Ketua PKK Taput Nyonya Nikson Nababan Satika br Simamora bersama Wabup Mauliate Simorangkir meninjau RSUD Tarutung.= |
SARINGAR.Net – Potret RSUD Tarutung yang lazim
dinamakan RSU Swadana, sudah sering buram akibat dikecam masyarakat daerah ini,
khususnya yang pernah berurusan ke RSU yang dikelola pemerintah ini. Kritik
pedas dari warga seakan sudah akrab dengan rumah sakit yang dibangun pada zaman
penjajahan Belanda ini. Sorotan dari media juga sudah berulangkali mengemuka. Salah
satu penyebabnya, menyangkut aspek pelayanan yang dinilai “bobrok”, lebih buruk dibanding dulu ketika rumah sakit
ini terkenal dengan kualitas dokter dan pelayanan paramedisnya.
Kecaman terbaru muncul dari keluarga Mangantar
Silalahi (59). Dianggap karena lambannya pelayanan, Mangantar Silalahi
pensiunan mantri yang puluhan tahun bertugas di RSU Tarutung, akhirnya
mengembuskan nafas terakhir, Selasa (18/8) sore.
Meninggalnya sang mantri itu tak diterima
pihak keluarga sebagai sudah takdir. Adalah Asido Silalahi anak almarhum Mangantar
Silalahi, yang angkat bicara kepada media, menyebut kematian ayahnya akibat
lambannya pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit.
Menurut Asido seperti dilansir media cetak,
almarhum Mangantar Silalahi dibawa keluarga untuk pemeriksaan kesehatan kedua
kalinya di RSUD Tarutung. Pihak rumah sakit menyarankan agar Mangantar Silalahi
dirawat inap di sana. Keluarga pun menyetujui saran itu. Tapi karena kurangnya
pelayanan, pihak keluarga almarhum minta surat rujukan. Tapi, ditunggu sampai
beberapa jam, surat rujukan dimaksud tak k unjung diberikan.
Bagi Asido Silalahi yang juga aktivis Partai
Demokrat Taput itu, kematian ayahnya yang tragis akibat lambannya pelayanan di
rumah sakit itu.”Kami sekeluarga tak terima dan akan menuntut dokter yang
menangani,” tandas Asido di tengah rasa sedihnya. Ayahnya dikebumikan hari
Sabtu (22/8) di pekuburan keluarga di Hutabarat. Semasa aktif sebagai mantri di
RSU Tarutung, Mangantar Silalahi dikenal dengan spesifikasi fisioterapi yang
pertama kali ada di rumah sakit itu.
Lalu, apa tanggapan pihak RSUD Tarutung seputar tudingan
keluarga alm Mangantar Silalahi. Tampaknya sudah hal biasa, managemen RSUD
Tarutung membantah tudingan seperti itu. Mereka menolak kalau disebut kematian
pasien itu akibat kesalahan mereka. Katanya, ada rujukan diberikan agar pasien
(Mangantar Silalahi) dibawa ke RS Adam Malik,Medan.
Dokter D Manullang yang menangani pasien
meninggal itu ngotot mengakui surat rujukan sudah diberikan agar pasien itu dibawa ke RS
Adam Malik. “Saya sudah beritahu dulu pada keluarga pasien agar membawa pasien
ke rumah sakit Adam Malik, selain itu kami juga menyarankan supaya si pasien
melakukan cuci darah di sini, tapi pihak keluarga tak mengindahkan,” kata D
Manullang yang didampingi Direktur RSUD Tarutung dr Ganda Nainggolan dan
wakilnya S Manurung.
Sejak terbitnya kasus kematian Mangantar
Silalahi di media cetak, ragam komentar warga Tarutung yang umumnya mengecam sistem
pelayanan RSUD Tarutung yang belakangan
ini dianggap sudah bobrok. “Itu sebabnya banyak orang lebih memilih berobat ke
rumah sakit lain kalau penyakitnya sudah agak serius daripada dirawat di
Tarutung,” ujar seorang warga yang sedang membaca berita kematian Mangantar
Silalahi itu di salah satu koran harian.
Namun beberapa hari kemudian, Asido Silalahi anak almarhum pensiunan mantri yang kini bekerja membantu-bantu di Kantor Catatan Sipil Taput, mengatakan kepada SaARINGAR.Net, bahwa ikhwal gugatannya terhadap RSUD Tarutung tak diteruskan lagi." Tidak saya lanjutkan lagi," ujarnya singkat, Senin (7/9).
Namun beberapa hari kemudian, Asido Silalahi anak almarhum pensiunan mantri yang kini bekerja membantu-bantu di Kantor Catatan Sipil Taput, mengatakan kepada SaARINGAR.Net, bahwa ikhwal gugatannya terhadap RSUD Tarutung tak diteruskan lagi." Tidak saya lanjutkan lagi," ujarnya singkat, Senin (7/9).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar