Senin, 07 November 2016
Taput Akan Steril Dari Kupu-Kupu Malam
Ingat lagu "sikupu-kupu malam" ciptaan Titiek Puspa.Konotasi kupu-kupu malam menjadi gambaran para wanita penghibur atau kasarnya PSK yang tak asing lagi di dunia gemerlap (dugem) yang terkait erat dengan kehadiran tempat-tempat berbau mesum semisal kafe,diskotik.
Di Taput yang sejak 1999 dicanangkan bupati RE Nainggolan sebagai daerah wisata rohani dan secara khusus wilayah Silindung, sudah cukup lama disoroti masyarakat luas dengan kehadiran kafe yang ditengarai mengoperasikan "kupu-kupu malam". Awalnya hanya satu kafe yang populer dengan sebutan Sarajevo. Belakangan kafe sejenis makin banyak bermunculan di sekitar jalinsum Pahae,jalan Sibolga,Siborongborong dan kawasan lainnya.
Bupati Tapanuli Utara rupanya tersentak ketika belum lama ini ada protes keras dari warga Pancurnapitu dan Pahae mengusung keresahan atas kehadiran kafe-kafe di sana. Mereka pun minta dengan tegas agar Pemkab Taput menutup kafe tersebut.
Nikson Nababan tak berpikir terlalu lama merespon. Sehari setelah demo warga itu, tim pemkab langsung turun ke lokasi dan langsung memerintahkan agar kafe dimaksud segera tutup.
Beberapa hari setelah aksi pemkab itu,rupanya bupati Nikson mendengar kalau masih ada pemilik/pengusaha kafe yang membandal
Nikson pun geram. Pada Sabtu malam (5/11), ia melakukan sidak ke arah Pancurnapitu dan jalan Sibolga mengecek apa masih ada kafe itu yang buka. Ternyata benar. Masih ada kafe yang belum melaksanakan penutupan kafenya. Pada malam itu juga aparat Satpol sigap mengamankan sejumlah peralatan yang ada di kafe. Begitu juga para kupu-kupu malam yang terjaring.
"Bupati menginginkan daerah wisata rohani ini steril dari segala macam bentuk kegiatan yang bertentangan dengan nilai nilai kerohanian", ucap seorang pejabat mengomentari.(Sumber foto: fb)
Sabtu, 29 Oktober 2016
Taput Tuan Rumah Penandatanganan Kerjasama Dengan KPK
Bupati Taput Nikson Nababan sedang menandatangani naskah RAPK disaksikan empat bupati/walkot lainnya. Taput dipilih jadi tuan rumah acara ini. (rel) |
“Kita mendukung penuh program KPK ini dimana
program pencegahan lebih diutamakan dalam hal ini. Sosialisasi dan
penandatanganan ini menjadi titik awal dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi. Sosialisasi ini memberikan pemahaman bagi SKPD dalam pengelolaan
anggaran agar terhindar dari korupsi. Kabupaten Tapanuli Utara menjadi tuan
rumah bagi 5 (lima) Kabupaten Kota untuk acara penandatanganan ini dan
selanjutnya kita akan laksanakan tahap-tahap berikutnya,” ujar Nikson Nababan.
Bupati menyampaikan bahwa penandatanganan dan
acara sosialisasi ini merupakan tindakan preventif dari KPK agar pengelolaan
anggaran dari masing-masing daerah terhindar dari praktek korupsi. “Sementara dengan
Program E-Planning dan Perizinan terpadu ini maka transparansi akan semakin
nyata. Pungutan liar dan gratifikasi dapat kita hentikan. Terimakasih kepada
pihak KPK yang memberikan peluang dan kesempatan ini bagi para SKPD untuk lebih
memahami pencegahan korupsi,” ujar bupati menekankan.
Pada kesempatan itu, Tim Koordinasi Supervisi dan
Pencegahan KPK Adlinsyah M. Nasution menyampaikan, penandatanganan dan
sosialisasi ini merupakan tindakan pencegahan dan mendorong transparansi yang
lebih melibatkan pengawasan secara online sehingga masyarakat bisa memonitor
secara langsung.
“Pihak KPK juga terbuka dalam menerima
laporan-laporan dari masyarakat yang dianggap perlu diselesaikan KPK. Kami
berharap sosialisasi dan penandatanganan ini memberikan manfaat terhadap proses
dan tahapan pencegahan korupsi seperti ini kita harapkan bersama.
Terimakasih kepada Kabupaten Tapanuli Utara yang
bersedia menjadi tuan rumah pada acara penandatanganan ini,” ujar Adlinsyah
mengakhiri.Usai penandatanganan, pihak KPK bersama kelima Bupati/Walikota
menggelar Konfrensi Pers untuk pemaparan
singkat mengenai acara tersebut dan manfaat yang diharapkan. Acara konfrensi pers
diwarnai tanya jawab dipandu Kepala
Badan Infokom Propinsi Sumatera Utara Fitrius.Tim Koordinasi Supervisi dan
pencegahan KPK mendampingi Adlinsyah Nasution, Tri Samarefa, Azril Zah, Maruli
Tua, Tomi Murtomo, Juliharto. Sementara Tim gratifikasi terdiri dari Edi
Suryanto dan Renta Marito.
Warga Demo, Pemkab Taput Tutup Kafe di Jalinsum Pahae
Suasana ketika Sekda Taput Edward Tampubolon didampingi Asisten I HP Marpaung dan Kabag Humas Donna Situmeang turun ke lokasi kafe di jalinsum Pahae Simasom dan Pancurnapitu |
BATAKINDONEWS.Com - Bupati Tapanuli Utara diwakili Sekretaris Daerah
Kabupaten Tapanuli Utara Edward Tampubolon, SE didampingi Kadis Perhubungan
Erikson Siagian, Kakan Satpol PP Sondang Panjaitan dan Kabag Humas & Keprotokolan
Donna Situmeang melakukan inspeksi mendadak ke café-café yang berada diseputaran
desa Pansurnapitu Kecamatan Siatasbarita dan kafé Sarajevo Simasom di Pahae
Julu. Sidak tersebut merupakan tindakan lanjutan penutupan yang dilakukan
Pemkab Tapanuli Utara menyahuti tuntutan masyarakat Simasom melalui unjukrasa
yang digelar Senin (17/10) ke Kantor Bupati Taput di Tarutung. Demo itu
langsung ditindaklanjuti Bupati Taput, esoknya Selasa (18/10).
“Tuntutan masyarakat untuk menutup kafé-kafé tersebut
beralasan kuat telah mengganggu masyarakat sekitar dan mencederai citra kota
Tarutung sebagai Kota wisata rohani. Ini kita tanggapi dengan langsung menutup kafé-kafé
tersebut karena juga tidak memiliki ijin
yang sah. Sekarang ini juga kita langsung cek ke lapangan apakah memang
benar-benar tutup atau masih ada yang beroperasi. Dari semua yang kita sidak
dan cek satu persatu tidak ada lagi penghuni, kosong dan ada aktivitas. Saya
berharap ini seterusnya dan tetap ditertibkan sehingga julukan kota wisata
rohani bagi Kota Tarutung tetap terjaga,” ujar Bupati di sela-sela sidak
tersebut.
Bupati
menyampaikan, penutupan café ini merupakan sinergi antara Pemerintah dan
masyarakat, dimana masyarakat harus tetap mengawasi dan menjaga kekondusifan
sehingga ketentraman dapat terjaga. Kita jaga bersama daerah kita tercinta
ini,” ujar Bupati menegaskan komitmennya.
Masyarakat seputaran desa Pancurnapitu dan Simasom
menyambut gembira respon sangat cepat dari Pemkab Taput. Seorang warga marga
Panggabean di Pancurnapitu menyatakan salut kepada Bupati Nikson Nababan dan
Sekda Edward Tampubolon, yang tanpa berpikir lama langsung melakukan tindakan
penutupan kafe yang selama ini meresahkan masyarakat kawasan itu. Disebutkan,
sejak kafe itu bermunculan di kawasan itu, aroma mesum ditengarai meningkat
karena wanita penghibur dari luar Taput bebas menjajakan diri kepada para pria
hidung belang. Ada diantara kafe itu yang sudah puluhan tahun beroperasi.
(rel Hms)
Sabtu, 08 Oktober 2016
Sabtu, 01 Oktober 2016
Tahapan Pilkada Taput 2017, Nama Calon Mulai Berkibar
BATAKINDONEWS.COM - Tahun 2017,Tapanuli
Utara (Taput) masuki tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Dengan
demikian, masa jabatan bupati periode (2014-2019) terpotong beberapa
bulan untuk Pilkada 2018. Demikian berita dilansir Central (31-03-2016).
Percepatan Pilkada tersebut dimaksudkan sebagai
upaya menyeragamkan Pilkada serentak yang diperkirakan tahun
2017.
Demikian dikatakan Ketua KPUD Taput Rudolf Sirait
menjawab wartawan di kantornya, Selasa lalu di Tarutung, menanggapi program
atau target pemerintah untuk melaksanakan Pilkada secara nasional serentak pada
2017 mendatang. “Tahun 2017 diperkirakan antara bulan Oktober-Nopember, kita
sudah masuk ke tahapan Pilkada. Sedangkan pelaksanaan Pilkada tersebut kita
perkirakan 2018”, ujar Rudolf Sirait, meluruskan adanya anggapan sebagian
pihak seolah pilkada Taput berlangsung 2017. Pada hal 2017 itu dimaksudkan
tahapan akan dimulai.
Sementara itu informasi berkembang
menunjukkan isu tentang pilkada Taput sudah mulai menggelinding. Meskipun
tahapan Pilkada Taput akan dimulai tahun 2017, namun sejumlah nama balon sudah
mulai mencuat di tengah-tengah masyarakat. Ada beberapa nama yang mulai berkibar dalam perbincangan para pengamat amatiran di kedai kopi.
Sejumlah
nama yang mulai berkibar antara lain ada yang dari kalangan DPRD, kalangan
birokrat dan kalangan pengusaha. “Saya mendengar ada sejumlah nama yang
disebut-sebut akan maju di Pilkada Taput antara lain, ada nama Tigor
Lumbantoruan, Juliski Simorangkir, Jubel Tambunan, Maruli Siahaan, Sony Manalu,
Fernando Simanjuntak,Ottoniyer Simanjuntak, dan ada lagi bermarga Sinaga, ujar M Silitonga
seorang warga Taput.
Belakangan nama Bangun L Tobing dan Dr Bobby Simanjuntak juga ikut mewarnai kicau burung seputar perhelatan pilkada Taput mendatang. Baliho bertuliskan ale-ale Bobby Simanjuntak pun sudah muncul di sudut kota Tarutung. Peluang Bobby Simanjuntak disebut cukup terbuka dengan perhitungan populasi marga Simanjuntak dan boru bere di Taput signifikan bila kesatuan persatuan bisa dipadukan. Masalahnya apakah Bobby nantinya mampu melintasi tahapan syarat untuk melaju jadi calon tetap.
Nikson
Nababan, bupati Taput periode 2014-2019 diprediksi menjadi calon kuat, bila
beliau maju sebagai incumbent. Sebagai calon petahana, Nikson Nababan memiliki
nilai lebih dan dipastikan memiliki massa pendukung atau setidaknya separoh
dari pemilih yang menghantarnya jadi bupati saat ini, ujar warga Taput
lainnya bermarga Nainggolan.
Selain itu,
isu berkembang belakangan menyebut nama Mauliate Simorangkir juga kemungkinan
bakal maju, begitu juga nama AKBP Maruli Siahaan. Tapi kelihatannya nama Maruli
Siahaan Cuma sekadar rumor, karena dari baliho Maruli yang terpampang di
seputaran Siborongborong tertulis “Menuju Sumut 1”. Artinya target Maruli bukan
Taput 1 (Bupati) melainkan calon Gubernur Sumut. Selain kedua nama itu ada pula
rumor menyebut nama Edu Lumbantobing (putra Toluto mantan bupati Taput) bakal
ikut maju. Apakah sebagai calon nomor 1 atau wakil tak jelas, dan kalau wakil
siapa calon nomor 1 juga tak jelas meski ada rumor menyebut pasangannya Tigor
Lumbantoruan atau Fernando Simanjuntak.
“Ah, saya
rasa masih terlalu pagi menyebut bakal calon sekarang ini. Namanya juga rumor,
bisa ya bisa juga tidak,” komen seorang warga
marga Simanungkalit yang sedang membaca koran di depan agen koran Sumber
Agency Jalan DI Panjaitan Tarutung. (sbr: central)
Sabtu, 24 September 2016
Dolok Martimbang Dipandang Dari Banuaji
Dolok Martimbang satu-satunya gunung yang menjulang cukup tinggi di kawasan Lembah Silindung. Tampak lebih utuh dipandang dari dusun Rinabidang Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Tapanuli Utara. Gunung ini menjadi sisi tersendiri keindahan Lembah Silindung. Gunung yang tak pernah menimbulkan kesusahan bagi penghuni lembah ini meskipun tergolong gunung berapi. Untung gunung ini tidak aktif seperti Gunung Sinabung di Tanah Karo, kata seorang warga di Banuaji.
Banuaji memang bukan lagi kawasan desa terpencil karena sudah sejak lama infrastruktur jalan ke daerah itu dibuka meski belum memadai. Kondisi topografisnya termasuk sulit naik turun melalui jurang-jurang menganga. Kondisi jalan juga tampak parah saat ini ( september 2016). Memang ada perbaikan sepanjang 1 km ,lumayan mengurangi keparahan kondisi jalan ke desa ini. Penduduk pun hanya berharap rehabilitasi jalan rusak berkelanjutan.
Banuaji memang bukan lagi kawasan desa terpencil karena sudah sejak lama infrastruktur jalan ke daerah itu dibuka meski belum memadai. Kondisi topografisnya termasuk sulit naik turun melalui jurang-jurang menganga. Kondisi jalan juga tampak parah saat ini ( september 2016). Memang ada perbaikan sepanjang 1 km ,lumayan mengurangi keparahan kondisi jalan ke desa ini. Penduduk pun hanya berharap rehabilitasi jalan rusak berkelanjutan.
Selasa, 20 September 2016
Tetty Kadi dan Christin Panjaitan Masih Mempesona
Penyanyi idola tahun 60 an Tetty Kadi dan penyanyi bersuara merdu Christin Panjaitan orbitan Rinto Harahap di tahun 80 an tampil mempesona dalam tayangan Golden Memories Indosiar,Selasa (20/9). Kehadiran kedua artis beda zaman itu sungguh memuaskan kerinduan jutaan pengagumnya, apalagi saat Tetty Kadi mojang Priyangan yg masih tampak awet dan cantik menembangkan lagu nostalgia seperti juga artis Batak Christin Panjaitan yang suara merdunya sulit dicari duanya hingga sekarang.
Pada awal kehadirannya di dunia tarik suara, Tetty dikenal dengan tembang manisnya Sepasang Rusa, Teringat Selalu, dan belakangan lagu Mimpi Sedih, Layu Sebelum Berkembang, dan banyak lainnya. Sementara Christin sangat menggugah dengsn tembang-tembang sentimentalianya Sudah Kubilang selain juga mempopulerkan lagu Batak nostalgia ciptaan komponis legendaris Nahum Situmorang dan S.Dis Sitompul
Pada awal kehadirannya di dunia tarik suara, Tetty dikenal dengan tembang manisnya Sepasang Rusa, Teringat Selalu, dan belakangan lagu Mimpi Sedih, Layu Sebelum Berkembang, dan banyak lainnya. Sementara Christin sangat menggugah dengsn tembang-tembang sentimentalianya Sudah Kubilang selain juga mempopulerkan lagu Batak nostalgia ciptaan komponis legendaris Nahum Situmorang dan S.Dis Sitompul
Minggu, 18 September 2016
Darwin Lumbantobing Ephorus HKBP Yang Baru
Pdt Darwin Lumbantobing ketika dilantik (18/9) di Pearaja yang berlangsung khidmat dihadiri seribu lebih hadirin. (Atas)
Foto lengkap pimpinan HKBP yang baru Pdt Darwin Tobing bersama Sekjen Pdt David Sibuea, dan tiga kepala departemen yg baru Pdt Martonggo Sitinjak (Koinonia), Pdt Ana Vera Pangaribuan (Marturia) dan Pdt Debora Sinaga (Diakonia)
Pendeta Darwin Lumbantobing terpilih menjadi Ephorus HKBP yang baru menggantikan Pdt WTP Simarmata untuk priode 2016-2020, setelah meraih 924 suara pada pemilihan putaran kedua di Auditorium HKBP di Simanare Sipoholon. Sedangkan calon pesaingnya Pdt Robinson Butarbutar meraih 641 suara.
Pdt Darwin Tobing dilantik Minggu (18/9) di Pearaja Tarutung. Untuk jabatan sekjen terpilih Pdt David Sibuea yang meraih 770 suara melampaui suara calon pesaingnya Pdt Mauliunus Siregar yang meraih 744 suara. Dengan terpilihnya Darwin Tobing menjadi ephorus, ada komentar menyebut baru ini pertama kalinya marga dari PGM pernah menjabat pimpinan HKBP sejak berdirinya sekte kristen protestan terbesar di Asia itu. (Teks Leonardo/foto fb)
Foto lengkap pimpinan HKBP yang baru Pdt Darwin Tobing bersama Sekjen Pdt David Sibuea, dan tiga kepala departemen yg baru Pdt Martonggo Sitinjak (Koinonia), Pdt Ana Vera Pangaribuan (Marturia) dan Pdt Debora Sinaga (Diakonia)
Pendeta Darwin Lumbantobing terpilih menjadi Ephorus HKBP yang baru menggantikan Pdt WTP Simarmata untuk priode 2016-2020, setelah meraih 924 suara pada pemilihan putaran kedua di Auditorium HKBP di Simanare Sipoholon. Sedangkan calon pesaingnya Pdt Robinson Butarbutar meraih 641 suara.
Pdt Darwin Tobing dilantik Minggu (18/9) di Pearaja Tarutung. Untuk jabatan sekjen terpilih Pdt David Sibuea yang meraih 770 suara melampaui suara calon pesaingnya Pdt Mauliunus Siregar yang meraih 744 suara. Dengan terpilihnya Darwin Tobing menjadi ephorus, ada komentar menyebut baru ini pertama kalinya marga dari PGM pernah menjabat pimpinan HKBP sejak berdirinya sekte kristen protestan terbesar di Asia itu. (Teks Leonardo/foto fb)
Senin, 05 September 2016
Kapolri Jenderal Tito Minta Budaya Koruptif Polisi Dihilangkan
Kapolri Jend Tito Karnavian (Berita 1.Com) |
BATAKINDONEWS.Com, Jakarta- Upaya perbaikan citra polisi terus menerus dikemukakan dari waktu ke waktu. Tapi apakah sudah ada hasilnya? Tentu ada meski belum menyeluruh. Kali ini kepala Polri yang baru Tito Karnavian mengutarakan obsesi yang sama.
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian meminta seluruh jajaran anggota polisi lalu lintas (polantas) menghilangkan budaya koruptif sekaligus mempermudah layanan publik, sehingga citra polisi meningkat.
Hal tersebut disampaikan di hadapan ratusan perwira Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri dalam Rakernis Fungsi Lalu Lintas Tahun Anggaran 2016 dengan tema 'Meningkatkan Pelayanan Masyarakat Berbasis IT Menuju Polantas yang Promoter' pada 5-6 September 2016
"Ini rapat kerja teknis (rakernis) jajaran lalu lintas seluruh Indonesia, ada para dirlantas dan kasatlantas seluruh Indonesia yang jumlahnya 500-600 perwira. Sementara jumlah anggota lantas ada puluhan ribu, itu mereka harus turun memberikan arahan dan contoh teladan anggota di bawahnya," ujar Tito, di Hotel Mercure, Ancol Jakarta, Senin (5/9).
Ia mengakui saat ini citra polantas masih rendah karena ulah oknum kepolisian yang melanggar kode etik dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu Tito mendorong kepada jajaran lalu lintas agar ada evaluasi. Hal-hal yang menimbulkan sentimen negatif harus diperbaiki. "Contohnya masalah budaya praktik korupsi, percaloan, dan layanan publik yang kurang pas di mata masyarakat, seperti berbelit-belit, mempersulit, ini harus diperbaiki segera mungkin," tambah Tito.
Dia mengatakan, evaluasi tersebut harus disebarkan kepada seluruh jajaran di bawahnya. "Jangan sampai citra Polri yang memiliki visi dan program kerja positif, tapi karena ulah oknum yang negatif, maka hasil kerja kita tidak dipandang masyarakat," tuturnya.
Dalam rapat teknis tersebut juga diluncurkan aplikasi pengguna smartphone bernama 'Moan' singkatan dari Mudik Online Aman dan Nyaman. Aplikasi ini merupakan salah satu upaya mengantisipasi penanganan kemacetan lalu lintas. "Saya minta dirlantas dan kasatlantas untuk lebih efektif dalam pelayanan publik, jangan segan turun ke lapangan dan harus lebih aktif di bidang rekayasa lalu lintas," lanjut Tito.
Berbagai upaya yang dilakukan Polri untuk mengubah citra negatif dalam Korps Lalu Lintas, misalnya pelayanan dan perbaikan sistem pembayaran langsung ke bank, tindakan tegas terhadap anggota bersalah, rekayasa lalu lintas serta koordinasi dengan pemda dan swasta dalam pembangunan fasilitas publik. Pendirian bangunan bertingkat dan pusat perbelanjaan, dimana harus ada analisa kelayakan, kelancaran, dan ketertiban lalu lintas dari pihak kepolisian sebagai salah satu prasayarat perizinan pembangunan. (sp)
Sabtu, 27 Agustus 2016
Mangara Siahaan,Aktor Batak Yang Dekat Dengan Megawaty
BATAKINDONEWS.Com - Tahu siapa Mangara Siahaan yang jadi bintang film Indonesia di tahun 80 an? Dia satu dari sedikit orang Batak yang jadi bintang film sekaligus bisa jadi politisi.
Mangara Monang Siahaan, termasuk aktor senior, bahkan tembus jadi anggota DPR dari PDI Perjuangan periode 2009-2014, telah meninggal dunia pukul 04.00 WIB, Jumat, 3 Juni 2016. Orang dekat Megawati Soekarnoputri itu mengembuskan napas terakhirnya setelah berhari-hari dirawat di Rumah Sakit Siloam T.B. Simatupang, Jakarta Selatan.
"Iya betul, Bapak sakit. Ada kelainan darah," kata anak Mangara, Carter Siahaan, saat dihubungi wartawan ketika itu, Jumat, 3 Juni 2016.
Mangara disebutkan mengidap penyakit myelodysplastic syndrome atau sindrom mielodisplasia, penyakit di mana adanya kelainan darah dan sumsum tulang belakang. Penyakit itu baru disadarinya sejak Januari lalu. Bahkan Mangara Siahaan sudah sering keluar-masuk rumah sakit karena penyakit yang dideritanya.
Kondisi Mangara sempat membaik ketika masuk rumah sakit sepekan yang lalu. Tapi, dua hari lalu, tepat pada hari Pancasila, Rabu, 1 Juni 2016, ketika Tempo menjenguk, kondisinya mulai menurun. Jumat dinihari, kondisi Mangara kian menurun dan masuk ICU pada dinihari. Namun tidak tertolong dan Mangara berpulang menjelang subuh. Dunia artis nasional kembali kehilangan seorang aktor yang diakui punya bakat melakonkan adegan yang dipercayakan padanya.
Sementara ini, menurut Carter, Mangara disemayamkan di RS Siloam T.B. Simatupang sebelum dibawa ke rumah duka di Depok, Jawa Barat. (Sumber: Tmp)
Gustav Sinaga, Birokrat Pemikir Dari Kantor Gubernur
Motto:Menciptakan Kondisi Siap Membangun
Drs Gustav
Sinaga menjabat Bupati Tapanuli Utara dalam usia yang relatif muda, 45 tahun.
Tetapi di saat kariernya sebagai birokrat sedang cemerlang, serta tenaga dan
pikirannya masih dibutuhkan di Pemprov Sumatera Utara, beliau ditakdirkan
meninggal dunia tanggal 29 Oktober 1991. Almarhum meninggal saat menjalankan
tugas dalam usia 52 tahun, ketika menghadiri peresmian Kantor Dinas Pariwisata
di Jalan Pancing, Medan.
Pemerintah
Daerah Sumatera Utara memang kehilangan figur birokrat tergolong handal dan
senior, dengan pangkat terakhir Gol.IV/e. Almarhum secara resmi dinyatakan
pemerintah meninggal dalam menjalankan tugas. Suatu peristiwa tragis yang
mengejutkan ketika itu, tak ada yang menyangka kepergiannya begitu mendadak.
Jabatannya yang terakhir adalah Asisten II/Ekonomi Pembangunan Setwildasu,
sebuah posisi penting yang amat strategis di Kantor Gubernur. Dia birokrat
profesional yang saat itu masih sangat dibutuhkan sebagai pemikir yang bisa
menyelesaikan banyak tugas pemerintahan sesuai dengan talenta yang dimilikinya.
“Kita
kehilangan seorang kader pemerintahan terbaik di saat tenaga dan pikirannya
sedang dibutuhkan”, kata Gubernur Sumut H.Raja Inal Siregar (alm) saat upacara
melepas jenazah Alm Gustav Sinaga ke peristrahatannya yang terakhir. Banjir air mata
menggenangi ratusan pasang mata pada detik-detik pemberangkatannya.
Alm Gustav Sinaga tidak
sempat diwawancarai editor BATAKINDONEWS, terkait
penyusunan buku memoir pemimpin pemerintahan di Kabupaten Tapanuli
Utara. Tetapi berbagai catatan, dokumentasi, termasuk
kliping koran tentang kegiatan almarhum semasa menjabat Bupati Tapanuli Utara,
setidaknya bisa memberi gambaran tentang siapa, apa, dan bagaimana sosok
almarhum. Sementara itu, Ibu A.boru Pardede (isteri almarhum), turut membantu
memberi keterangan lebih detil, saat ditemui Editor di rumahnya jalan
Medan- Mariendal Km 4, tanggal 12 Maret 1998. Wawancara dengan ibu boru Pardede
berlangsung sekitar 3 jam. Ibu yang semasa menjadi ketua PKK di Tapanuli Utara
dikenal sosok yang kalam, tampaknya begitu antusias memberi penjelasan seputar
profil suami yang keburu meninggalkannya dalam usia relatif muda.
*****
Setelah dilantik menjadi Bupati Tapanuli
Utara tanggal 16 Pebruari 1984 menggantikan Drs Salmon Sagala, langkah pertama
yang ditempuh Alm Gustav Sinaga adalah mempelajari dengan seksama berbagai aspek tentang Tapanuli Utara, terutama menyangkut potensi, dan
permasalahan secara umum. Dari inventarisasi situasi yang dilakukan, beliau
membuat suatu catatan pinggir, bahwa langkah awal yang perlu diambil adalah Menciptakan
Kondisi Siap Membangun.
Istilah
itu belakangan menjadi sebuah motto, yang selalu disampaikan dalam berbagai kesempatan formal mau pun
informal. Dalam wawancara dengan wartawan satu tahun setelah dilantik, beliau
memperjelas motto itu sebagai upaya menciptakan iklim yang lebih kondusif dalam
menyatukan derap langkah dan visi yang selaras untuk menggoalkan kebijakan,
inovasi-inovasi, sentuhan ide dan program, apakah itu dari pemerintahan ansich
maupun dari stakeholder pembangunan yang ada.
“Apa gunanya kita
membanggakan potensi daerah ini, jika masyarakat sendiri tidak siap menyambut
program untuk menggali potensi itu”, kata almarhum. Kondisi itu dalam arti
luas, antara lain kesamaan pandang/visi pemerintah dan masyarakat dalam
menentukan langkah dan arah pada satu titik yang dituju. Misalnya di satu
tempat, masyarakat minta dibangun sarana pendidikan, tapi ketika pemerintah mau
membangun, warga pemilik tanah malah keberatan memberi tanahnya sebagai lokasi.
Atau sebuah desa minta pembukaan jalan, dan ketika pemerintah mau membangun
justru warga tak mau membebaskan dua atau satu meter tanahnya.Tak jarang
perantau yang berasal dari satu desa menjadi penyebab gagalnya sebuah program
pembangunan. Ada di antaranya yang mengklaim tanah yang mau dikelola pemerintah
adalah miliknya. Kalau pun perantau kemudian setuju tapi mengajukan syarat yang
bikin pusing kepala.
Selain
itu, Gustav sering menunjuk sikap mental sebagian warga masyarakat yang harus
dirobah dalam konteks penciptaan kondisi siap membangun. Sikap mental itu
antara lain, ketertutupan pada ide-ide konstruktif, sikap kecemburuan
berlebihan pada hal-hal tertentu, watak tidak mau introspeksi diri, watak latah
yang suka menjelekkan pihak lain, perilaku hidup santai dan bermalas-malas,
watak pemborosan materi tanpa perhitungan untung rugi, dan berbagai perilaku
lainnya yang pada dasarnya mencerminkan egoisme yang tak sesuai dengan kemajuan
zaman.
Almarhum
Gustav Sinaga menegaskan, semua kebijakan yang dilaksanakannya sebagai Bupati
pada dasarnya harus dilihat untuk kepentingan masyarakat Tapanuli Utara
sendiri. Jangan dilihat dengan kacamata gelap, tapi lihatlah dengan kacamata
netral yang terang. Sebagai Kepala Daerah, saya berkewajiban membuat sesuatu
yang berguna bagi daerah ini.” Saya datang ke daerah ini bukan untuk menikmati
kesenangan dengan fasilitas seperti dibayangkan banyak orang, melainkan untuk
memberi suatu manfaat yang setidaknya bisa merobah apa yang kurang menjadi
sesuatu yang berarti bagi masyarakat,” ucapnya.
Bupati
yang menjelang akhir jabatannya tahun 1989 mendapat penghargaan Bulang-Bulang
dari masyarakat Tapanuli Utara dalam sebuah seremoni kebesaran adat Batak di
Balige, mengungkapkan bahwa Taput memerlukan percepatan pembangunan dari sector
swasta (investor). Upaya menarik dana swasta tersebut telah dilakukan dengan
ragam kebijakan strategis sejak awal Pelita IV. Antara tahun 1984 sampai 1987,
investasi swasta yang dioperasikan di Taput mencapai Rp.348 miliar, dengan
serapan tenaga kerja 25 ribu orang. Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun
1984/1985 hanya Rp 780 juta, tapi tahun 1987/1988 melonjak menjadi Rp 1,7
miliar. Namun di
sisi lain, almarhum menyebut, lemahnya daya nalar penduduk merupakan kelemahan
yang perlu disikapi. Karena sekitar 83 persen dari 723 ribu penduduk (waktu
itu/Ed), cuma berpendidikan SD ke bawah. Faktor itu, katanya, membuat
masyarakat lambat menerima kebijakan-kebijakan pemerintah.
Sejumlah investasi
berskala besar termasuk swadaya masyarakat memberi warna baru bagi Tapanuli
Utara. Antara lain, disebutkan pabrik pulp dan rayon yang mulai beroperasi
bulan Juni 1988, perkebunan teh PTP VIII
di Sibosur Kecamatan Habinsaran, penambangan kaolin di Parmonangan,
tambang mika di Pangaribuan yang diresmikan Sesdalopbang Solihin GP, dan
sejumlah lainnya yang dalam proses.
Pada
tahun awal masa kerjanya, 1984, Bupati yang sebelumnya menjabat Asisten
IV/Administrasi Umum di Kantor Gubsu ini, membuat patron pembangunan Tapanuli
Utara berdasarkan hasil checking on the spot dan analisa yang didukung
sumbang saran berbagai pihak. Peta lahan kosong, sungai, pegunungan, dan
potensi alam lainnya segera dibuat. Patron itu merupakan program jangka pendek,
menengah dan jangka panjang.
Selama
5 tahun masa jabatannya, berbagai penghargaan diperoleh atas keberhasilan
pelaksanaan program pembangunan. Di bidang keuangan dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Taput mendapat penghargaan setiap tahunnya. Di bidang pembangunan pada
1984 dan 1987, Taput juara I tingkat Provinsi untuk kontes komoditas
buah-buahan/tanaman spesifik, dan pengembangan peternakan, demikian pula dalam
upaya pengembangan pariwisata. Di bidang koperasi, juara I tingkat Provinsi
untuk Koperasi Fungsional Terbaik pada 1988. Prestasi Taput menanjak ke tingkat
nasional di bidang Kehutanan (penghijauan/reboisasi) pada 1985/1986 untuk Lomba
Hutan Rakyat, demikian halnya untuk penilaian Demplot, penghijauan swadaya, pengamanan
hutan reboisasi, dan lain-lain.
Gustav dan isteri boru Pardede saat menyambut kunjungan Mbak Tutut (putrinya Presiden Soeharto) di rumah dinas (Foto:Leonardo Simanjuntak Mdp) |
Laju
pertumbuhan ekonomi sebagai indikator kemajuan suatu daerah, tercatat mengalami
peningkatan signifikan. Pendapatan per kapita penduduk Taput pada periode
1983-1986 rata-rata meningkat 18,08 persen per tahun menurut harga berlaku.
Kondisi itu masih terjaga pada periode 1987/1988, dengan laju pertumbuhan
penduduk rata-rata per tahun 1,36 persen (rata-rata nasional 2,03 persen).
Namun keberhasilan yang
dicapai selama masa jabatannya, tidak membuat almarhum Gustav Sinaga berbangga
diri.” Bila ada setitik keberhasilan dalam lima tahun masa jabatan saya, itu
bukanlah keberhasilan saya, melainkan keberhasilan bersama. Tapi manakala ada
kelemahan dan kekurangan disana-sini, mari kita perbaiki dengan semangat dan
kondisi yang tetap siap membangun”, kata almarhum pada acara temu pisah dengan
wartawan, pertengahan Pebruari 1989.Dia mengaku wartawan itu mitra yang sangat diperlukan dalam menciptakan inovasi-inovasi. Tapi ia juga menyayangkan jika pers menyerangnya hanya dengan motif kepentingan pribadi yang tak terlayani. "Saya memetik pelajaran berharga ketika ada kritikan yang tendensius terhadap diri saya secara personal dengan alasan tak jelas," ungkapnya.
PEMIKIR YANG BRILIAN
Almarhum
Gustav Sinaga lahir di Tanah Jawa Kabupaten Simalungun tanggal 23 September 1939. Pendidikan
formalnya dimulai di SD Pematang Tanah Jawa pada 1945, melanjut ke SMP dan SMA
di Pematang Siantar. Bakatnya di sekolah pada masa itu cukup menonjol. Beliau
gemar membaca buku, koran, dan majalah, selain suka berdiskusi dengan sesama
teman sekolah mengenai berbagai topik yang sedang mengemuka. Semangatnya
melanjut ke Perguruan Tinggi berbuah manis, setelah menggondol gelar S1 dari
Universitas Gajah Mada di tahun 1960.
Setelah
masuk PNS di awal tahun 60 an, almarhum segera mendapat posisi-posisi cukup
strategis, terutama di bidang administrasi/keuangan. Pangkatnya terus melaju,
dan pada 1967 menjadi Penata Muda di Biro Keuangan, Penata Muda Tk I di tahun
1970, sebagai Penata pada tahun 1971, dan menjadi Pembina sejak 1 April 1977.
Pada usia 38 tahun, dipercayakan menjadi Pelaksana Kepala Biro Keuangan Kantor
Gubsu. Dan kepiawaiannya menangani urusan administrasi, mengantarkannya
menduduki kursi jabatan Asisten IV/Administrasi Umum Setwildasu dari tahun 1982
s/d 1984.
Di awal tahun 1984, di
saat masyarakat Tapanuli Utara ramai memperbincangkan calon-calon Bupati yang
akan menggantikan Drs Salmon Sagala, rupanya Gubernur melirik Gustav Sinaga
sebagai calon alternatif yang ideal untuk meneruskan kepemimpinan pemerintahan
di Tapanuli Utara. Semula almarhum agak berat hati, karena isteri kurang
berkenan. Tapi karena sudah ada perintah dari atasan untuk maju, akhirnya Gustav Sinaga bilang oke juga. Pada 16 Pebruari 1984, Gustav
Sinaga dilantik menjadi Bupati Tapanuli Utara sesuai Keputusan Mendagri
No.131.22-153 tanggal 2 Pebruari 1984.
Banyak
kalangan menyebut almarhum sosok birokrat yang memiliki loyalitas dan disiplin
yang tinggi. Almarhum juga disebut para pengamat sebagai sosok pemikir yang
brilian. Beberapa karya terobosan yang dibidaninya pada masa jabatannya antara
lain pembuatan patron dengan disahkannya Pola dasar Pembangunan Tapanuli Utara,
selain pembuatan Master Plan Kota Tarutung sampai tahun 2009. Walaupun master plan
itu di kemudian hari tak dilaksanakan bupati penggantinya.
“Bapak
seorang yang sangat menjunjung tinggi sumpah jabatan dan prinsip-prinsip
kedinasan”, tutur isteri almarhum, A. br Pardede mengenang. Bahkan kata boru
Pardede, begitu loyalnya pada tugas, sering terjadi keluarga ditinggalkan
berhari-hari. Satu contoh, saat salah seorang putrinya (Hestina) akan lahir,
ibu ini harus menjalani operasi. Tapi peristiwa penting itu dimana seorang
isteri mendambakan kehadiran suami, justru harus dilalui tanpa kehadirannya.
Sebab pada saat itu almarhum harus mengikuti rapat keuangan Gubernur se
Indonesia di Jakarta. Kelahiran putrinya Hestina di tahun 1971, sama sekali
tidak dilihat ayahnya.
Ibu A.
Br Pardede yang lahir tanggal 19 September 1940, mengungkapkan, banyak kesan
tak terlupakan sebagai isteri mantan Bupati. “Bapak seorang yang peduli dan
penuh perhatian terhadap gerakan-gerakan Tim PKK dan Dharma Wanita, makanya
ketika menjadi Ketua Tim Penggerak PKK di Taput saya harus bekerja maksimal
mengikuti gaya kerja beliau”. Menurut wanita lulusan SGA Negeri Pantoan
P.Siantar itu, sebagai isteri bersuamikan pejabat, ia tak pernah mau mencampuri
urusan suami. ”Saya menempatkan diri saya selaku isteri yang tak terlibat
dengan urusan suami”, kata ibu boru Pardede dengan mata berkaca-kaca.
Dari
perkawinan mereka pada tanggal 23 September 1963, mereka dikaruniai 2 anak
laki-laki dan 2 anak perempuan, masing-masing:
1. Yustina
Mariana Sinaga, Sarjana Psikologi alumnus UI, yang menikah dengan Ir Mangapul
Hutajulu MBA.
2. Ir
Henrad Ronald Sinaga, sarjana arsitektur lulusan UI, kawin dengan Ir Duma
Nababan sarjana elektro juga lulusan UI.
3. Ir
Honer Bohem Sinaga MBA,sarjana arsitektur dari UI, dan Gelar MBA disabet dari
Boston Amerika. Bekerja di Bank Boston Amerika
4. Hestina
Sinaga S.Kom,MM, sarjana computer dan management dari UI.
Priode 1984 – 1989
Drs Gustav Sinaga dilantik tanggal 16 Pebruari 1984 berdasarkan SK Mendagri
Nomor 131.22-153 tanggal 2 Pebruari 1984.Dalam awal pelaksanaan tugas, alm
Gustav mencanangkan semboyan Kondisi Siap Membangun. Alasannya, tanpa kesiapan
segenap lapisan masyarakat, roda pembangunan tidak akan berjalan baik
sebagaimana diharapkan.
Pandangan Gustav
Sinaga tentang Taput secara umum tak berbeda dengan pandangan dua Bupati
pendahulunya, MSM Sinaga dan Salmon Sagala. Membangun Taput memerlukan
pendekatan sosio cultural berlandaskan filosofi Dalihan Na Tolu, selain
manajemen ekonomi kerakyatan.
Sampai akhir Pelita
III diakui masih ada beberapa masalah pokok yang belum terselesaikan, karena
sifatnya yang klasik, jenis permasalahan yang diluar kemampuan manusia. Faktor
geografi wilayah, dimana jarak antar satu kecamatan dengan kecamatan lain, atau
antar desa, memerlukan jaringan infrastruktur yang lebih memadai. Topografi
wilayah yang tidak rata, bergelombang, dan banyaknya jurang terjal, cukup
menyulitkan pembangunan jalan dan prasarana pengairan, karena memerlukan biaya
lebih besar. Sementara itu seringnya terjadi longsor menyebabkan sebagian dana
terserap untuk rehabilitasi. Selain itu struktur ekonomi yang tak seimbang,
lebih terpusat pada sub-sektor pertanian pangan khususnya persawahan. Belum
lagi factor kesuburan tanah yang relative rendah, dan pemilikan tanah yang
rata-rata hanya berkisar 0,5 Ha per
Kepala Keluarga.
Tapi terlepas dari
permasalahan itu, Gustav mengakui Taput memendam potensi sangat besar. Tersedianya lahan pertanian begitu luas
untuk pengembangan pertanian, dengan dukungan curah hujan relative tinggi.
Tersedianya perairan Danau Toba , areal persawahan, sungai, rawa, untuk
pengembangan perikanan. Taput juga potensial berbagai bahan galian tambang yang
belum berhasil memberi kontribusi kepada masyarakat dan daerah ini. “Potensi
besar inilah tantangan besar yang hendak kita jawab, dan kita harus berupaya pada kunjungan kerjanya di Pahae Julu, 1984.
Dari sudut pandang
itu, persoalan yang mengusik adalah, bagaimana agar potensi itu tidak tertidur
selamanya. Gustav memberi jawaban: Perlunya investasi yang lebih besar. Lalu
bagaimana menciptakan modal itu, dijawabnya: selain sentuhan modal formal dari
pemerintah, diperlukan kontribusi modal swasta. Dalam konteks itulah, Gustav
menilai, kesiapan masyarakat untuk membangun juga sangat krusial. Tanpa adanya
kondisi kesiapan masyarakat, investasi akan sulit didatangkan ke Taput.
Dalam program formal,
Gustav Sinaga mencanangkan Program 4 Upaya, berakar pada Pola Dasar Pembangunan
Tapanuli Utara, dan berpedoman pada GBHN yang ditetapkan melalui Tap MPR
No.II/MPR/1983, serta Pola Dasar Repelita IV Provinsi Sum. Utara.
Sesuai feasibility
study pengembangan Taput 5 tahun ke depan, Program tersebut mencakup: Upaya
pemanfaatan lahan kering, peningkatan industri, pengembangan pariwisata, serta
peningkatan etos gotongroyong. Tujuan pembangunan Kabupaten Taput selama
Repelita IV dirumuskan untuk mendongkrak produksi pertanian, meningkatkan peran
menciptakan komoditi bernilai ekspor non migas, mewujudkan Taput sebagai destination
area (tujuan wisata) berkelas. Sedangkan perioritas pembangunan secara
global fokus pada peningkatan ekonomi daerah.
Kurun waktu Pelita
IV, peningkatan produksi berhasil dicapai cukup signifikan, khususnya pada sub
sektor tanaman pangan. Hasil padi sawah meningkat rata-rata 5,29 persen setiap
tahunnya, demikian pula padi gogo meningkat 36,47 persen per tahun. Produksi
beras pada 1984 surplus sebanyak 38,433 ton, tahun 1985 surplus 52 ton, tahun
1986 surplus 53 ton, tahun 1987 sebanyak 73 ton dan surplus meningkat lagi
menjadi 80.465 ton tahun 1988. Peningkatan juga terjadi pada produksi palawija
dan hortikultura. Sama halnya pada sub-sektor peternakan dan perikanan.
Produksi perikanan rata-rata 10,35 persen per tahun dengan keadaan 1.328 ton
tahun 1984 menjadi 1.968,86 ton tahun 1988.
Pelaksanaan Program
Inpres kurun waktu Pelita IV secara garis besar digambarkan sebagai berikut:
Inpres
Dati II dialokasikan sebesar Rp.4.841.191.000 untuk pembangunan 114 proyek
jalan/jembatan. Alokasi dana ini meningkat 13 persen per tahun. Inpres
Penunjang Jalan Kabupaten (IPJK) tercatat sebanyak Rp 5.642.445.000, diarahkan
membangun 51 proyek infrastruktur jalan. Alokasi dana IPJK meningkat 288 persen
tahun 1988/1989, dan dengan dana tersebut ring-road Pulau Samosir dapat
diperbaiki. Pada Inpres Sekolah Dasar diarahkan untuk memperluas kesempatan belajar
pada anak usia sekolah, serta merehablitasi prasarana dan sarana pendidikan di
berbagai kecamatan. Selama Pelita IV, Taput memperoleh dana Inpres SD sebesar
Rp.14.905.924.900, digunakan membangun gedung SD baru 42 unit, pertambahan
ruang kelas 133 unit, rumah dinas 1.840
unit, rehabilitasi 615 unit, dan perbaikan gedung yang rusak akibat bencana
alam 94 unit.
Program Inpres
Kesehatan pada Pelita IV dialokasikan dana sebesar Rp 676.839.625 membangun 797
unit sarana, antara lain pembangunan Puskesmas, Pustu, rumah dokter/paramedic,
pengadaan Puskesmas Keliling, pengadaan obat-obatan. Sedang untuk rehabilitasi
lingkungan melalui penghijauan, Taput selama Pelita IV mendapat kucuran dana
Rp.2.905.232.285. Dengan program penghijauan tersebut, seluas 7.740 Ha tanah
kritis berhasil direhabilitasi. Untuk Inpres Pasar dan Pertokoan, Taput
memperoleh bantuan kredit pasar Rp.165.443.000 tahun 1987/1988 untuk membangun
balairung, di beberapa kecamatan yakni Lintongnihuta, Parsoburan, Sarulla dan
Sipahutar. Bantuan kredit pertokoan tahun 1984/1985 Rp 2.289.387.000 untuk
pembangunan pasar pertokoan Tarutung, terdiri dari 728 kios dan 764 petak
penjualan. Tapi bangunan pertokoan itu rusak berat akibat bencana gempa
tektonik tanggal 26 April 1987, sampai akhirnya seluruh bangunan dibongkar dan
lokasinya diindahkan ke Panganan Lombu.
Bantuan pembangunan Desa
sejak 1984/1985 sampai 1988/1989 juga cukup besar, Rp.6.136.235.000
dialokasikan
membangun 6.603 proyek. Jumlah Desa Swasembada pada akhir Pelita III
tercatat 130 desa, meningkat pada Pelita IV menjadi 402 desa.
Terobosan dalam
peningkatan ekspor non migas juga mengalami peningkatan, dengan menggenjot
produksi pada sub-sektor perkebunan. Misalnya kopi, pada akhir Pelita III
tercatat sebanyak 3.165.70 ton, meningkat menjadi 3.504 ton (1987/1988).
Menurut Gustav
Sinaga, pada sector infrastruktur jalan, sampai akhir Pelita IV ditargetkan
sepanjang 191,250 km jalan Negara, ditingkatkan menjadi hot mix dan 332,100 km
jalan provinsi kondisinya sudah memadai. Target pembangunan jalan kabupaten
selama Repelita IV, yang kondisinya akhir 1983 sepanjang 480,661 Km beraspal
meningkat menjadi 658,362 Km akhir 1988, jalan onderlag dari 156,359 km menjadi
177.701 km, jalan tanah dari 1.105,700 km menjadi 1.136.657 km, jembatan kayu 120
buah diciutkan menjadi 78 buah, jembatan besi dari 31 buah menjadi 43 buah, dan
jembatan beton dari 113 menjadi 173 buah. Jumlah investasi yang dialokasikan
untuk pembangunan pada Pelita IV mencapai Rp 67,5 miliar, berusmber dari APBN,
APBD Tingkat I, dan APBD Tingkat II.
Pada periode Gustav Sinaga, berbagai investasi
berskala besar mulai mengucur menambah geliat kemajuan Taput. PIR Nenas di
Lumbanjulu dimulai pada 1985 dengan kebun inti 200 ha.PIR Teh PT Perkebunan
VIII di Habinsaran juga dimulai sejak 1985, pabrik pulp dan rayon PT Inti Indo
Rayon Utama di areal seluas 200 ha dimulai tahun 1986, dengan kucuran investasi
awal Rp 325 miliar untuk pulp dan Rp 176 miliar untuk pabrik rayon. Berikutnya
pengolahan kaolin oleh PT Rismaduma di Parmonangan tahun 1987, penyulingan
minyak sereh wangi tahun 1987, PIR Tambang PT Gunung Mikindo di Pangaribuan
tahun 1987 untuk penambangan mika, feldsfar, grafit di areal 50 ha. Usaha
perkebunan palawija oleh PT Pesona di Lintongnihuta yang sasarannya 85 ha untuk
pengolahan palawija dan kopi Arabica. Berbagai penelitian dalam rangka
investasi juga dilakukan, seperti penelitian PT Maduma Mining Industry dalam
pengolahan batu kapur, penelitian emas oleh PT Muara Tara di Dolok Pinapan dan
di Porsea, PIR ternak di Lintongnihuta, PIR teh di Sileang, PIR coklat di
Pahae, dan lain-lain.
Pertumbuhan
Ekonomi
Pada Repelita IV
pertumbuhan ekonomi Taput ditargetkan sebesar 8 persen per tahun. Target ini
diyakini Gustav Sinaga bisa tercapai apabila potensi-potensi yang ada berhasil
“dijual” kepada pemilik modal.
Menurut perhitungan
yang dibuat Kantor Statistik Provinsi Sumatera Utara dalam buku” Sumatera Utara
Dalam Angka Tahun 1986”, pertumbuhan ekonomi Taput periode 1983 – 1986, secara
garis besar diuraikan sebagai berikut:
Tahun 1983 Rp.170.214
(harga berlaku), dan Rp 170.214,64 (harga konstan), sedang pada tahun 1986 Rp
286.695,54 (harga berlaku) dan Rp 196.182,24 (harga konstan).
Peningkatan
pendapatan perkapita Taput diperkirakan rata-rata meningkat 10 persen setiap
tahun. Dalam buku yang sama edisi 1987, pendapatan perkapita penduduk Taput
periode 1983-1986, bervariasi sebagai berikut:
Tahun 1983
Rp.243.930,41 (harga berlaku), dan Rp 243.930,41 (harga konstan), tahun 1984 Rp
290.519,02 (harga berlaku) dan Rp 261.852,71 (harga konstan), tahun 1985 Rp
340.148,39 (harga berlaku), dan Rp 264.051,40 (harga konstan), tahun 1986 Rp
401.647,21 (harga berlaku) dan Rp 274.824,69 (harga konstan). Berdasarkan harga
berlaku pendapatan perkapita mengalami kenaikan rata-rata 18,08 persen setiap
tahun, dan menurut harga kosntan 1983 peningkatan perkapita meningkat 4,08
persen ( Sumut 3,68 persen).
Pada periode Gustav
Sinaga juga terlaksana OKT Maduma berdasarkan SK Presiden Nomor: 065/B/1986, SK
Gubsu No: 520/2625/K/1986 dan SK Bupati Taput No: 274 tahun 1986.
Biodata
Nama : Gustav Sinaga
Tempat/tanggal lahir :
Tanah Jawa, 23 Sept 1939
Pendidikan : SD Tanah Jawa (1945)
: SMP di Pematang Siantar
: SMA di Pematang Siantar
: S1 (Drs) dari UGM 1960
Karier/Jabatan : * Pelaksana Kepala Biro
Keuangan Kantor Gubsu
*Asisten
IV Administrasi Ktr Gubsu (1982- 1984)
* Bupati Tapanuli Utara (1984-
1989)
* Asisten II Keuangan
Setwildasu (2000-2001)
Isteri : A.
Br Pardede
Tempat/tanggal lahir
: P.Siantar,19 Sept 1940
Anak-Anak : 1. Yustina Mariana Sinaga
2. Ir Henrad Ronald Sinaga
3.
Ir Honer Bohem Sinaga
4. Hestina Sinaga,
S.Kom,MM
(Penulis:Leonardo Simanjuntak,Mdp)
Langganan:
Postingan (Atom)