Ibu Beru Ginting asyik menyortir buah jeruk yang diborongnya di Pagarbatu, Kecamatan Sipoholon = |
Dan waktu terus berjalan. Diperkirakan sejak tahun 2000, mulai ada satu dua orang warga Pagarbatu dan Sisordak Kecamatan Parmonangan, Tapanuli Utara, mencoba-coba menerapkan pertanaman jeruk madu seperti yang di Tanah Karo. Awalnya pesimis, jeruk tak cocok dengan kontur tanah seperti di Karo. Ternyata percobaan itu berhasil. Bibit jeruk yang dibeli dari Karo, tumbuh sangat baik di Tapanuli Utara. Dalam tempo sepuluh tahun minat bertani jeruk mulai menjalar di antara sesama warga. Tak hanya di kawasan Sipoholon dan Parmonangan, warga di seputaran Tarutung pun seperti kawasan Huta Namora, Lobu Hole, Siarangarang, mulai bergerak bertanam jeruk madu. Hasilnya ternyata bagus. Hal itu memupus anggapan selama ini bahwa jeruk hanya tumbuh bagus di Tanah Karo.
Faktanya sekarang, diperkirakan sudah ribuan hektar lahan non produktif di Tapanuli Utara, disunglap menjadi kebun jeruk. Hampir setiap tahun petani jeruk bertambah. Tak hanya petani biasa di desa, bahkan pejabat, mantan bupati, sekda, pendeta, pensiunan PNS, kini sudah banyak yang terjun membuka perkebunan jeruk selain kopi sebagai pendamping. Lahan non produktif pun makin dilirik peminat untuk dibeli atau dikontrak. Produksi jeruk Pagarbatu dan Sisordak pun makin terkenal di pasaran, bukan lagi produksi Tanah Karo. Bahkan jeruk produksi Taput sudah go national.
Nah, perkembangan terbaru seputar jeruk ini, tak diduga ternyata toke-toke penampung jeruk dari Tanah Karo pun sejak dua tahun terakhir sudah masuk ke Taput. Toke-toke jeruk dari Karo itu membeli jeruk dengan sistem borongan langsung dari pohonnya. Artinya mereka nego dengan pemilik kebun saat jeruknya siap petik, dengan menafsir berapa semua buah yang siap panen itu dibeli keseluruhan. Seperti halnya jeruk milik Hutabarat di pinggir jalan Pagarbatu baru-baru ini, diborong toke jeruk dari Karo ibu Beru Ginting seharga Rp 65 juta untuk sekitar 500 batang jeruk yang siap petik. Begitu juga jeruk marga Purba dan Simanjuntak di Sisordak, diborong sesuai banyak buah dan bagusnya kualitas. Demikian halnya dari desa lain toke-toke Tanah Karo sudah berdatangan membeli jeruk asal Taput.
Saat ibu boru Ginting bersuamikan Tarigan itu ditanya SARINGAR.Net, kenapa orang Karo sekarang memborong jeruk dari Tapanuli Utara, ia jawab sejujurnya bahwa tanaman jeruk di Karo umumnya sudah uzur,maklum sudah lama memproduksi. Banyak yang sedang proses peremajaan. Sementara jeruk di Taput sedang mekar-mekarnya. Selain itu ada juga faktor bencana letusan Gunung Sinabung, banyak tanaman jeruk yang rusak akibat lahar muntahan Sinabung.
Hal itu juga diakui Jacob Tarigan, seorang yang dianggap "pakar" jeruk yang belakangan ikut berkebun jeruk di seputaran Huta Namora, bahkan sudah didaulat para pejabat semacam konsultan perjerukan di daerah itu." Memang jeruk Taput tidak kalah dari jeruk di kampung kami Tanah Karo. Sentra jeruk sekarang sudah mulai bergeser ke Tapanuli Utara sini. Itu fakta yang tak boleh dipungkiri," kata Jacob saat berbincang dengan SARINGAR.Net di Tarutung baru-baru ini. (Leonardo TSS)
Seorang petani jeruk sedang memetik jeruk di ladangnya di Desa Sisordak Kecamatan Parmonangan. Jeruk miliknya juga pernah diborong toke dari Karo. (Leonardo TSS) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar