Selasa, 25 Agustus 2015

Pensiunan Mantri Meninggal, RSU Tarutung Dikecam



Ketua PKK Taput Nyonya Nikson Nababan Satika br Simamora bersama Wabup
Mauliate Simorangkir meninjau RSUD Tarutung.=

 SARINGAR.Net –  Potret RSUD Tarutung yang lazim dinamakan RSU Swadana, sudah sering buram akibat dikecam masyarakat daerah ini, khususnya yang pernah berurusan ke RSU yang dikelola pemerintah ini. Kritik pedas dari warga seakan sudah akrab dengan rumah sakit yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda ini. Sorotan dari media juga sudah berulangkali mengemuka. Salah satu penyebabnya, menyangkut aspek pelayanan yang dinilai “bobrok”,  lebih buruk dibanding dulu ketika rumah sakit ini terkenal dengan kualitas dokter dan pelayanan paramedisnya.
 Kecaman terbaru muncul dari keluarga Mangantar Silalahi (59). Dianggap karena lambannya pelayanan, Mangantar Silalahi pensiunan mantri yang puluhan tahun bertugas di RSU Tarutung, akhirnya mengembuskan nafas terakhir, Selasa (18/8) sore.
 Meninggalnya sang mantri itu tak diterima pihak keluarga sebagai sudah takdir. Adalah Asido Silalahi anak almarhum Mangantar Silalahi, yang angkat bicara kepada media, menyebut kematian ayahnya akibat lambannya pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit.
 Menurut Asido seperti dilansir media cetak, almarhum Mangantar Silalahi dibawa keluarga untuk pemeriksaan kesehatan kedua kalinya di RSUD Tarutung. Pihak rumah sakit menyarankan agar Mangantar Silalahi dirawat inap di sana. Keluarga pun menyetujui saran itu. Tapi karena kurangnya pelayanan, pihak keluarga almarhum minta surat rujukan. Tapi, ditunggu sampai beberapa jam, surat rujukan dimaksud tak k unjung diberikan.
 Bagi Asido Silalahi yang juga aktivis Partai Demokrat Taput itu, kematian ayahnya yang tragis akibat lambannya pelayanan di rumah sakit itu.”Kami sekeluarga tak terima dan akan menuntut dokter yang menangani,” tandas Asido di tengah rasa sedihnya. Ayahnya dikebumikan hari Sabtu (22/8) di pekuburan keluarga di Hutabarat. Semasa aktif sebagai mantri di RSU Tarutung, Mangantar Silalahi dikenal dengan spesifikasi fisioterapi yang pertama kali ada di rumah sakit itu.
 Lalu, apa  tanggapan pihak RSUD Tarutung seputar tudingan keluarga alm Mangantar Silalahi. Tampaknya sudah hal biasa, managemen RSUD Tarutung membantah tudingan seperti itu. Mereka menolak kalau disebut kematian pasien itu akibat kesalahan mereka. Katanya, ada rujukan diberikan agar pasien (Mangantar Silalahi) dibawa ke RS Adam Malik,Medan.
 Dokter D Manullang yang menangani pasien meninggal itu ngotot mengakui surat rujukan  sudah diberikan agar pasien itu dibawa ke RS Adam Malik. “Saya sudah beritahu dulu pada keluarga pasien agar membawa pasien ke rumah sakit Adam Malik, selain itu kami juga menyarankan supaya si pasien melakukan cuci darah di sini, tapi pihak keluarga tak mengindahkan,” kata D Manullang yang didampingi Direktur RSUD Tarutung dr Ganda Nainggolan dan wakilnya S Manurung.
 Sejak terbitnya kasus kematian Mangantar Silalahi di media cetak, ragam komentar warga Tarutung yang umumnya mengecam sistem pelayanan RSUD Tarutung yang  belakangan ini dianggap sudah bobrok. “Itu sebabnya banyak orang lebih memilih berobat ke rumah sakit lain kalau penyakitnya sudah agak serius daripada dirawat di Tarutung,” ujar seorang warga yang sedang membaca berita kematian Mangantar Silalahi itu di salah satu koran harian.
 Namun beberapa hari kemudian, Asido Silalahi anak almarhum pensiunan mantri yang kini bekerja membantu-bantu di Kantor Catatan Sipil Taput, mengatakan kepada SaARINGAR.Net, bahwa ikhwal gugatannya terhadap RSUD Tarutung tak diteruskan lagi." Tidak saya lanjutkan lagi," ujarnya singkat, Senin (7/9).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar