Jumat, 14 Agustus 2015

Tarutung Gempar, Sang Bupati Meninggal Mendadak...




Drs Parlagutan Simanjuntak =

Parlagutan Simanjuntak dan isteri Sondang boru Lumban
tobing.(Foto: repro Leonardo TSS)=
Rudy Aryanto anak bungsu Parlagutan dan menantunya
Reny Susanty br Siregar bersama cucu-cucu yang tak
sempat dilihat almarhum. Foto jepretan Leonardo TS
Simanjuntak saat wawancara khusus.
 BATAKINDONEWS.COM -
   Di kantor Gubernur Sumatera Utara, sosok Parlagutan Simanjuntak (alm) dikategorikan sebagai sosok intelektual yang visioner. Masih muda belia, visinya sudah mengglobal. Almarhum bahkan sudah pernah memprediksi semasa hidupnya, satu saat pemerintahan di Indonesia akan menganut sistem otonomi daerah dengan porsi kemandirian yang lebih besar.
 Parlagutan Simanjuntak (Hutabulu 14), ditunjuk oleh Mendagri menjadi Pejabat Sementara Bupati KDH Tk II Tapanuli Utara terhitung 9 Nopember 1966, sesuai Keputusan No.UP.14/9/9, menggantikan Elam Sibuea yang mengundurkan diri karena sakit. Tapi tugas pengabdiannya membenahi Tapanuli Utara yang begitu luas saat itu, tak berlangsung lama setelah Parlagutan meninggal dunia secara mengejutkan pada 27 Nopember 1967, hanya setahun lebih setelah memangku jabatannya. Masyarakat Tapanuli Utara ketika itu gempar setelah tersiar berita bahwa Bupati Drs Parlagutan Simanjuntak meninggal dunia di pagi hari. Penulis artikel ini (Leonardo Simanjuntak MDP) saat itu masih kecil tapi masih ingat ketika masyarakat Tarutung terlihat panik berlarian ke arah rumah dinas bupati di kawasan tangsi kota itu.
 Pria kelahiran Sidikalang 27 April 1933 ini, satu angkatan dengan sejumlah senioren birokrat di kantor Gubsu, di antaranya Drs Salmon Sagala, Drs Syurkani (mantan Walikota Medan), Syarifuddin Harahap SH, dan Lukas Hutabarat. Mereka adalah jebolan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
 Untuk menginvestigasi biografi almarhum Parlagutan Simanjuntak, penulis selama dua hari menelusuri keberadaan putra-putri almarhum di kota Medan setelah sebelumnya mencari info di Tarutung dan Balige. Jerih payah itu akhirnya tak terasa setelah berhasil menemukan Rudy Aryanto Simanjuntak S.Sos, putra bungsu almarhum di kompleks ex APDN Medan.
 Masih terasa nada getar memelas saat Rudy mengungkap sekilas perihal ayahandanya tercinta, yang sesungguhnya tidak sempat dikenalnya secara dekat karena ketika ayahnya meninggal, justru Rudy masih dalam kandungan ibunya Sondang br Lumbantobing (alm). Saya masih dalam kandungan ibu ketika bapak meninggal , katanya sambil menatap foto lukisan ayahnya yang tergantung di dinding ruang tamu. Rudy Aryanto Simanjuntak saat ini bertugas di Kantor Sekwan DPRD Sumut.
 Meski tak sempat mengenal langsung ayahnya, Rudy banyak mengetahui tentang ayahnya dari cerita ibunya. Ibu selalu cerita tentang kecerdasan bapak dan semangat belajarnya yang tinggi. Kami diharapkan bisa mengikuti jejak bapak , tutur pria berpenampilan apa adanya yang menikahi Reny Susanti boru Siregar SE. Dia juga mendengar cerita bahwa bapaknya almarhum adalah salah satu putra Batak yang pertama sekali mengenyam pendidikan formal di Amerika. Beliau dipercayakan Menteri Pertama RI pada tahun 1961 tugas belajar di Wayne State University Detroit , Michigan , USA . Mata kuliah yang diperdalam ketika itu adalah Public and Local Government Administration. Suatu kepercayaan luar biasa dimana pada waktu itu banyak birokrat yang menginginkan kesempatan serupa, tapi kurang beruntung terpilih.
Di TAMAN BAHAGIA
 Parlagutan Simanjuntak memang berasal dari keluarga intelektual. Almarhum adalah anak sulung dari tiga bersaudara buah perkawinan ayahnya guru Renatus Simanjuntak/ibu boru Panggabean yang berasal dari Pansurnapitu/ Sakkaran Tarutung. Dua saudaranya adalah Dr Todotua Simanjuntak dan Ir Horas Simanjuntak (keduanya juga sudah almarhum).
 Parlagutan tamat SMA-B di Medan tahun 1952, kemudian mengikuti KDC di Medan pada 1953, selanjutnya masuk Fakultas Sosial dan Politik di Universitas Gajah Mada (1954-1959). Setelah menyelesaikan tugas belajar pada KDC, Parlagutan memulai karir kepamongan di Kantor Gubernur Sumut tahun 1953, dan dari sana menjadi mantra di Kantor Bupati Deli Serdang. Pada tahun 1954 sampai 1957, mengikuti tugas belajar jurusan pemerintahan pada Fakultas Sospol UGM Yogyakarta , dan barulah pada 1956 menerima pengangkatan menjadi PNS dalam kedinasan tetap. Berikutnya sebagai pegawai Praja Tk I (DD2/III) diperbantukan pada Kantor Penyelenggaraan Pendidikan Mahasiswa Kementerian Dalam Negeri dari 1957 sampai 1959. Sejak 1 September 1959 sebagai ahli praja pada Kantor Gubernur Sumut di Medan, disusul menjadi Ahli Praja Kantor Residen Sumatera Timur sampai tahun 1960.
 Pada September 1961, Parlagutan dipercayakan mengikuti tugas belajar di Wayne State University Detroit, Michigan, Amerika setelah melalui tes seleksi yang cukup ketat. Sepulang dari Amerika, Parlagutan diangkat menjadi pejabat sementara Direktur Kursus Dinas bagian “C (KDC) di Medan pada tahun 1963.
 Karir kepamongannya terus berkibar ketika Gubernur Sumut (waktu itu dijabat PR Telaumbanua) mengangkat Parlagutan sebagai Pejabat Bupati KDH Dairi dari tanggal 5 Nopember 1965 sampai 31 Maret 1966. Tugasnya membenahi pemerintahan di Kabupaten Dairi yang notabene baru manjae (dimekarkan dari Taput tahun 1964) sangat berhasil. Boleh dikata Parlagutan lah ahli pemerintahan yang telah meletakkan dasar-dasar pengembangan daerah itu sebagai daerah yang sudah mandiri.Dari Dairi, terhitung 1 April 1966 Parlagutan ditugaskan menjadi Ahli Praja Tk I pada Kantor Bupati Tapanuli Utara di Tarutung sampai tanggal 31 Agustus 1966. Dan terhitung 9 Nopember 1966, Parlagutan ditunjuk oleh Mendagri menjadi Pejabat Bupati KDH Tapanuli Utara. Pengangkatannya menjadi pejabat bupati menurut berbagai sumber sesungguhnya merupakan green light dari pusat, bahwa Parlagutan sudah dapat restu dari Depdagri untuk diajukan menjadi calon bupati definitif. Tetapi jalannya roda sejarah terkadang bisa melenceng. Manusia hanya bisa merencanakan, Tuhan juga yang menentukan.
 Pada tanggal 27 Nopember 1967, Parlagutan Simanjuntak meninggal dunia secara mendadak dalam usia yang sangat muda (34 tahun), meninggalkan isteri Sondang boru Lumbantobing (saat itu bekerja pada Biro Pemerintahan Umum Kantor Gubsu), serta tiga orang anak yang masih kecil, yakni Hotma Yunita Simanjuntak,Carolina Sanggul Simanjuntak (putri) dan Ivan Doli Simanjuntak (putra). Sedangkan si bungsu Rudy Aryanto Simanjuntak waktu musibah itu masih berada dalam kandungan sang ibu.
 Meninggalnya Parlagutan Simanjuntak menimbulkan keprihatinan mendalam bagi segenap keluarga, pemerintah dan masyarakat. Kota Tarutung gempar pagi hari mendengar berita mengejutkan itu. “Bupati meninggal dunia,bupati meninggal,” terdengar teriakan beberapa warga yang mendengar kabar awal tentang berita duka itu. Banyak warga Tarutung sekitarnya ketika itu menangis setelah mengetahui sang bupati yang brilian ini meninggal dunia dalam usia begitu muda, dan di saat daerah Tapanuli Utara masih membutuhkan buah pikirannya untuk membangun Tano Batak yang permai. Masyaraat di seputaran Jalan Sisingamangaraja bergegas bergerombol-gerombol menuju kawasan tangsi tempat kediaman bupati. Ragam komentar, dugaan, analisis, mengemuka saat itu.
 Jenazah almarhum mendapat kehormatan dimakamkan di Taman Bahagia jalan Sisingamangaraja Medan, tak jauh dari Taman Makam Pahlawan. Beliau dikategorikan wafat saat menjalankan tugas, selain mengingat jasa-jasanya selaku ex anggota Tentera Pelajar.
 Bapak sudah pergi, tapi beliau meninggalkan jejak dan nama harum bagi kami anak-anaknya, karena semua anak-anaknya tidak sampai terlantar, bisa menyambung hidup secara wajar , kata si bungsu Rudy Aryanto berkilas balik tentang meninggalnya sang ayah. Rudy hanya tahu bahwa ayahnya orang pintar dan kesayangan gubernur. Tapi kisah tentang sang papa Rudy tahu dari bundanya, Sondang br Lumbantobing yang berasal dari Saitnihuta, Tarutung.
 Ke empat putra-putri almarhum meneruskan jejak sang ayah meraih gelar sarjana berbeda jurusan di bawah pengasuhan sang ibu Sondang boru Lumbantobing (berasal dari Desa Saitnihuta Tarutung), sebelum sang ibu tercinta juga meninggal dunia tahun 2002 akibat digerogoti penyakit gula kronis. Anak paling sulung Hotma Yunita Simanjuntak SE menikah dengan Yulius Bonar Siagian yang bekerja di PTPN IV, anak kedua (juga putri) Carolina Sanggul Simanjuntak SH menikah dengan Benny Hutagalung staf pada Dinas Kehutanan Sumut, anak ketiga (putra) Ivan Doli Simanjuntak yang bekerja pada Bapedalda Sumut menikah dengan Devi Naiborhu SH, dan Rudy Aryanto si bungsu beristerikan Reny Susanty br Siregar SE. Almarhum Parlagutan sudah memiliki beberapa orang cucu.
 Masih mengenang penuturan ibunya semasa hidup, Rudy Aryanto menyebut bahwa ayahnya dipersiapkan menjadi Bupati Tapanuli Utara atas saran dari Jenderal Maraden Panggabean (alm) dan didukung sepenuhnya oleh Gubernur Sumut. Karena pada masa itu merupakan peralihan dari masa orde lama ke orde baru, dipandang perlu menempatkan seorang figur berlatar keahlian pemerintahan untuk memulihkan situasi kondisi pemerintahan di Taput." Bapak punya konsep yang sangat bagus untuk membangun kampung halamannya sesuai ilmu yang diperdalamnya di luar negeri, ibu banyak bercerita tentang berbagai buah pikiran bapak ", tutur Rudy Aryanto.
 Drs Parlagutan Simanjuntak putra Silindung yang brilian itu sudah pergi menghadap Tuhannya. Meski tak sempat memangku tugas menjadi bupati definitive, namanya ikut tercatat dalam sejarah pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara. Sejumlah gagasan dan karya buah pikirannya mungkin masih membekas di daerah ini, walau pun sudah agak samar oleh perubahan-perubahan zaman yang bergerak sangat cepat.

BIODATA

Nama : Drs Parlagutan Simanjuntak (Hutabulu 14)
Lahir : 27 April 1933 di Sidikalang
Pendidikan :- SMA-B di Medan (1952) – KDC di Medan (1953) – Fakultas Sospol UGM 1954-1959)– Pendidikan khusus di Detroit USA

Karier : Dosen USU Medan (1960-1961) KDC di medan (1963-1964) Dosen APDN Medan (1964-1966) Dosen Univ. Dharma Agung (1960-1966) Dosen Univ.17 Agustus Medan (1964-1965) Dosen IKIP Medan (1964-1966)

Organisasi : Sekretaris Umum GMKI Yogya (1956-1957), Ketua GAMKI Sumut (1963-1966),Ketua Umum Ikatan Pamongpraja Indonesia (1964) Ketua Ikatan Sarjana Karyawan Indonesia (1967)

Nama Isteri : Sondang Lumbantobing -Profesi : PNS pada Biro Pemerintahan Umum Ktr Gubsu (meninggal pada 2002)

(Profil almarhum Parlagutan Simanjuntak sudah dibukukan dalam Buku Profil Pemimpin Pemerintahan di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2008,  penulis/editor Leonardo TS Simanjuntak )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar