Seekor trenggiling asal Parsoburan, Tobasa,Sumut (Foto: Leonardo TS) |
Trenggiling binatang punya kelebihan? Ayo kita simak catatan ini. Kalau yang saya dengar ini benar, harga trenggiling pasti haruslah jauh lebih mahal dari harga yang berlaku sekarang. Tapi, saya tak tahu persis apakah yang saya dengar ini menjadi factor penyebab, mengapa binatang berlidah panjang dan pemangsa semut ini dikategorikan pemerintah (aparat berwajib) termasuk binatang yang dilindungi. Kalau sudah disebut dilindungi dalam konteks peraturan pemerintah, berarti trenggiling tak boleh sembarangan diburu dan diperdagangkan.
Ada apa
rupanya yang saya dengar terkait binatang berkulit berlapis ini. Sejak
masih remaja, saya sudah kerap mendengar kalau trenggiling itu memendam
elemen tertentu yang jika bisa dikelola dengan benar, maka yang berjodoh
mendapatkannya bakalan memiliki “kesaktian” (saya taruh tanda petik
karena saya juga belum pernah lihat buktinya). Rupanya, menurut yang
empunya cerita, bukan cuma kulitnya yang keras penyebab trenggiling
punya nilai jual tinggi karena bisa dijadikan bahan membuat tas
berkelas. Konon, pernah saya baca di surat kabar, mantan presiden
Filipina Corazon Aquino paling suka mengoleksi tas yang terbuat dari
kulit trenggiling. Begitu juga Imelda Marcos yang terkenal dengan
koleksi sepatu dan tas yang jumlahnya ratusan.Selain kulitnya, trenggiling paling dicari (most wanted), karena nilai lidah dan kukunya. Konon, kuku trenggiling juga dijadikan bahan penting untuk sejenis narkoba (?). Wah, ini juga memerlukan pembuktian.
Kembali
ke laptop. Jadi, selain kulitnya dan kuku, apanya trenggiling lagi yang dianggap
bernilai tinggi? Bagi kebanyakan orang termasuk kalangan orang Batak, LIDAH trenggiling
adalah bagian vital yang membuatnya sering diburu sejak zaman
dahulu kala. Kakek nenek saya juga pernah bilang begitu. Katanya lidah
trenggiling itu berkhasiat dijadikan pelaris usaha khususnya dagang.
Tapi ada juga yang bilang lidah trenggiling juga berkhasiat dibuat
sebagai pemikat sukma, khusus membuat perempuan tergila-gila pada
seorang pria. Ah yang benar, kata hati saya waktu itu. Lantas, bagaimana
caranya? Ini yang bikin repot.
Hotman
Silitonga rekan satu kota dengan saya, yakin seratus persen tentang
khasiat itu. Caranya, saat seekor trenggiling tertangkap, lidahnya
dipotong mulai dari pangkal saat masih hidup. Tapi cara memotong tak
boleh separuh, harus mulai dari pangkal. Trenggilingnya jangan dimatikan
dulu kalau memang ada tujuan mau mengambil lidahnya. Setelah lidah
dipotong dari pangkal, lalu dijemur dengan panas matahari, untuk
mengeringkan bekas liurnya. Setelah itu, masih kata Hotman, lidah
trenggiling itu direndam dengan air keras untuk pengawetan. Tapi
hati-hati, lidah itu jangan sampai rusak, koyak, atau patah. Kalau lidah
itu sudah ada cacatnya, sama dengan tak ada gunanya lagi.
Dengan
mimik serius, Hotman yang pernah saya ceritakan seorang
pemburu burung terkukur/perkutut, menceritakan pengalamannya mendapatkan
seekor trenggiling besar yang kesasar di ladang sayurnya di Dusun
Panaharan, Desa Parbaju, Kecamatan Tarutung, Sumatera Utara. Setelah
ditangkap bersama warga dusun lainnya, Hotman mengambil pisau tajam
untuk memotong lidah binatang malang itu. Dua orang memegang mulut
trenggiling memaksanya ternganga,agar bisa mengambil lidahnya. Tapi
mungkin karena pisaunya terlalu tajam, lidah itu kena sayat pada bagian
tengah, gagal memotong sampai ke pangkal.” Sial, saya betul-betul sial
waktu itu,” kata Hotman mengenang. Menurut dia, lidah trenggiling
berkhasiat dijadikan pelaris usaha dagang. Tapi memanfaatkan lidah itu
tidaklah mudah. Harus dibawa ke “orang pintar” untuk dimanterai, atau
dibuatkan jampi-jampinya dulu, sebelum siap dipakai. Cara pakai tak
rumit, cukup dimasukkan ke dompet, laci, atau tempat uang lainnya di
tempat berjualan.
Hotman
mengajukan argumen yang dianggapnya logis. Trenggiling itu saat mencari
nafkah selalu menjulurkan lidahnya sepanjang mungkin, dan mungkin di
lidah trenggiling mengandung suatu zat pemanis yang mengundang semut
berebutan datang mencicipinya. Setelah semut berkumpul banyak, barulah
trenggiling menarik lidahnya dan menikmati ratusan atau ribuan semut
yang sudah terperangkap di sana. Kakek saya dulu bercerita, kata Hotman,
zaman dulu banyak orang pintar (dukun) tahu memberi resep khusus untuk
memberdayakan lidah trenggiling sesuai peruntukannya. Tapi entahlah
sekarang apa masih ada orang pintar seperti dulu yang bisa meramu lidah
trenggiling, imbuh Hotman sedikit berkelit.
Terlepas
dari kisah seputar lidah trenggiling yang boleh dipercaya boleh tidak
itu, petugas Polres di kampung saya (Tapanuli Bagian Utara) beberapa
waktu lalu pernah menangkap 9 ekor trenggiling dari seseorang yang akan
membawanya ke Riau. Pria itu tak berkutik saat di terminal sudah siap
memasukkan terenggiling itu ke dalam peti khusus, ketika petugas datang
dan menyita binatang itu. Petugas mengatakan trenggiling termasuk
binatang yang dilindungi. Ke 9 trenggiling itu pun dibawa ke kantor
polisi Tarutung, menunggu proses selanjutnya. Tapi sayang, trenggiling
yang tertangkap itu tak lama bisa hidup, walau sudah diusahakan dengan
berbagai cara.
Meski
trenggiling dinyatakan binatang yang dilindungi, banyak warga yang
melakukan perburuan trenggiling ke hutan-hutan pedalaman. Saya pernah
melihat dua ekor trenggiling ditemukan warga pemburu di kawasan
Parsoburan Kabupaten Tobasa berbatasan dengan kabupaten Labuhan Batu.
“Apa tak takut nanti ditangkap polisi,” tanya saya pada mereka. Salah
seorang menjawab,” Ya, kalau tak pintar-pintar bawanya, tertangkap
jugalah.” Tapi ketika saya singgung soal lidah trenggiling itu, mereka tak begitu tertarik.” Memang banyak orang kita bilang begitu,
lidah trenggiling berkhasiat untuk pelaris usaha atau mengundang rejeki
ke dompet. Tapi bagaimana caranya kami tak tahu. Ya pokoknya ada yang
cari trenggiling ke kami ya kami jual saja. Mau dibuat apapun itu mana
kita tahu,”imbuhnya. Ketika saya memotret trenggiling yang ditemukannya
itu, mulanya dia keberatan,tapi akhirnya bersedia juga, dengan syarat
jangan sampai foto itu membawa celaka pada mereka (lihat foto).
Itulah
sedikit cerita tentang trenggiling. Apa benar lidah trenggiling itu
mengandung elemen kesaktian tertentu, saya juga mana tahu. Tapi hampir
setiap orang di daerah kami, membenarkan hal itu.Sampai sekarang anggapan itu masih ada. (Leonardo Tolstoy Simanjuntak/Ekspresiana/Lihat juga: Kompasiana/Kompas.Com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar