Minggu, 10 Mei 2015

Fosil Kacang Tanah Juga Ada di Tarutung

Kacang tanah membatu (google)


  Di dunia ini banyak hal unik yang bisa disimak sebagai bagian dari fenomena alam yang terjadi secara alami. Seperti halnya batu-batuan terjadi melalui proses alami berasal dari penyatuan butiran pasir atau tanah maupun akibat terjadinya erupsi gunung berapi, maka demikian halnya tumbuhan/tanaman. Melalui proses alami yang memerlukan kajian ilmiah yang mendalam, tanam-tanaman atau tumbuhan juga bisa mengeras seperti batu atau bahkan kerasnya melebihi batu, yang kemudian secara ilmiah dinamakan fosil. Di antaranya yang pernah ditemukan, fosil biji nangka dan fosil kacang tanah. Yang disebut terakhir ini bisa ditemukan dalam tayangan di internet (google) seperti dikutip dalam artikel di bawah ini. Sementara itu seorang ibu bernama M br Hutabarat (Op Enjoy) yang berdomisili di Desa Hutabarat Parbaju, Tarutung, juga ada menyimpan/memiliki sebiji kacang tanah yang kerasnya melebihi kerasnya batu akik. Bentuknya tak beda dengan kacang tanah pada umumnya (lihat gambar liputan SARINGAR.Net). Kacang membatu itu ditemukan secara kebetulan dari kebun ladangnya beberapa waktu lalu, saat itu si ibu sedang mencangkuli tanah untuk bertanam jagung dan kacang. Saat mencangkuli itu terasa cangkul mengena pada benda keras, kemudian si ibu memungutnya, ternyata sebiji kacang tanah. Tapi ketika diperhatikan, si ibu heran karena kacang tersebut keras bukan main, tak bisa dikupas bahkan dipatahkan. Akhirnya kacang membatu itupun disimpan. Fosil kacang tanah seperti itu meskipun bisa ditemukan di beberapa tempat di dunia, tapi tergolong langka. Ibu pemilik fosil kacang tanah itu mengatakan, banyak orang percaya fosil kacang tanah itu memiliki khasiat secara supranatural, tapi harus ditanyakan pada orang "pintar". Salah satunya, konon bisa menjadi penglaris usaha bisnis pertanian atau usaha di bidang pertanian. "Benar tidaknya saya kurang tahu, tapi fosil ini sudah saya simpan bertahun-tahun, merasa sayang kalau hilang," ujar ibu itu.
 Kira-kira bagaimana deskripsi tentang fosil kacang tanah seperti dikutip dari penuturan Bpk Muhammad Almadani dari Majelis Mawar Qodiriyah Pusat Ilmu Spritual, di bawah ini:
Fosil kacang yang ini milik ibu boru Hutabarat (SARINGAR.Net)
  Berbentuk  sepeti kacang tanah pada umumnya  tetapi yang sudah membatu, berwarna kuning kecoklat-coklatan,  fosil ini berasal dari tanaman kacang yang membatu berumur jutaan tahun adalah sisa sisa mahluk hidup yang hidup lebih dulu sekali karena terawetkan oleh keadaan alam.

Fosil terbentuk ketika tanaman  yang sudah mati dan terawetkan sebelum sempat mengalami pembusukan sempurna, lalu menjadi bagian dari batuan endapan Bumi. Media yang diambil melalui proses alam dan memiliki kekuatan secara alami. 

Fosil adalah batuan yang tercipta dalam bentuk seperti benda organik yang berasal dari tumbuhan yang terpendam dalam tanah dan proses kejadiannya sangat panjang ratusan bahkan ribuan tahun dengan diawali tertimbunnya binatang, tumbuhan ini terendam dalam lumpur yang kemudian akan mengawetkannya sehingga tak terjadi proses pembusukkan cepat seperti diudara bebas.

Terbentuk ketika tumbuhan yang sudah mati dan terawetkan sebelum sempat membusuk sempurna, lalu menjadi bagian dari batuan endapan bumi. Agar proses pemfosilan berlangsung, hewan atau tumbuhan harus cepat-cepat terkubur-biasanya dengan cara di bungkus lapisan lempung. Secara umum hal itu diikuti oleh proses kimiawi dengan mana pengawetan terjamin lewat cara perubahan mineral yang terjadi pada jaringan-jaringan asli. 

SEBAGAI SARANA  : 
Sarana agar Pertanian ataupun perkebunan agar menjadi subur, berkah  dan terhindar dari segala hama yang merugikan sekaligus, Sarana menarik rezeki dari berbagai arah, Sarana penglarisan usaha perdagangan apa saja dan khususnya untuk yang berusaha dibidang perdagangan dari  hasil Bumi, Sarana keharmonisan rumah tangga, Sarana pengobatan penyakit dan khusus penyakit yang disebabkan oleh sakit panas dan demam, Sarana pelancar segala usaha dan bisnis pengasihan secara umum, dll. ( Di Maharkan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar