PKK Kabupaten Tapanuli Utara. (Leonardo/rel)

Senin, 07 Maret 2016

Drama Pelarian Berakhir, Labora Menyerah


 BATAKINDONEWS.COM  - Terpidana kasus pembalakan liar dan pencucian uang, Labora Sitorus akhirnya menyerahkan diri ke Polres Sorong Kota, Senin (7/3) sekitar pukul 03.00 WIT. Sebelumnya, Labora kabur dari tahanan rumah, Jumat (4/3) . Labora anggota Polri yang bikin heboh dengan rekening gendutnya, disebutkan menyerah dengan menaiki ojek. Dengan demikian berakhirlah drama singkat pelarian anggota polisi yang kaya raya ini. Tokoh yang sekian lama mencengangkan dalam liputan media cetak maupun online.

"Iya, sudah menyerahkan diri ke Polres Sorong Kota sekitar jam 3," kata Kapolres Sorong Kota, AKBP Karimudin Ritonga saat dihubungi wartawan, Senin (7/3).

Karimudin mengatakan, ketika menyerahkan diri Labora diantar dengan ojek. Namun berdasarkan pengakuan Labora, dia tidak mengenal sopir yang membawanya.

"Kondisi Labora baik, dia sendiri diantar sama ojek," katanya.

Ritonga menambahkan, kini Labora sudah terbang menuju Jakarta bersama anggota Mako Brimob dan pihak Kemenkum HAM.

"Sekarang sudah naik pesawat menuju Jakarta," ujar Ritonga.

Sebelumnya, tim Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dikawal ratusan aparat Polres Sorong Kota dan Brimob Polda Papua Barat, menjemput Labora Sitorus untuk dieksekusi, dari kediaman Labora di Kelurahan Tampa Garam, Kota Sorong, ke Lapas Cipinang, Jakarta. Namun, ternyata Labora tidak ada di rumah.

"Labora Sitorus selama ini tidak di Lapas Sorong tetapi yang bersangkutan berada di rumahnya di Kelurahan Tampa Garam, Kota Sorong, dengan alasan sakit. Seharusnya Labora Sitorus kooperatif kembali ke Lapas Sorong untuk menjalankan hukumannya yang sudah berkekuatan hukum tetap," kata Kakanwil Hukum dan Hak Asasi Manusia Papua Barat Agus Purwanto, seperti, Jumat (4/3).

Terpidana kasus pembalakan liar dan pencucian uang itu diduga melarikan diri melalui jalur laut, sebelum tim eksekusi tiba di rumah Labora Sitorus.

"Pemindahan Labora Sitorus adalah keputusan Kementerian Hukum dan HAM," beber Agus.

Menurut warga di sekitar kediaman Labora di Kelurahan Tampa Garam, Kota Sorong, Labora akan bunuh diri, jika dia dipindahkan dari Lapas Sorong ke Lapas Cipinang. (mdk/7-3)

Minggu, 06 Maret 2016

Dramatisnya Eksekusi Labora Sitorus di Papua

 
Ratusan aparat saat proses eksekusi Labora Sitorus yang kabur (tmp)

Aiptu Labora Sitorus saat memberi keterangan (tmp)


 BATAKINDONEWS.COM - Mirip adegan film seru, proses eksekusi terhadap Labora Sitorus menjadi penggalan skenario yang dramatis, seperti ditulis Tempo.Co. Tokoh kontroversial kasus pembalakan ini ternyata punya pendukung fanatik di Papua.  Proses eksekusi Labora Sitorus diwarnai drama. Ada sekitar 50 orang pendukung Labora bersiap dengan batu melawan aparat gabungan yang ingin mencokok kembali Labora Sitorus di rumahnya di Sorong, Papua. "Ada sekitar 50 orang menghalangi aparat gabungan saat ingin menangkap Labora Sitorus," ujar  Direktur Jenderal Pemasyarakatan I Wayan Kusmiantha Dusak saat dihubungi Tempo, Jumat, 4 Maret 2016.

Menurut Wayan, puluhan orang itu bersiap membawa batu dan melempari aparat gabungan yang datang ke rumah Labora Sitorus. Rumah besar yang ditinggali Labora pun sudah dipasangi barikade, satu truk kontainer dengan gelondongan kayu-kayu. "Rumahnya besar gitu kaya LP Cipinang, sekelilingnya pagar trus ditutupi truk kontainer," kata Wayan.

Saat ini seluruh orang tersebut sudah ditangani oleh Polisi Resor Sorong. "Semuanya sudah ditahan di Polres Sorong, dan kita masih lanjut mencari Labora Sitorus yang resmi jadi DPO," ujar Wayan.

Polisi pemilik rekening gendut Rp 1,5 Triliun itu ternyata sudah tidak ada di rumahnya. Labora Sitorus melarikan diri saat mau ditangkap pagi tadi, Jumat, 4 Maret 2016. "Kita mau ambil ke rumahnya di Kecamatan Tampak Garam, Sorong. Saat sudah mau menangkap eh dia nggak di lokasi," ujarnya. Wayan mengaku meminta bantuan dari Brimob kelapa dua juga untuk menangkap Labora.

Wayan menggunakan dua tim, satu tim pengalih yang masuk lewat pintu depan dan satu lagi tim inti yang masuk dari pintu samping. Saat tim inti berhasil masuk, Labora sudah tidak ditemukan.

Sebelumnya, Labora menolak dieksekusi lantaran telah menerima surat pembebasan dirinya. Setelah melakukan penyidikan, Mabes Polri memblokir 60 rekening miliknya. Rekening itu sebagian atas nama Labora Sitorus, sebagian lagi bukan atas namanya.

Akibat perbuatannya itu, Labora Sitorus divonis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Sorong 2 tahun penjara dan denda Rp 50 juta pada akhir 2013. Dia hanya terbukti melakukan pembalakan hutan liar dan penimbunan bahan bakar minyak. Sedangkan dakwaan lain, yaitu tindak pidana pencucian uang, tak terbukti.

Namun Kejaksaan Tinggi Papua melakukan banding dan diputus 8 tahun penjara dan denda Rp 50 juta di Pengadilan Tinggi Papua. Vonis itu lebih tinggi dari putusan Pengadilan Tipikor Sorong. Pengadilan Tinggi Papua menyatakan Labora terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang. (Tmp)

Kekasihku Preman Pinggiran (6)

Bindu 6 - Novel: Leonardo TSS

Jenni susah tidur malam itu. Dia terbawa arus pikiran tak karuan. Dicobanya melupakan momen sekejap tadi, ketika Ronni tiba-tiba nyelonong ke rumahnya. Jenni tahu itu kerjaan Ida dan Bornok, sengaja membawa Ronni yang membuatnya kaget. Jenni kesal, tapi di balik itu hatinya juga resah. Merasa serba salah. Ia mengoreksi sikapnya tadi menghadapi pemuda berkulit hitam manis itu. Apakah aku tak cukup ramah terhadap pemuda itu? Jenni kuatir kalau ia dinilai gadis yang angkuh atau cuek.
 Jenni meninggalkan tempat tidurnya, membuka pintu dapur. Di situ di bawah pohon alpukat yang rindang ada kursi kayu yang biasa didudukinya saat senggang. Jenni menatap langit yang gelap tak berbintang. Saat-saat duduk sendirian di kursi kayu itu hatinya sedih, mengenang semua masa lampau yang penuh kenangan saat ibunya masih ada. Jenni teringat ibu yang begitu baik dan peduli padanya. Jenni teringat kala masih di SMA empat tahun lalu, ia nyaris seorang gadis yang dimanjakan ibunya. Jenni tak pernah mengalami keletihan seperti sekarang. Jenni sudah terbiasa dengan air mata, dan terbiasa pula untuk tidak terlena oleh kesedihan.
 Ida dan Bornok berusaha menghiburnya. Jangan larut terus oleh kesedihan. Air mata tak pernah menyelesaikan kesedihan, kecuali menyuburkan perasaan apatis makin menjadi. "Yakinlah, waktu selalu akan merobah semuanya dalam hidup kita. Biasakanlah melawan kesedihan dengan tersenyum, dan jangan mau didera perasaan menyesali apapun yang telah kau alami."
 Bahkan satu ketika Ida mengusulkan, " Jika kamu merasa hidupmu hanya akan menderaikan air mata di rumah ini, ya kenapa kamu tak mau mengambil tindakan berani. Kamu punya hak atas dirimu, dan punya hak penuh untuk menentukan hari esokmu."
 Jenni tertegun menatap Ida." Maksudmu?" ia cepat menyambut dengan tanya.
 Ida menjawab, serius." Yah pergi tinggalkan rumah ini, jangan biarkan dirimu selamanya bernafas dalam lumpur kesedihan tak bertepi."
 "Jadi aku kemana," kata Jenni seperti pada diri sendiri. Menatap langit tak berbintang. Menatap langit yang seakan mengasihani dirinya.
 Ida menghela nafas, mengelus tangan Jenni." Tapi jangan bilang aku menghasutmu ya Jen. Aku hanya tak tega melihat keadaanmu terus bersedih seperti terpasung di sini. Kalau saja rumahku bukan di komplek ini, aku akan membawamu ke rumahku saja. Orang tuaku pasti tidak keberatan."
 "Ya, tapi aku mau ke mana, kalau misalnya aku pergi dari rumah pamanku ini," Jenni mengulangi pertanyaannya.
 " Lho, coba saja. misalnya mencari kerja kek,kamu kan sudah punya ijazah SMA dan sudah punya sertifikat kursus komputer seperti aku. Itu kan sudah bisa modal cari pekerjaan."
 " Tapi kerja di mana hanya lulusan SMA."
 " Ya siapa tau ada lowongan tenaga honor misalnya, atau kerja perusahaan kek, entah kerja di percetakan atau wartel."
 "Wartel? Seperti si Riris?" Jenni mengeritkan dahi.
"Ya, kenapa. Apa salahnya sementara seperti Riris sebagai batu loncatan. Sekarang Riris kan sudah kerja meskipun honor di kantor pemerintah." Ida memberi penjelasan.
Jenni pun terdiam.
"Pikirkan sajalah itu Jen. Dan ingat, kamu itu tak terikat apa-apa dengan keluarga di rumah ini, kecuali karena ini rumah pamanmu. Aku tau kamu tertekan bathin karena isteri pamanmu tak sebaik nantulangmu mendiang."
 "Tapi aku takut Ida, tak enak nanti pada paman kalau..."
" Jangan terlalu berpikir sentimentil Jen. Kamu di sini kan hanya sebagai persinggahan sementara ketika situasi kehidupan menggiringmu harus tinggal bersama pamanmu. Tapi bukan berarti kamu telah bergantung harus di sini selamanya. Kita sebagai orang Batak tetap menghormati paman kita, tapi bukan berarti menghormati membuat kita harus kehilangan kemerdekaan pribadi."
Semua ucapan Ida itu selalu terngiang di ruang telinga Jenni. Dibolak-balik baik buruknya, pantas tidaknya. Tapi lama kelamaan Jenni menggarisbawahi satu kata simpul dari Ida , tentang kemerdekaan pribadi yang tak harus terikat pada ikatan-ikatan apapun dengan yang lain."
 Jenni menutup pintu dapur, beringsut pelan kembali ke kamar. Direbahkannya diri seraya mencoba membuat hatinya setenang malam yang bergerak lambat menuju fajar.
 Ia ingin melupakan tentang kunjungan seorang pemuda bernama Ronni tadi. Jenni merasa tak tertarik seandainya pun perkenalan itu mau dirajut ke jenjang lebih jauh. Jenni takut menjalin hubungan dengan pria, karena rasa tidak merdeka mengingatkannya untuk menepis pergaulan lebih jauh kecuali dengan sebatas teman anak gadis. 
 Dan terutama, Jenni takut jika suatu hubungan cinta menambah beban tekanan terhadap dirinya. Isteri pamannya Marice, pasti akan membuat situasi bertambah buruk.
 "Ouuuuhhhhh nasiiiiib..." keluh Jenni seraya mengatupkan mata.

Rabu, 02 Maret 2016

Jokowi Serius Memacu Pembangunan Wilayah Sumatera

Presiden sedang memberi arahan tentang percepatan pembangunan Danau
Toba dan Trans Sumatera (Setpres RI)

 BATAKINDONEWS.COM  - Presiden Joko Widodo pagi ini (2/3) bertolak ke Kabupatan Deli Serdang, Sumatera Utara, untuk meninjau kawasan wisata Danau Toba. Dari rangkaian kunjungan kerjanya di Sumut, terkesan keseriusan Jokowi merealisasikan janjinya mempercepat pengembangan kawasan Danau Toba menjadi destinasi wisata bertaraf internasional. Selain keseriusan Jokowi membangun jalur trans Sumatera.

Presiden dan rombongan telah berangkat menuju Bandara Internasional Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 sekitar pukul 08.30 Wib. Setibanya di Kualanamu, Presiden dan rombongan akan berganti pesawat dengan menggunakan CN-295 menuju Bandara Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara dan melanjutkan perjalanan menuju Danau Toba dengan berkendaraan mobil.

Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana menjelaskan Presiden Jokowi dalam rapat kabinet 2 Februari lalu telah menginstruksikan sejumlah menteri agar pengembangan Danau Toba dilakukan penguatan konektivitas dan aksesibilitas, seperti bandara, jalan, dan pelabuhan.

"Saya juga menekankan agar disiapkan branding untuk pemasarannya, pelayanan yang berstandar internasional, atraksi-atraksi seni budaya dengan koreografi yang baik, desain yang menarik yang mempunyai kelas," ucap Presiden dalam ratas tersebut.

Selain meninjau kawasan wisata Danau Toba, Presiden juga akan memimpin rapat tentang pengembangan Danau Toba dengan Menteri Pariwisata, Plt Gubernur Sumatera Utara dan para Bupati Wilayah Danau Toba.

Setelah Danau Toba, Jokowi dan rombongan akan melanjutkan kunjungannya ke Takengon untuk peresmian Bandara Rembele, Takengon, Provinsi Aceh. Dari Aceh, Presiden akan kembali ke Sumatera Utara untuk meninjau beberapa proyek infrastruktur seperti jalur kereta api dan jalan tol.

Pada hari ketiga, sebelum kembali ke Jakarta, Presiden akan meninjau pembangunan infrastruktur di Sumatera Selatan. Presiden dan rombongan direncanakan akan tiba di Jakarta pada Kamis (3/3) sore. (mdk)

Jatuh Bangunnya Koran Sinar Harapan

BATAKINDONEWS.COM - Bermodal tata letak sederhana dengan satu foto di halaman pertama, pada Kamis sore 27 April 1961, koran Sinar Harapan mulai dijual, bersanding dengan koran sore lain, Warta Bhakti. Koran yang memiliki moto “Memperdjoangkan kemerdekaan dan keadilan, kebenaran dan perdamaian berdasarkan kasih” ini, pada awal penerbitannya tidaklah menarik perhatian. Namun seiring berjalannya waktu, isi berita dan tampilannya mulai dilirik banyak orang.

Waktu itu, Presiden Soekarno kerap mendengungkan tiga unsur penting yang hidup dalam masyakarat Indonesia. Ketiga unsur itu adalah nasionalis, agama, dan komunis yang disingkat nasakom. Unsur ini juga merasuk ke dunia pers. Situasi negara medio 1959-1960 memungkinkan dunia pers memilih ketiga unsur tersebut. Golongan nasionalis memiliki surat kabar di Jakarta bernama Suluh Indonesia, sementara golongan komunis mempunyai Harian Rakyat dan Warta Bhakti. Golongan agama pun berpeluang mendirikan surat kabar, selain Duta Masyarakat yang didirikan Nahdlatul Ulama.

Dalam perjalanannya, pemerintah menutup banyak surat kabar beraliran “kanan” hingga kemudian koran beraliran “kiri” atau komunis menguasai dunia pers. Dunia pers saat itu memasuki masa suram. Akhirnya kalangan militer memberi angin kepada masyarakat untuk membuat surat kabar bernapaskan keagamaan, untuk mengimbangi harian yang berafiliasi komunis sekaligus untuk memperkuat barisan Pancasila. Seorang dokter berpangkat mayor Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), Komang Makes, ingin menerbitkan surat kabar bernapaskan agama. Seperti dikutip dari buku Awal Perjuangan Sinar Harapan, 1981, dr Makes menghubungi beberapa rekannya yang memiliki dasar kekristenan kuat. Mereka adalah para pendeta, seperti Roesman Moeljodwiatmoko, Soesilo (pendeta ALRI), Prof Dr Soedarmo, Simon Marantika (Sekjen Dewan Gereja-gereja di Indonesia/DGI), dan Prof JL Ch Abineno (Ketua DGI).
Dokter Makes kemudian menghubungi orang-orang dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan tokoh masyarakat Kristen, antara lain Dr Johannes Leimena (Wakil Perdana Menteri Pertama), JCT Simorangkir SH (Parkindo) dan rekannya WJ Rumambi; serta Darius Marpaung, Sahelangi, dan Ny B Simorangkir. Kelompok ketiga yang diajak bergabung dari kalangan pengusaha dan pers seperti Indra D Pontoan, ARSD Ratulangi, HG Rorimpandey, JB Andries, Simon Toreh, Supardi, dan Lengkong. Terakhir yang dihubungi adalah Soehardhi yang pernah menggawangi mingguan Hidup dan Berita Minggu.

Setelah itu, bergabung Subagyo Pr (RRI), Liek Soemantoro (eks mingguan Hidup), Poernawan Tjondronegoro, dan Subekti (eks Pedoman). Bergabung pula Surjanto Kodrat (eks Indonesia Observer), Max Karundeng (eks Merdeka dan Pedoman), Aristides Katoppo (eks AP/PIA), Daisy Nelwan, SWG Awuy, Bram AD Tuapatinaja, David Hutabarat, Rheinhardt Simanjuntak, Benny Ticoalu, Ahmad, dan Sutilah. Turut bergabung pula eks wartawan dan karyawan surat kabar Pos Indonesia, seperti Tukiran, Suprapto, Oey Yu Sin, Budiono, Victor Sihite, Robert Gouw, SM Madja, Wengki, J Budisatria, dan Setiadi Purnama.  

Nama dan “Warna”

Sebelum menentukan pelaksana redaksi, terjadi diskusi untuk menentukan “warna” harian yang akan diterbitkan. Mereka setuju mendirikan surat kabar bernapaskan kekristenan. Awalnya, Leimena menyangsikan keberhasilan mereka menerbitkan koran harian, mengingat minimnya pengalaman dan persoalan permodalan. Leimena kemudian menganjurkan penerbitan majalah atau surat kabar mingguan.

Namun kemudian, dr Makes mampu meyakinkan Leimena agar mendirikan koran harian. Setelah beberapa kali diskusi, muncullah nama Sinar Harapan yang merupakan usulan dr Makes. Moto “Memperdjoangkan kemerdekaan dan keadilan, kebenaran dan perdamaian berdasarkan kasih” merupakan usulan Rumambi yang kemudian dijadikan tagline.

Surat kabar ini tidak berpredikat Kristen, tapi bernapaskan kekristenan; terbit di bawah komando HG Rorimpandey sebagai pemimpin umum dan ketua dewan redaksi JCT Simorangkir SH, serta pelaksana redaksi dipimpin Soehardhi. Untuk badan penerbit, dibentuklah PT Sinar Harapan yang selanjutnya berganti menjadi PT Sinar Kasih.

Surat Izin Terbit (SIT) atas nama Rorimpandey sudah dikenal di Departemen Penerangan, Penguasa Perang Daerah (Peperda) Jakarta Raya, maupun Penguasa Perang Tertinggi (Peperti). Ia pernah menjadi Pemimpin Umum maupun Pemimpin Redaksi Buletin Ekonomi Keuangan, serta memimpin mingguan Dunia Ekonomi, mingguan Pewarta Djakarta, dan sempat menjadi wartawan mingguan Republik. Sebelum mengajukan SIT, diputuskanlah Sinar Harapan menjadi harian sore dengan pertimbangan harian sore Pos Indonesia yang diterbitkan PT Kinta diberangus pemerintah.

Dalam perjalanannya, Sinar Harapan menjadi harian umum dan koran sekuler, bukan berpredikat Kristen. Para pendiri dan pengelolanya sepakat menerbitkan koran tanpa dicampuri pihak mana pun. Sikap ini justru menarik lembaga kekristenan yang semula tidak melirik koran ini.

Awalnya, Sinar Harapan memang menjadi bagian Parkindo, menyusul niatan pemerintah mengontrol pers. Pemerintah dianggap sebagai penguasa dan mewajibkan semua media massa berafiliasi kepada partai politik. Apabila tidak, SIT-nya dicabut. Namun, pada masa Orde Baru, Sinar Harapan melepaskan diri dari partai.

Pada 1973, dalam SIT yang dikeluarkan Departemen Penerangan, Sinar Harapan adalah harian umum independen. Sinar Harapan menjadi media yang bebas dan berhasil menjadi besar dalam kancah pers di Tanah Air pada 1980-an. Kendati kerap menghadapi penghentian operasional hingga pencabutan SIT pada 1965, 1973, 1978, sampai penutupan Sinar Harapan yang kemudian diganti menjadi Suara Pembaruan pada 1986-1987, perjuangan para wartawan dan karyawannya tidak pernah padam.

Banyak nama besar di republik ini lahir dari koran yang bertiras awal hanya 2.500 eksemplar, tapi kemudian menjadi 200.000 eksemplar tiap hari itu. Tiras tersebut adalah yang tertinggi di antara semua media massa cetak di Indonesia kala itu. (Ray Soemantoro)

Sumber : Sinar Harapan
Kantor Harian Sinar Harapan (SH) =