|
Drs Parlagutan Simanjuntak = |
|
Parlagutan Simanjuntak dan isteri Sondang boru Lumban
tobing.(Foto: repro Leonardo TSS)= |
|
Rudy Aryanto anak bungsu Parlagutan dan menantunya
Reny Susanty br Siregar bersama cucu-cucu yang tak
sempat dilihat almarhum. Foto jepretan Leonardo TS
Simanjuntak saat wawancara khusus. |
BATAKINDONEWS.COM -
Di kantor Gubernur Sumatera Utara, sosok
Parlagutan Simanjuntak (alm) dikategorikan sebagai sosok intelektual yang
visioner. Masih muda belia, visinya sudah mengglobal. Almarhum bahkan sudah
pernah memprediksi semasa hidupnya, satu saat pemerintahan di Indonesia akan
menganut sistem otonomi daerah dengan porsi kemandirian yang lebih besar.
Parlagutan Simanjuntak
(Hutabulu 14), ditunjuk oleh Mendagri menjadi Pejabat Sementara Bupati KDH Tk
II Tapanuli Utara terhitung 9 Nopember 1966, sesuai Keputusan No.UP.14/9/9, menggantikan
Elam Sibuea yang mengundurkan diri karena sakit. Tapi tugas pengabdiannya
membenahi Tapanuli Utara yang begitu luas saat itu, tak berlangsung lama
setelah Parlagutan meninggal dunia secara mengejutkan pada 27 Nopember 1967,
hanya setahun lebih setelah memangku jabatannya. Masyarakat Tapanuli Utara
ketika itu gempar setelah tersiar berita bahwa Bupati Drs Parlagutan
Simanjuntak meninggal dunia di pagi hari. Penulis artikel ini (Leonardo
Simanjuntak MDP) saat itu masih kecil tapi masih ingat ketika masyarakat
Tarutung terlihat panik berlarian ke arah rumah dinas bupati di kawasan tangsi
kota itu.
Pria kelahiran
Sidikalang 27 April 1933 ini, satu angkatan dengan sejumlah senioren birokrat
di kantor Gubsu, di antaranya Drs Salmon Sagala, Drs Syurkani (mantan Walikota
Medan), Syarifuddin Harahap SH, dan Lukas Hutabarat. Mereka adalah jebolan
Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Untuk menginvestigasi
biografi almarhum Parlagutan Simanjuntak, penulis selama dua hari menelusuri
keberadaan putra-putri almarhum di kota Medan setelah sebelumnya mencari info
di Tarutung dan Balige. Jerih payah itu akhirnya tak terasa setelah berhasil
menemukan Rudy Aryanto Simanjuntak S.Sos, putra bungsu almarhum di kompleks ex
APDN Medan.
Masih terasa nada
getar memelas saat Rudy mengungkap sekilas perihal ayahandanya tercinta, yang
sesungguhnya tidak sempat dikenalnya secara dekat karena ketika ayahnya
meninggal, justru Rudy masih dalam kandungan ibunya Sondang br Lumbantobing
(alm). Saya masih dalam kandungan ibu ketika bapak meninggal , katanya sambil
menatap foto lukisan ayahnya yang tergantung di dinding ruang tamu. Rudy
Aryanto Simanjuntak saat ini bertugas di Kantor Sekwan DPRD Sumut.
Meski tak sempat
mengenal langsung ayahnya, Rudy banyak mengetahui tentang ayahnya dari cerita
ibunya. Ibu selalu cerita tentang kecerdasan bapak dan semangat belajarnya yang
tinggi. Kami diharapkan bisa mengikuti jejak bapak , tutur pria berpenampilan
apa adanya yang menikahi Reny Susanti boru Siregar SE. Dia juga mendengar
cerita bahwa bapaknya almarhum adalah salah satu putra Batak yang pertama
sekali mengenyam pendidikan formal di Amerika. Beliau dipercayakan Menteri
Pertama RI pada tahun 1961 tugas belajar di Wayne State University Detroit ,
Michigan , USA . Mata kuliah yang diperdalam ketika itu adalah Public and Local
Government Administration. Suatu kepercayaan luar biasa dimana pada waktu itu
banyak birokrat yang menginginkan kesempatan serupa, tapi kurang beruntung
terpilih.
Di TAMAN BAHAGIA
Parlagutan Simanjuntak
memang berasal dari keluarga intelektual. Almarhum adalah anak sulung dari tiga
bersaudara buah perkawinan ayahnya guru Renatus Simanjuntak/ibu boru Panggabean
yang berasal dari Pansurnapitu/ Sakkaran Tarutung. Dua saudaranya adalah Dr
Todotua Simanjuntak dan Ir Horas Simanjuntak (keduanya juga sudah almarhum).
Parlagutan tamat SMA-B
di Medan tahun 1952, kemudian mengikuti KDC di Medan pada 1953, selanjutnya
masuk Fakultas Sosial dan Politik di Universitas Gajah Mada (1954-1959).
Setelah menyelesaikan tugas belajar pada KDC, Parlagutan memulai karir
kepamongan di Kantor Gubernur Sumut tahun 1953, dan dari sana menjadi mantra di
Kantor Bupati Deli Serdang. Pada tahun 1954 sampai 1957, mengikuti tugas
belajar jurusan pemerintahan pada Fakultas Sospol UGM Yogyakarta , dan barulah
pada 1956 menerima pengangkatan menjadi PNS dalam kedinasan tetap. Berikutnya
sebagai pegawai Praja Tk I (DD2/III) diperbantukan pada Kantor Penyelenggaraan
Pendidikan Mahasiswa Kementerian Dalam Negeri dari 1957 sampai 1959. Sejak 1
September 1959 sebagai ahli praja pada Kantor Gubernur Sumut di Medan, disusul
menjadi Ahli Praja Kantor Residen Sumatera Timur sampai tahun 1960.
Pada September 1961,
Parlagutan dipercayakan mengikuti tugas belajar di Wayne State University Detroit,
Michigan, Amerika setelah melalui tes seleksi yang cukup ketat. Sepulang dari
Amerika, Parlagutan diangkat menjadi pejabat sementara Direktur Kursus Dinas
bagian “C (KDC) di Medan pada tahun 1963.
Karir kepamongannya
terus berkibar ketika Gubernur Sumut (waktu itu dijabat PR Telaumbanua)
mengangkat Parlagutan sebagai Pejabat Bupati KDH Dairi dari tanggal 5 Nopember
1965 sampai 31 Maret 1966. Tugasnya membenahi pemerintahan di Kabupaten Dairi
yang notabene baru manjae (dimekarkan dari Taput tahun 1964) sangat berhasil.
Boleh dikata Parlagutan lah ahli pemerintahan yang telah meletakkan dasar-dasar
pengembangan daerah itu sebagai daerah yang sudah mandiri.Dari Dairi, terhitung
1 April 1966 Parlagutan ditugaskan menjadi Ahli Praja Tk I pada Kantor Bupati
Tapanuli Utara di Tarutung sampai tanggal 31 Agustus 1966. Dan terhitung 9
Nopember 1966, Parlagutan ditunjuk oleh Mendagri menjadi Pejabat Bupati KDH
Tapanuli Utara. Pengangkatannya menjadi pejabat bupati menurut berbagai sumber
sesungguhnya merupakan green light dari pusat, bahwa Parlagutan sudah dapat
restu dari Depdagri untuk diajukan menjadi calon bupati definitif. Tetapi
jalannya roda sejarah terkadang bisa melenceng. Manusia hanya bisa
merencanakan, Tuhan juga yang menentukan.
Pada tanggal 27 Nopember
1967, Parlagutan Simanjuntak meninggal dunia secara mendadak dalam usia yang
sangat muda (34 tahun), meninggalkan isteri Sondang boru Lumbantobing (saat itu
bekerja pada Biro Pemerintahan Umum Kantor Gubsu), serta tiga orang anak yang
masih kecil, yakni Hotma Yunita Simanjuntak,Carolina Sanggul Simanjuntak
(putri) dan Ivan Doli Simanjuntak (putra). Sedangkan si bungsu Rudy Aryanto
Simanjuntak waktu musibah itu masih berada dalam kandungan sang ibu.
Meninggalnya
Parlagutan Simanjuntak menimbulkan keprihatinan mendalam bagi segenap keluarga,
pemerintah dan masyarakat. Kota
Tarutung gempar pagi hari mendengar berita mengejutkan itu. “Bupati meninggal
dunia,bupati meninggal,” terdengar teriakan beberapa warga yang mendengar kabar
awal tentang berita duka itu. Banyak warga Tarutung
sekitarnya ketika itu menangis setelah mengetahui sang bupati yang brilian ini
meninggal dunia dalam usia begitu muda, dan di saat daerah Tapanuli Utara masih
membutuhkan buah pikirannya untuk membangun Tano Batak yang permai. Masyaraat di seputaran Jalan Sisingamangaraja
bergegas bergerombol-gerombol menuju kawasan tangsi tempat kediaman bupati.
Ragam komentar, dugaan, analisis, mengemuka saat itu.
Jenazah almarhum mendapat kehormatan
dimakamkan di Taman Bahagia jalan Sisingamangaraja Medan, tak jauh dari Taman
Makam Pahlawan. Beliau dikategorikan wafat saat menjalankan tugas, selain mengingat
jasa-jasanya selaku ex anggota Tentera Pelajar.
Bapak sudah pergi,
tapi beliau meninggalkan jejak dan nama harum bagi kami anak-anaknya, karena
semua anak-anaknya tidak sampai terlantar, bisa menyambung hidup secara wajar ,
kata si bungsu Rudy Aryanto berkilas
balik tentang meninggalnya sang ayah. Rudy hanya tahu bahwa ayahnya orang
pintar dan kesayangan gubernur. Tapi kisah tentang sang papa Rudy tahu dari
bundanya, Sondang br Lumbantobing yang berasal dari Saitnihuta, Tarutung.
Ke empat putra-putri
almarhum meneruskan jejak sang ayah meraih gelar sarjana berbeda jurusan di
bawah pengasuhan sang ibu Sondang boru Lumbantobing (berasal dari Desa
Saitnihuta Tarutung), sebelum sang ibu tercinta juga meninggal dunia tahun 2002
akibat digerogoti penyakit gula kronis. Anak paling sulung Hotma Yunita
Simanjuntak SE menikah dengan Yulius Bonar Siagian yang bekerja di PTPN IV,
anak kedua (juga putri) Carolina Sanggul Simanjuntak SH menikah dengan Benny
Hutagalung staf pada Dinas Kehutanan Sumut, anak ketiga (putra) Ivan Doli
Simanjuntak yang bekerja pada Bapedalda Sumut menikah dengan Devi Naiborhu SH,
dan Rudy Aryanto si bungsu beristerikan Reny Susanty br Siregar SE. Almarhum
Parlagutan sudah memiliki beberapa orang cucu.
Masih mengenang
penuturan ibunya semasa hidup, Rudy Aryanto menyebut bahwa ayahnya dipersiapkan
menjadi Bupati Tapanuli Utara atas saran dari Jenderal Maraden Panggabean (alm)
dan didukung sepenuhnya oleh Gubernur Sumut. Karena pada masa itu merupakan
peralihan dari masa orde lama ke orde baru, dipandang perlu menempatkan seorang
figur berlatar keahlian pemerintahan untuk memulihkan situasi kondisi
pemerintahan di Taput." Bapak punya konsep yang sangat bagus untuk membangun
kampung
halamannya sesuai ilmu yang diperdalamnya di luar negeri, ibu banyak bercerita tentang berbagai buah pikiran bapak ", tutur Rudy Aryanto.
Drs Parlagutan
Simanjuntak putra Silindung yang brilian itu sudah pergi menghadap Tuhannya.
Meski tak sempat memangku tugas menjadi bupati definitive, namanya ikut
tercatat dalam sejarah pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara. Sejumlah gagasan
dan karya buah pikirannya mungkin masih membekas di daerah ini, walau pun sudah
agak samar oleh perubahan-perubahan zaman yang bergerak sangat cepat.
BIODATA
Nama
: Drs Parlagutan Simanjuntak (Hutabulu 14)
Lahir : 27 April 1933 di Sidikalang
Pendidikan :- SMA-B di Medan (1952) – KDC di Medan
(1953) – Fakultas Sospol UGM 1954-1959)– Pendidikan khusus di Detroit USA
Karier : Dosen USU Medan (1960-1961) KDC di medan
(1963-1964) Dosen APDN Medan (1964-1966) Dosen Univ. Dharma Agung (1960-1966) Dosen Univ.17
Agustus Medan (1964-1965) Dosen IKIP Medan (1964-1966)
Organisasi : Sekretaris Umum GMKI Yogya
(1956-1957),
Ketua GAMKI Sumut (1963-1966),Ketua Umum Ikatan Pamongpraja Indonesia (1964) Ketua Ikatan
Sarjana Karyawan Indonesia (1967)
Nama Isteri : Sondang Lumbantobing -Profesi : PNS pada Biro
Pemerintahan Umum Ktr Gubsu (meninggal pada 2002)
(Profil almarhum Parlagutan Simanjuntak sudah dibukukan dalam Buku Profil Pemimpin Pemerintahan di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2008, penulis/editor Leonardo TS Simanjuntak )