Selasa, 17 Maret 2015

Dolok Martimbang Na Burju...

Dolok Martimbang yang jinak dan aman (Foto: SARINGAR.Net/LTSS)=

 Bagi warga yang berkampung halaman di Tarutung - atau lebih luas lagi sebut saja Rura Silindung - Dolok (gunung) Martimbang yang menjulang megah di sebelah selatan lembah ini merupakan nilai plus keindahan daerah ini. Sejauh mata memandang ke arah Selatan, mata pun menyaksikan gugusan pepohonan menghijau, dan terkadang gumpalan awan menggantung di atasnya. Dan di seputaran lereng gunung, tampaklah rumah penduduk desa dan persawahan yang mengitarinya. Indah memang Dolok Martimbang, namanya pun terpatri melekat di lubuk hati putra-putri kelahiran daerah ini, di mana pun dia kini berada.
"Nunga boha Dolok Martimbang di hutanta i," cetus seorang sahabat suatu ketika kami bertemu di Jakarta beberapa waktu silam.
Dalam hati saya menggumam," Bah, kawan yang satu ini langsung tanya Dolok Martimbang. Biasanya  pertanyaan yang umum adalah tentang keadaan kota, kampung, atau teman sekolah masa silam. Sangat jarang yang menanyakan Dolok Martimbang."
Maka saya jawab," Songon na somal dope kale, ai boha huroa Dolok Martimbang." (Masih seperti sediakala sobat, kenapa rupanya gunung Martimbang).
Dia tampak tercenung sesaat, mengisap rokoknya dalam-dalam. Lalu ia berkata perlahan, sepertinya penuh perasaan." Olo do tarsingot au tu Dolok Martimbang, molo hupaihut-ihut na masa di hutani donganta halak Karo, sai martimus-timus Dolok Sinabung, pola lao mangusi angka pangisi ni huta i ala biar nasida molo mapultak muse dolok i." (Terkadang saya teringat gunung itu, kalau saya simak kejadian tragis di Tanah Karo gunung Sinabung menyemburkan api dan lahar, sampai penduduk repot mengungsi).
Saya amati bola mata sahabat lama itu. Saya melihat kilatan nostalgia kerinduan dan kepedulian di sana.
Lalu saya dengarkan dia melanjutkan kata-katanya," Songon anak ni Silindung hita, na patut do hita mandok mauliate tu Debata, ala ndang songgop tu hutanta pangunjunan sisongoni. Autsugari ma songon Sinabung Dolok Martimbang na di hutanta i, bah ndang binoto be songon dia ate. Alai sahat tu saonari jala laos ma sahat tu salelengna, na burju do Dolok Martimbang, ndang gabe susa jolma natorop songon angka di luat na asing molo sai binege marpultakan angka dolok." (Selaku anak Silindung wajarlah kita mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Maha Kuasa, karena kampung kita aman, bagaimana kalau gunung Martimbang seperti Sinabung, tak terbayangkan kesusahan yang diderita penduduk di sana).
Saya mengangguk-angguk mendengarkan kicau sahabat itu, seraya membenarkannya. "Toho do tutu pandohan ni lae on, ai so pola hea nirimangan tusi. Alai na binoto, ndang mangolu be ianggo mohop ni Dolok Martimbang, ala godang aek rangat di humaliang hutanta, ima hapuasan mohop na adong di butuha ni dolok i." ( Benar juga katamu ipar, tapi setahu saya gunung Martimbang itu tidak lagi aktif, karena banyak air panas di sekitar kampung kita sebagai pelepasan panas di perut gunung itu).
Konon nama Martimbang pernah ditabalkan Presiden Soekarno menjadi nama pesawat kepresidenan beberapa waktu lamanya, terinspirasi saat Bung Karno mengunjungi Tarutung tahun 1955. Benar tidaknya hal itu hanya sejarah yang persis tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar