Selasa, 24 Februari 2015

KILAS : Farel Pasaribu, Dari Medan Gerilya Jadi Gubernur Kalbar


Lintong Farel Pasaribu bersama isteri br Siahaan.(Foto:Leonardo TSS)=
 Lintong Farel Pasaribu
(Dari Bupati di Taput, Menjadi Gubernur di Kalimantan)
*Pemimpin Legendaris di Tengah
Belantara Hutan

 Dusun kecil Sampe Nauli di kawasan Desa Haunatas II Kecamatan Laguboti (sekarang Kabupaten Toba Samosir) itu tampak sepi. Jarang terlihat ada warga. Di dusun ini, hanya ada lima rumah yang sudah uzur dimakan usia. Salah satunya sebuah rumah berbentuk rumah adat yang bagian dindingnya sudah direnovasi menjadi beton, dan di sebelahnya terdapat sebuah rumah tua model lama yang tampaknya cukup lama tak berpenghuni lagi. Dusun itu sekilas seolah sudah tak berpenghuni. Suasananya terasa lengang namun ada nuansa kenyamanan di sekitar. Warga dusun tampaknya sibuk dengan kegiatan sehari-hari.
   Namun dusun kecil Sampe Nauli yang terletak tak jauh dari jalan Desa Haunatas II itu, memiliki nilai historis tersendiri dikaitkan sejarah kepemimpinan pemerintahan di Tano Batak Tapanuli Utara. Sebab, di dusun inilah lahir seorang anak yang kemudian menjadi salah satu pemimpin pemerintahan legendaris di Kabupaten Tapanuli Utara. Dia adalah Lintong Farel Pasaribu (alm), yang tidak hanya pernah menjadi Bupati Gerilya di daerah ini, tapi juga sempat menjadi seorang Residen dan Gubernur di Kalimantan Barat. Suatu reputasi yang tergolong langka dan luar biasa pada masa itu. Rumah berarsitektur rumah tradisionil Batak yang terdapat di dusun itu merupakan tempat dimana Farel dilahirkan. Dan rumah kosong di sebelahnya adalah rumah yang pernah dihuni keluarga Farel, kini rumah itu menjadi saksi bisu bahwa di sana seorang tokoh pemimpin besar Tano Batak pernah hadir menguntai berjuta kenangan melekat.
  Tokoh bernama lengkap Lintong Farel Pasaribu, adalah sosok pemimpin sekaligus pejuang legendaris. Itu tercermin dari true story perjalanan hidup, karier kepamongan, dan sepak terjang kejuangannya, khususnya kurun waktu perjuangan kemerdekaan. Sambil berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang, almarhum mengemban amanah sebagai seorang Bupati. Hutan belantara masa itu menjadi basis menjalankan roda pemerintahan, sekaligus melancarkan counter attack kepada penjajah.
  Farel Pasaribu memang tipikal pemimpin yang berjuang total untuk bangsa dan negaranya. Bukan semata untuk kepentingan pribadi. Itu disimpulkan Nurkiah Pasaribu (isteri alm Ir WH Lumbantobing), salah seorang putri Farel Pasaribu, ketika bercerita kepada penulis (Leonardo TSSimanjuntak) di rumahnya yang asri di Jalan Sei Halaban No 1, Medan, Jumat (18-01-2008),tujuh tahun silam.
  “Almarhum ayah memang sosok yang mengedepankan kepentingan perjuangan kebangsaan, daripada sekadar berjuang untuk kepentingan segelintir orang, apalagi kepentingan pribadinya”, tutur Nurkiah Pasaribu di tengah kesibukannya mencari dokumen-dokumen otentik seputar biografi ayahnya Farel Pasaribu, saat dikunjungi penulis biografi ini. Ibu berpostur kurus ini terkesan begitu open dan ramah membeber informasi kontekstual terkait ayahandanya Farel. Apa yang diketahui dan masih diingatnya diungkapkan apa adanya. "Datanya tentu masih banyak, tapi apa yang saya berikan mungkin sudah lumayan melengkapi kebutuhan untuk penulisan sekilas biografi bapak almarhum," ujarnya.
   Lintong Farel Pasaribu Gelar Baginda Sodungdangon atau Ompu Si Rani Doli, lahir tanggal 11 Pebruari 1908 di Dusun Sampe Nauli, Haunatas, Laguboti, sebagai anak tertua dari Raja Salomo Pasaribu/ Theodora br Tambunan. Almarhum Farel mempunyai 5 saudara laki-laki dan 8 saudara perempuan. Ayahnya,Raja Salomo Pasaribu dulunya seorang Asisten Demang. Farel Pasaribu menikah tahun 1930 dengan Sabenna br Siahaan, putri dari Raja Johannes Siahaan, Kepala Nagari Hinalang, Balige. Perkawinan itu membuahkan 4 (empat) putra dan 7 (tujuh) putri. Putri tertua, Minar Pasaribu meninggal pada usia 11 bulan. Jumlah cucu dari 9 putra-putri yang sudah berkeluarga, 19 orang.
   Farel Pasaribu pertama kali mendapat pendidikan HIS di Sigompulon Tarutung, tamat 1922, disusul pendidikan OSVIA di Bukit Tinggi, tamat tahun 1927. Setelah lulus OSVIA dengan nilai terbaik, almarhum Farel bekerja pada kantor Demang di Sibolga dengan pangkat GAIB. Pada 1928 dipindahkan ke Laguboti menjadi staf Kantor meninggal pada usia 11 bulan. Jumlah cucu dari 9 putra-putri yang sudah berkeluarga, 19 orang.
  Farel Pasaribu pertama kali mendapat pendidikan HIS di Sigompulon Tarutung, tamat 1922, disusul pendidikan OSVIA di Bukit Tinggi, tamat tahun 1927. Setelah lulus OSVIA dengan nilai terbaik, almarhum Farel bekerja pada kantor Demang di Sibolga dengan pangkat GAIB. Pada 1928 dipindahkan ke Laguboti menjadi staf Kantor Asisten Demang, sebelum diangkat sebagai Asisten Demang Tituler. Selanjutnya tahun 1934 Farel menjadi Waarnemend Asisten Demang, dan setahun kemudian dipindahkan ke Balige, seterusnya ke Tarutung. Tiga tahun berikutnya, almarhum menjadi Onderdistrictshoofd v.Onan Runggu di Palipi.
 Kegiatan pekerjaan Farel sebelum mau pun sesudah kemerdekaan RI memang penuh lika-liku perjuangan. Pada bulan Mei 1945, beliau menjadi Guntyo (Demang) atau Districtshoofd Van Silindung di Tarutung. Setelah proklamasi kemerdekaan, turut membentuk Barisan Keamanan Rakyat (BKR), dan pengurus Komite Nasional Indonesia (KNI) Wilayah Silindung. Dari situ dipindahkan menjadi Demang di Samosir tahun 1946. Dua tahun kemudian (1948) Farel terjun dalam kancah perang gerilya, yang kala itu menjadi Bupati Toba Samosir mau pun sebagai penasehat pada Pejabat Gubernur Militer Tapanuli Tengah/Sumatera Timur Bagian tengah yang bermarkas di pegunungan wilayah Pangaribuan dengan pangkat Kapten Tituler. Pada penyerahan kedaulatan ikut membantu Gedelegeerde Gubernur Militer dalam urusan pemerintahan sipil di Kabupaten Silindung. Setelah penyerahan kedaulatan tahun 1949, bahkan Farel Pasaribu menurut catatan biografinya sempat menjadi Ketua Pengadilan Negeri di Toba Samosir, kemudian Ketua Pengadilan Negeri Tapanuli Utara di Tarutung.
Bupati Tapanuli Utara Farel Pasaribu menyambut kunjungan Presiden Soekarno di Kantor Bupati Tarutung pada tahun
1950 (1955?). -Repro keluarga
Pada 1950 almarhum terpilih menjadi Bupati Tapanuli Utara  berkedudukan di Tarutung, dan pada 1952 ditetapkan menjadi Bupati Kelas I. Pada masa kepemimpinannya tercatat satu momen bersejarah saat Presiden Soekarno mengunjungi Tanah Batak,dan disambut Bupati Farel Pasaribu di Kantor Bupati Tapanuli Utara di Tarutung (lihat foto di atas). Dari Tapanuli Utara almarhum dipercayakan menjadi Bupati Simalungun tahun 1954 merangkap Walikota Pematang Siantar. Dua tahun berikutnya (1956) dipindahkan menjadi Bupati diperbantukan pada Keresidenan Sumatera Timur, sebelum menjadi pejabat Residen Sumatera Timur di Medan tahun 1957, disusul menjadi Residen Tapanuli ke Sibolga tahun 1958. Pemerintah pusat sungguh meyakini kemampuan Farel dalam memimpin pemerintahan di masa-masa krisis. Kehidupan seorang bupati pada masa itu masih begitu sederhana, apa adanya, sangat jauh dibanding kehidupan bupati jaman sekarang yang berlimpah hidup mewah dan banyak yang terlibat kasus penyelewengan.
  Perjalanan karier kepamongannya menjangkau pula ke luar Sumatera Utara. Pada tahun 1959, almarhum dipindahkan ke Pontianak Kalimantan Barat sebagai Residen diperbantukan pada Gubernur Kalimantan Barat. Dan empat tahun berikutnya (1963), Farel Pasaribu menjadi pejabat Gubernur Kalimantan Barat. Barulah pada tahun 1966, almarhum menjalani pensiun, tapi karena tenaganya masih sangat diperlukan, beliau masih bekerja hingga tahun 1969, sebelum kemudian kembali ke Medan. Pada tahun 1981, Farel Pasaribu diangkat menjadi anggota Dewan Pembina Yayasan Tenaga Pembangunan “Arjuna” sesuai Akte Notaris SM Sinaga di P.Siantar No.87 tanggal 15 Agustus 1981.
  Setelah pensiun, almarhum tidak lantas istirahat dari segala kegiatan. Beliau masih menyempatkan waktu menulis tentang pengalaman perjuangan dan karier kepamongannya, khususnya pada periode 1945-1949. Dari catatan kenang-kenangan yang ditulisnnya, banyak pesan berharga yang bisa dipetik terutama bagi generasi muda.Dalam catatannya tertanggal 12 Mei 1978, almarhum yang menuliskan namanya sebagai Bupati Gerilya, secara lugas menuangkan berbagai pengalamannya yang sangat berharga seputar masa-masa perjuangan bersama rekan-rekan seperjuangannya menjelang mau pun pasca Agresi II.
 Menurut Farel Pasaribu,peristiwa menyerahnya tentara Kerajaan Jepang pada Sekutu bulan Agustus 1945 tidak segera diketahui di Tapanuli, karena Jepang tidak mengumumkannya. Baru pada September pemerintah dan rakyat Tapanuli mengetahuinya. Rakyat ketika itu diselimuti perasaan ragu, mengingat sebelumnya Jepang sudah mengecoh dengan janji-janji kosong. Dr Ferdinand Lumbantobing, menurut Farel Pasaribu, merupakan tokoh terpenting ketika itu. Beliau adalah anggota Tjiu Sangi In, semacam dewan penasehat pusat untuk Sumatera. Selain juga dikenal sebagai ketua dewan Perwakilan Daerah untuk Tapanuli yang dibentuk Jepang, selain sebagai dokter yang banyak membantu rakyat. Pada masa itu, Dr Ferdinand memelopori pembentukan BKR di Tarutung bersama Dr Luhut Lumbantobing, Mr Rufinus, Mr MH Silitonga, Abdul Hakim, termasuk Farel Pasaribu sendiri. Badan ini menjadi cikal bakal pergerakan merebut pemerintahan dan persenjataan dari Jepang, yang belakangan menjadi KNI.
 Setelah demonstrasi yang dilancarkan kaum pemuda di Tarutung, barulah Jepang menanggalkan kekuasaannya dalam pemerintahan. Tanggal 3 Oktober 1945, Dr Ferdinand resmi diangkat menjadi Residen Tapanuli berkantor di Tarutung. Farel Pasaribu waktu itu menjadi Wedana di Silindung. Perayaan Hari Kemerdekaan yang pertama dilaksanakan di Tarutung tanggal 17 Oktober 1945. Tanah lapang Tarutung penuh sesak oleh penduduk yang dating dari berbagai pelosok Kabupaten Tapanuli Utara. Pada 7 Januari 1946, rapat pemerintahan yang pertama diadakan di tarutung, dihadiri seluruh pegawai untuk mengokohkan roda pemerintahan, disusul rapat lengkap KNI tanggal 16 Januari 1946 di Sipoholon. Dalam rapat yang berlangsung hingga 20 Januari itu, dibahas hal-hal strategis untuk pemantapan jalannya pemerintahan di Tapanuli Utara. Salah satu butir terpenting adalah pemberian wewenang penuh kepada KNI untuk membentuk 2 badan yang sangat penting yakni Badan Legislatif dan Badan Eksekutif. Pada tanggal 25 januari 1946 Badan Legislatif sudah terbentuk, dan memulai persidangan tanggal 28 januari 1946 yang menetapkan ragam peraturan yang bersangkutan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
  Masih menurut catatan alm Farel Pasaribu, sesuai Keputusan Gubernur Sumatera, ibukota Keresidenan Tapanuli resmi dipindahkan dari Tarutung ke Sibolga tanggal 15 Mei 1946.
  Untuk menyesuaikan pemerintahan pada siasat perjuangan, pada Perang kemerdekaan I (21 Juli 1947), Tapanuli Utara dibagi menjadi 4 (empat) Kabupaten, yakni: Kabupaten Silindung, Kabupaten Humbang, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi. Pada saat itu diangkat 2 orang patih diperbantukan pada Toba Samosir dan Dairi. Dengan surat ketetapan Residen Tapanuli tanggal 17 September 1947 No.1647, Farel Pasaribu diangkat menjadi Patih Samosir berkedudukan di Pangururan.
  Secara jelas, almarhum Farel Pasaribu dalam buku catatannya berjudul “Pengalaman Sebagai Pamongpraja Selama Perjuangan Kemerdekaan 1945- 1949”, menggambarkan pengalaman kurun waktu Agresi I sampai Agresi II yang diwarnai duka cerita rakyat Tapanuli Utara

Dalam proses perjuangan yang memakan banyak korban jiwa itu, ibu Sabenna br Siahaan alm, isteri alm Farel Pasaribu selaku Ketua Perwari ketika itu ikut berperan dalam Komando Dapur Umum, yang mengurusi logistik untuk para pejuang. Dia seorang ibu yang memiliki jiwa heroik dan patriotik.
          Nurkiah br Pasaribu, anak ke 8 alm Farel Pasaribu, dalam keterangan tambahan seputar riwayat ayahandanya, menggambarkan jiwa patriotisme yang dimiliki almarhum ayahnya merupakan suatu simbol keteladanan tak ternilai bagi segenap anggota keluarga. Farel juga digambarkan sebagai tokoh yang peduli pembangunan pendidikan, kesehatan, dan pertanian. Almarhum membangun sekolah dasar (SD) di Haunatas Laguboti, yang hingga sekarang masih eksis. Juga membangun sekolah di Soposurung Balige dan Siantar, Almarhum berani membuka pasar malam dengan tujuan keuntungan yang diperoleh dari sana untuk membangun sekolah. Pembangunan GOR (Gedung Olah Raga) di Siantar juga termasuk inisiatif almarhum.Selain almarhum juga mengupayakan pengembangan infrastruktur jalan dan pertanian. Almarhum rela menyumbangkan gajinya untuk kepentingan masyarakat banyak.

DETIK-DETIK TERAKHIR HIDUPNYA
 Tapi namanya manusia, yang ditakdirkan harus menerima keterbatasannya. Meski almarhum dikenal orang yang selalu energik dan sangat telaten memelihara kesehatannya, akhirnya penyakit mulai muncul di usia tuanya. Almarhum jatuh sakit sejak Juli 1981, dan dirawat di RS St Elizabeth Medan. Karena sakitnya belum membaik, beliau dibawa berobat ke Singapura sampai menjalani  operasi. Pada tanggal 25 Nopember 1981, almarhum minta kepada anak-anaknya supaya dibawa mengikuti kebaktian di Gereja GKPI Medan Kota pada Minggu 29 Nopember. Tapi kesehatannya sudah tak memungkinkan, sehingga keinginannya tak bisa dipenuhi, melainkan hanya melakukan acara perjamuan kudus di rumahnya, kemudian dibawa lagi ke RS Elizabeth, dirawat selama 18 hari. Pada 7 Desember 1981 almarhum dibawa kembali ke rumah, dan pada tanggal 12 Januari 1982, tokoh pejuang dan mantan Bupati Tapanuli Utara ini menghembuskan nafas terakhir dengan tenang. Almarhum dikebumikan tanggal 15 Januari 1982 dengan upacara militer. Dan atas mufakat keluarga, kerangka almarhum dipindahkan ke tambak di desa kelahirannya Haunatas Laguboti, disatukan dengan isterinya Sabenna br Siahaan.
 Almarhum Farel Pasaribu meninggal dunia dengan berjuta kenangan, bagi Tano Batak, bahkan buat daerah Kalimantan Barat dimana beliau pernah menjadi Gubernur. Untuk menghargai jasa-jasanya, nama Farel Pasaribu ditabalkan menjadi nama jalan di beberapa kota seperti di Pematang Siantar, Balige,Parapat, bahkan di kota Pontianak.                               
 “ Almarhum bapak disayangi banyak orang termasuk pejabat-pejabat atasan. Selama dalam perawatan, almarhum Gubernur EWP Tambunan selalu menyempatkan waktu menjenguk ke rumah sakit maupun ke rumah”, tutur Nurkiah Pasaribu mengenang. Menurutnya, almarhum bukan hanya pahlawan bagi keluarga, tapi juga bagi bangsa dan Negara. Motto perjuangannya adalah “ Memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa dan Negara”. Almarhum juga pemeluk agama Kristen yang senantiasa mensyukuri karunia yang diberikanNya. Kepada seluruh keturunannya, almarhum berpesan supaya rajin beribadah ke gereja, tekun dalam doa, dan ceria menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan Maha Pencipta.
 Barangkali cukup beralasan, jika ada yang menyebut Farel Pasaribu, seorang tokoh pejuang legendaris, setara dengan banyak pejuang lainnya pada zamannya, seperti Dr Ferdinand Lumbantobing, Raja Saul Lumbantobing, Mr Silitonga, Tagor Lumbantobing, SM Simanjuntak, HF Situmorang,Madja Purba, F.Siagian, B.Manurung, dan lain-lain, yang pernah terlibat dalam pemerintahan di masa-masa gerilya.
  Farel Pasaribu telah menerima banyak penghargaan, antara lain dari: Menteri Muda Pendidikan Pengadjaran dan Kebudayaan atas jasanya menyelenggarakan pendidikan dasar/pendidikan kader mulai tahun 1952 sampai 1956 di berbagai kecamatan Tapanuli Utara. Penghargaan dari Ephorus HKBP atas jasanya turut merintis pendirian Universitas HKBP Nommensen, pemberian Satya lencana yang diusulkan oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Barat disertai rekomendasi dari Dr Ferdinand Lumbantobing (semasa hidupnya). Almarhum Farel Pasaribu juga mendapat pengakuan/pengesahan sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan RI Keputusan Menteri Urusan Veteran dan Demobilisasi No. 30/KPTS/MUV/1963 Nomor Pokok 260892. Tapi pengakuan veteran itu menurut Nurkiah  tidak pernah diurus almarhum. Itu membuktikan kalau Farel Pasaribu tidak ambisius terhadap penghargaan sebagai imbalan pengabdian dan pengorbanannya sebagai pejabat pemerintahan. (Tulisan original Leonardo TS Simanjuntak/Dilarang mengutip tanpa menyebut sumber).



Putra-putri alm Farel Pasaribu sesuai teks tulis tangan yang diterima BATAKINDONEWS.Com via email=


 BIODATA

 Nama lengkap : Lintong Farel Pasaribu Op.si Rani Doli

Lahir                :      11 Februari 1908 di Haunatas Laguboti
Nama Orangtua   :   Raja Salomo Pasaribu/Teodora Tambunan
Isteri                   :    Sabenna br Siahaan
Pekerjaan            :   Tahun 1947 Patih Samosir
                        Tahun 1948 Bupati Toba Samosir
                        1949 Ketua PN Toba Samosir/Tap.Utara
                        1950 Bupati Tapanuli Utara
                        1954 Bupati Simalungun/Walkot Siantar
                        1957 Pj Residen Sumatera Timur
                        1959 Residen di Pontianak
                    1963 Pj Gubernur Kalimantan Barat

Anak-anak         : 1. Hamonangan Pasaribu SH/ Emma Rosinah, Pengusaha Jakarta
                           2.Pontas Pasaribu SH/M.br Lumbantobing (pens Kajati Bali) 
                           3.Effendy Pasaribu SH/ S.br Siahaan  pensiunan Staf Pemda DKI Jakarta
                           4.Darwin Pasaribu SH/ Lolly Br Hutagaol SE,pens PT Pelabuhan Indonesia IV 
                           5. Rusmia Pasaribu/ Dr Erwin L Tobing pens Dosen Fak. Kedokteran USU
                     6.Rotua Pasaribu/ PM Hutagalung SH (+) pens Staff Employee Pengadaan AVROS Sumut
                      7.Sondang Pasaribu/ Ir JT Situmorang pensiunan Direktur Teknik PT KAI Bandung                                                                             
                      8.  Nurkiah Pasaribu/ Ir WH L.Tobing (+) pens Dir Pengembangan PTP Nusantara III / Dewan Komisaris PT Perkebunan Provinsi Sumut                                         
                      9.  Nelly Pasaribu/  Ir Edgar P Sihombing - Jakarta   
                    10.   Ratna Pasaribu /Ir BH Tampubolon (+) pens Kep.Bagian Jasa Konstruksi Pem Provinsi Jambi

( Dari ke 10 putra/putrinya almarhum Farel Pasaribu hingga kini memiliki 24 orang cucu ) 
Catatan: Sedikit koreksi tentang nama, jabatan, dan keturunan alm Farel Pasaribu disampaikan Nurkiah Pasaribu salah seorang putri almarhum yang tinggal di Medan. Komunikasi perbaikan disampaikan kepada BATAKINDONEWS.COM Rabu 30 Maret 2016 melalui email.  (Red) Interviewer/penulis: Leonardo Ts Simanjuntak Mdk                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar