Senin, 04 Mei 2015

Patung Yesus Yang Terkatung-katung di Tarutung

Profil Patung Yesus di Kantor Bappeda Taput.
Jalan menuju lokasi Salib Kasih di Siatas Barita. Pada puncak gunung sebelah
kiri tampak kerangka Patung Yesus. Nikson berkata harus jelas dulu dasar hukumnya.=


 BATAKINDONEWS.Com - Bupati Tapanuli Utara pengganti Torang Lumbantobing (Toluto), Drs Nikson Nababan tampaknya tak begitu respek menyangkut status Patung Yesus yang dibangun di Dolok Siatas Barita, sebelah timur Tarutung, yang sudah jalan dua tahun belum selesai alias terkatung-katung. Dalam perbincangan dengan  wartawan Harian Orbit Bindu Hutagalung, Ketua Yayasan Parade Guru Martua Situmorang, dan jurnalis media Harian Online Kabar Indonesia/Majalah Online BATAKINDONEWS.Com di kamar kerjanya, Senin  (4/5), Nikson terkesan tidak begitu respek untuk melanjutkan pembangunan patung sang juru selamat itu.
  Bagaimana kelanjutan patung Yesus itu Pak bupati, tanya jurnalis Majalah Online SARINGAR.Net.
Nikson Nababan awalnya agak enggan menjawab, tapi kemudian ia mengatakan belum (tidak) bisa menindaklanjutinya, jika dasar hukumnya belum jelas. Namun Nikson tak merinci dasar hukum bagaimana yang dimaksudkannya. "Harus jelas dasar hukumnya," kata dia.
 Informasi yang berkembang di Tarutung menyebutkan, terkendalanya pembangunan patung Yesus terkait masalah status tanah lokasi yang bersentuhan dengan kehutanan, selain faktor teknis lainnya. Dalam hal ini juga ada pendapat menyebutkan, kesembronoan dan ketidakcermatan SKPD terkait, selain tidak adanya (kurangnya) penelusuran atau pendekatan kepada institusi kehutanan. Status lokasi pembangunan patung disebutkan masih domain kehutanan. "Seharusnya sejak awal SKPD lebih cermat dan hati-hati sebelum proyek berbiaya miliaran itu dilaksanakan," ujar sumber di lingkungan Pemkab Tapanuli Utara.Bupati Toluto (saat itu) tidak serta merta bisa disalahkan dalam hal terkendalanya finishing patung itu, karena sebagai bupati ia mempercayakan sepenuhnya kepada SKPD terkait.
 Nikson dalam perbincangan itu kebanyakan mengklaim berbagai gagasan dan terobosan yang telah dilakukannya setelah setahun menjabat Bupati Taput. Antara lain di sektor infrastruktur dengan upaya perbaikan irigasi, pembangunan jalan dengan aspal hot mix, bidang pendidikan, pertanian, kesehatan. Kata Nikson, itu semua langkah-langkah merealisasikan visi perubahan yang diusungnya menuju kursi orang nomor 1 pemerintahan di kabupaten itu. Tapanuli Utara mau dijadikan lumbung pangan dan lumbung SDM, selain peningkatan pariwisata.
 Nikson juga terkesan menyepelekan berbagai hal di Tapanuli Utara, saat ia belum menjadi bupati. " Saya tidak mau terima uang sepeser pun dalam hal pengangkatan pejabat," ucapnya. Dia juga menyebut beberapa langkah yang akan ditempuh dalam konteks mewujudkan Silindung sebagai kawasan wisata rohani. Antara lain, pembatasan lapo tuak hanya buka sampai pukul 20.00 malam. "Mungkin bakal ada prokontra, tapi niat saya baik, agar bapak-bapak jangan terlalu lama nongkrong minum tuak, agar mereka sempat mengajari dan membimbing anak-anaknya di rumah. Kalau tak bisa pukul delapan, ya pukul sepuluh, pokoknya jangan sampai tengah malamlah."
 Nikson juga mengakui akhr-akhir ini pihaknya memantau ragam komentar di luaran tentang kinerjanya, yang pada intinya seolah mengabaikan apa-apa yang baik telah dilakukannya. "Kalau jadi kaya memang enak jadi gubernur dan bupati, tapi saya tak terpikir mencari kekayaan duduk menjadi bupati di sini," kilahnya lagi. Dia menyebut niatnya jadi bupati semata-mata mau mengabdi untuk membuat perubahan.
 Belakangan ini mulai mencuat komentar miring di tengah masyarakat, setelah setahun pasangan Nikson- Mauliate Simorangkir memimpin pemerintahan di Tapanuli Utara, belum tampak hasil signifikan menyangkut kemajuan yang diharapkan. "Perubahan dimaksud belum terasakan, masih terkesan biasa-biasa saja," kata seorang warga yang biasa membaca suratkabar di kiosk pengecer koran Sumber Agency Jalan DI Panjaitan Tarutung. Namun suara lainnya mengomentari, masih terlalu dini menilai keberhasilan Nikon-Mauliate kurun waktu satu tahun. Penilaian masih bersifat subyektif, tergantung pada kepentingan yang menilai.Nada-nada menggerutu mulai menggelinding. (LTSS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar