Selasa, 31 Maret 2015

Elam Sibuea, Sang Bupati di Persimpangan Orde Lama - Orde Baru




Elam Sibuea (alm) dan isteri Marta br Sitorus (alm)- (foto: Repro Leonardo TSS) =


 Elam Sibuea
(Bupati Tapanuli Utara 1963-1966)

          Elam Sibuea (alm) menjadi Bupati Tapanuli Utara kurun waktu persimpangan antara Orde Lama ke Orde Baru. Pada tahun 1965 krisis sosial politik  melanda bangsa dan tanah air Indonesia. Dan tahun 1966 menjadi starting point (titik start) perubahan tatanan (orde) dari Orde Lama ke Orde Baru. Perubahan besar dalam semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan dimulainya program pembangunan berkelanjutan berlabel Pelita.
          Tidak begitu banyak catatan yang bisa berbicara tentang periode kepemimpinan Elam Sibuea. Data otentik tentang almarhum sangat terbatas. Demikian halnya informasi lisan yang diberikan pihak keluarga, sangatlah terbatas, kecuali menyangkut sekilas biodata dalam ruang lingkup personal dan keluarga. Putra-putri alm Elam Sibuea kebanyakan berada di Jakarta dan Bogor, dan beberapa di antaranya sudah meninggal dunia.
          Catatan yang diperoleh dari DPRD Taput dan sumber-sumber lain menyebut bahwa Elam Sibuea adalah Bupati Tapanuli Utara yang terpilih dalam pemilihan yang diselenggarakan DPRD-GR pada tahun 1963, setelah berakhirnya masa jabatan SM Simanjuntak  bulan Juni 1963. SM Simanjuntak menjabat Bupati periode 1958-1963.
          Elam Sibuea menjalani masa tugasnya terhitung 1 Juli 1963 sampai 30 Nopember 1966. Pada masa itu situasi nasional berada pada situasi instabilitas, ditandai perekonomian yang murat-marit, inflasi mata uang dan harga kebutuhan tak menentu. Rakyat di berbagai daerah masih hanyut oleh retorika-retorika politik, seiring menguatnya posisi partai-partai mapan, serta munculnya berbagai organisasi onderbow partai-partai kuat.
          Gr Mula Sinambela (87), salah satu tokoh Parkindo Tapanuli Utara yang masih hidup, saat ditemui penulis/editor di rumahnya jalan Sigompulon Tarutung, Senin sore (21 Januari 2008), mengaku tidak begitu banyak mengetahui lagi tentang Bupati Elam Sibuea. Usia tua telah membuat tokoh tua yang pernah menjadi anggota DPRD Taput itu banyak lupa tentang masa silam. Namun Sinambela masih ingat nama Cornelis Sihombing sebagai Bupati Taput yang pertama. Juga nama-nama Farel Pasaribu, Madja Purba, SM Simanjuntak, Elam Sibuea. “ Masa lalu dengan masa sekarang sudah jauh berbeda. Apalagi pada masa-masa perjuangan dulu. Para bupati dan camat tidaklah aman bertugas, sering berpindah tempat karena ancaman bahaya”, kata Guru M. Sinambela mengenang. Namun Sinambela tak menampik kalau Elam Sibuea orang pintar dan bersahaja dalam menjalankan kepemimpinannya, begitu juga dalam kehidupan sehari-hari.
          Menurut Sinambela, periode kepemimpinan pemerintahan di Tapanuli Utara terdiri dari beberapa fase bersejarah. Fase pertama periode awal setelah kemerdekaan. Fase kedua periode antara masa kedaulatan dengan masa konsolidasi berakhirnya penjajahan Belanda dan Jepang. Dan fase ketiga, periode penting berakhirnya masa Orde Lama dan lahirnya Orde Baru sejak 1966 ke atas. Lalu berikutnya, fase berakhirnya Orde Baru dan munculnya reformasi. “ Saya sudah banyak lupa sejarah, usia saya sekarang sudah 87 tahun”, tutur Sinambela ketika berkisah sekilas tentang sejumlah mantan Bupati Taput, termasuk Elam Sibuea.


PUTRA PORSEA
           Menurut data yang diperoleh penulis biografi ini (Leonardo TS Simanjuntak), Elam Sibuea menjalani masa tugasnya dari tanggal 1 Juli 1963 sampai 30 Nopember 1966. Setelah tahun 1966, jabatan Bupati Tapanuli Utara kemudian dipegang Drs Parlagutan Simanjuntak terhitung 1 Desember 1966 s/d 30 Nopember 1967 karena Elam Sibuea minta berhenti berhubung menderita sakit yang cukup serius. Tapi saat memangku tugasnya sebagai Pejabat Sementara (Pjs), Drs Parlagutan Simanjuntak meninggal mendadak disebut-sebut karena sakit. Selanjutnya AV Siahaan menjadi pejabat sementara menunggu pemilihan Bupati oleh DPRD-GR. AV Siahaan menjabat Pjs dari tanggal 1 Desember 1967 s/d 30 Mei 1968. Letkol CAJ MSM Sinaga kemudian terpilih menjadi Bupati definitif hasil pemilihan DPRD Tapanuli Utara.
          Elam Sibuea adalah cucu tertua dari Raja Musa Sibuea/Manongkar br Gurning, seorang pengetua ternama di Lumban Sibuea, Porsea. Raja Musa memiliki dua orang anak, yaitu Raja Josua Sibuea (ayahnya Elam Sibuea) dan Raja Gideon Sibuea. Raja Josua yang beristerikan boru Sitorus, dikaruniai 6 orang anak (4 anak laki-laki, 2 anak perempuan). Elam Sibuea merupakan anak tertua yang juga menikah dengan boru Sitorus. Tiga saudaranya laki-laki yakni Bungaran Sibuea (+) menikah dengan br Hutajulu, Manahan Sibuea (+) menikah dengan br Butarbutar, dan Marusaha Sibuea menikah dengan br Siregar. Sedang saudaranya perempuan, masing-masing Berliana Sibuea kawin dengan D.Manurung (Pensiunan PLN Tarutung), dan Anni Sibuea kawin dengan Simangunsong. Kedua saudara perempuan Elam kini tinggal di Pangombusan Lumban Sibuea, Porsea. Politisi terkenal Sabam Sirait yang dikenal sebagai tokoh teras PDI, masih keluarga dekat Elam Sibuea. Sabam Sirait adalah cucu
dari Raja Gideon Sibuea, saudara kandung Raja Josua Sibuea (ayah Elam Sibuea).
          D. Manurung, ipar Elam Sibuea tidak banyak bercerita tentang iparnya itu. Kepada penulis/editor yang menemuinya bulan Januari 2008 di rumahnya di pinggir jalan Pangombusan, Manurung hanya bisa menguraikan profil Elam Sibuea selintas, selain penjelasan seputar silsilah keluarga.    
          Keluarga Elam Sibuea (alm) tergolong keluarga yang sukses. Sembilan putra-putri mantan Bupati Taput ini umumnya berhasil dari segi pendidikan dan karier. Menurut D.Manurung, iparnya Elam Sibuea sangat menjunjung tinggi filosofi Batak “anakhon hi do hamoraon di ahu”. Makanya semua anak-anak disarankan rajin dan sungguh-sungguh menuntut ilmu sebagai bekal di masa depan.
          Sembilan orang putra-putri Elam Sibuea, adalah: Drs SBP Sibuea (+)/br Sitorus (Medan), Drs Torang Sibuea (+)/br Sitorus (Jakarta), Dr Toga Sibuea (+)/ br Jawa (Bogor), Raya Sibuea SH (+)/br Gultom, Juara Sibuea/br Pangaribuan (Jakarta), Drs Manuturi Sibuea/br Jawa, Tiurma br Sibuea (+)/ Manurung (Porsea), Riana Sibuea/ Nainggolan (Jakarta), dan Risma br Sibuea (+)/ Simamora (Bogor).
          R br Sitorus, menantu alm Elam Sibuea dari putra sulungnya Drs SBP Sibuea yang berdomisili di jalan Sei Ular Medan, juga tak bisa bercerita banyak tentang almarhum mertuanya, saat ditemui penulis medio Pebruari 2008 lalu. Namun satu hal masih diingatnya, yakni tanggal lahir mertuanya tanggal 16 Pebruari 1912.”Saya ingat tanggal lahir bapak, karena berkebetulan sama dengan tanggal perkawinan saya dengan anaknya”, tutur R br Sitorus yang pernah menjadi guru Bantu di SMP Negeri 2 Tarutung saat mertuanya masih menjabat bupati.                
Namun perempuan yang kini aktif dalam kegiatan gerejani ini mengaku tidak memiliki data tentang pendidikan dan riwayat pekerjaan mertuanya. “Kami tak ada yang mendokumentasi data rinci tentang almarhum, sedangkan foto almarhum juga hanya ada satu-satunya yang ada pada kami”, ujarnya seraya menunjuk sebuah foto almarhum Elam Sibuea yang tergantung di dinding ruang tamu.
          Elam Sibuea meninggal di Pematang Siantar 28 Mei Tahun 1967 setelah menderita sakit. Sedangkan isterinya Marta br Sitorus meninggal tanggal 17 Pebruari 2001 di Bogor, 34 tahun setelah kepergian suaminya.  Masa meninggalnya sang mertua juga bisa diingat, dari waktu kelahiran anak kedua mereka seminggu sebelum meninggalnya almarhum. “ Anak kedua kami lahir tanggal 24 April 1967, berarti bapak meninggal bulan Mei pada tahun itu”. tuturnya mengenang. Jenajahnya dikebumikan di tambak keluarga kakeknya Raja Musa Sibuea di Pangombusan, Porsea. Saat pesta peresmian tambak itu Bupati Taput  Drs RE Nainggolan ikut hadir bersama sejumlah pejabat Sumut lainnya.Drs RE Nainggolan dalam sambutannya mengatakan rasa simpati terhadap almarhum E.Sibuea mantan Bupati Tapanuli Utara, yang berhasil mendidik anak-anak menjadi orang-orang yang sukses dalam pendidikan. “Almarhum telah membuktikan filosofi Batak, anakhonhi do hamoraon di ahu, sebagai suatu filosofi yang perlu diteladani generasi masa kini”, ujar RE Nainggolan, sebagaimana ditirukan D.Manurung, menantu Elam Sibuea yang kini membuka usaha toko kelontong di jalan Pangombusan, persis di depan tambak keluarga Raja Musa Sibuea/Manongkar br Gurning.
          Menurut R br Sitorus, biar pun mertuanya mantan Bupati, tapi tidaklah memiliki banyak harta peninggalan. Almarhum Elam Sibuea adalah tipikal seorang pamong yang gaya hidupnya sederhana, mau menerima kenyataan apa adanya.” Rumah yang saya tempati sekarang di jalan Sei Ular ini adalah milik bersama seluruh anggota keluarga, kalau pun dijual harus dibagi bersama, dan semua sepakat daripada dijual lebih baik ada yang menempati”, papar perempuan berpostur mungil berkacamata itu.
          Sebagai menantu paling tua, R br Sitorus masih bisa menggambarkan sekilas profil mertuanya. Seorang pria sederhana bersifat kebapakan, penampilannya lembut dan pengasih, lebih suka memberi daripada diberi, tapi bapak tak punya apa-apa, jadi tak bisa memberi banyak kepada orang yang butuh bantuannya. “ Saya masih ingat betul, kalau bicara dengan bapak rasanya lebih nyambung daripada dengan ibu, karena bapak cepat memahami apa yang disampaikan anak-anak”. R br Sitorus mengungkapkan kenangan bathinnya seputar sisi kehidupan mertuanya.
          Elam Sibuea telah tiada. Tapi namanya sebagai mantan Bupati Tapanuli Utara, akan tercatat selamanya dalam sejarah pemerintahan Kabupaten ini. (Blogger SARINGAR.Net/ Leonardo TS Simanjuntak)

BIODATA


Nama                         :           Elam Sibuea
Tempat/Tanggal Lahir :       Porsea/10 Februari 1912
Pendidikan               : MULOdi porsea
                                    HIS di Pematang Siantar
                                    (Tanggal dan tahun tidak tercatat)
Pekerjaan                                  :       -           Tahun 1952 Pegawai Haminte di            Pematang Siantar
                                                            -           Tahun 1952-1956 Pegawai Kantor Gubsu  di Medan
                                                            -           Tahun 1956-1959 wedana di Gunung Sitoli
                                                            -           Tahun 1959-1963 Patih Di ktr Bupati Taput
                                                            -           Tahun 1963-1967 Bupati Tapanuli Utara
                                                            -           Tahun 1967 minta berhenti karena  sakit
Jumlah Bersaudara                :       6 orang (4 Laki-laki, 2 Perempuan)
Meninggal                                 :       Pematang Siantar/28 Mei 1967
Istri                                              :       Marta Sitorus
Tempat/Tanggal Lahir             :       Lumban Nabolon/4 April 1915
Meninggal                                 :       Bogor/17 Februari 2001
Anak                                          :       9 orang (6 Laki-laki, 3 Perempuan)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar