Elam Sibuea (alm) dan isteri Marta br Sitorus (alm)- (foto: Repro Leonardo TSS) = |
Elam Sibuea
(Bupati Tapanuli
Utara 1963-1966)
Elam Sibuea (alm) menjadi Bupati Tapanuli Utara kurun waktu persimpangan antara Orde Lama ke Orde
Baru. Pada tahun 1965 krisis sosial politik
melanda bangsa dan tanah air Indonesia. Dan tahun 1966 menjadi starting
point (titik start) perubahan tatanan (orde) dari Orde Lama ke Orde Baru.
Perubahan besar dalam semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan
dimulainya program
pembangunan berkelanjutan berlabel Pelita.
Tidak
begitu banyak catatan yang bisa berbicara tentang periode kepemimpinan Elam
Sibuea. Data otentik tentang almarhum sangat terbatas. Demikian halnya
informasi lisan yang diberikan pihak keluarga, sangatlah terbatas, kecuali
menyangkut sekilas biodata dalam ruang lingkup personal dan keluarga.
Putra-putri alm Elam Sibuea kebanyakan berada di Jakarta dan Bogor, dan
beberapa di antaranya sudah meninggal dunia.
Catatan yang diperoleh
dari DPRD Taput dan sumber-sumber lain menyebut bahwa Elam Sibuea adalah Bupati Tapanuli Utara yang terpilih
dalam pemilihan yang diselenggarakan DPRD-GR pada tahun 1963, setelah
berakhirnya masa jabatan SM Simanjuntak
bulan Juni 1963. SM Simanjuntak menjabat Bupati periode 1958-1963.
Elam
Sibuea menjalani masa tugasnya terhitung 1 Juli 1963 sampai 30 Nopember 1966.
Pada masa itu situasi nasional berada pada situasi instabilitas, ditandai
perekonomian yang murat-marit, inflasi mata uang dan harga kebutuhan tak
menentu. Rakyat di berbagai daerah masih hanyut oleh retorika-retorika politik,
seiring menguatnya posisi partai-partai mapan, serta munculnya berbagai organisasi
onderbow partai-partai kuat.
Gr Mula
Sinambela (87), salah satu tokoh Parkindo Tapanuli Utara yang masih hidup, saat
ditemui penulis/editor di rumahnya jalan Sigompulon Tarutung, Senin sore (21
Januari 2008), mengaku tidak begitu banyak mengetahui lagi tentang Bupati Elam
Sibuea. Usia tua telah membuat tokoh tua yang pernah menjadi anggota DPRD Taput
itu banyak lupa tentang masa silam. Namun Sinambela masih ingat nama Cornelis
Sihombing sebagai Bupati Taput yang pertama. Juga nama-nama Farel Pasaribu,
Madja Purba, SM Simanjuntak, Elam Sibuea. “ Masa lalu dengan masa sekarang
sudah jauh berbeda. Apalagi pada masa-masa perjuangan dulu. Para bupati dan
camat tidaklah aman bertugas, sering berpindah tempat karena ancaman bahaya”,
kata Guru M. Sinambela mengenang. Namun Sinambela tak menampik kalau
Elam Sibuea orang pintar dan bersahaja dalam menjalankan kepemimpinannya,
begitu juga dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut
Sinambela, periode kepemimpinan pemerintahan di Tapanuli Utara terdiri dari
beberapa fase bersejarah. Fase pertama periode awal setelah kemerdekaan. Fase
kedua periode antara masa kedaulatan dengan masa konsolidasi berakhirnya
penjajahan Belanda dan Jepang. Dan fase ketiga, periode penting berakhirnya
masa Orde Lama dan lahirnya Orde Baru sejak 1966 ke atas. Lalu berikutnya, fase
berakhirnya Orde Baru dan munculnya reformasi. “ Saya sudah banyak lupa
sejarah, usia saya sekarang sudah 87 tahun”, tutur Sinambela ketika berkisah
sekilas tentang sejumlah mantan Bupati Taput, termasuk Elam
Sibuea.
PUTRA PORSEA
Menurut data yang diperoleh penulis
biografi ini (Leonardo TS Simanjuntak), Elam Sibuea menjalani masa tugasnya dari tanggal 1 Juli 1963 sampai 30
Nopember 1966. Setelah tahun 1966, jabatan Bupati Tapanuli Utara kemudian
dipegang Drs Parlagutan
Simanjuntak terhitung 1 Desember 1966 s/d 30 Nopember
1967 karena Elam Sibuea minta berhenti berhubung menderita sakit yang cukup serius. Tapi saat memangku tugasnya sebagai Pejabat Sementara (Pjs), Drs Parlagutan
Simanjuntak meninggal mendadak disebut-sebut
karena sakit. Selanjutnya AV Siahaan menjadi pejabat
sementara menunggu pemilihan Bupati oleh DPRD-GR. AV Siahaan menjabat Pjs dari
tanggal 1 Desember 1967 s/d 30 Mei 1968. Letkol CAJ MSM Sinaga kemudian
terpilih menjadi Bupati definitif hasil pemilihan DPRD Tapanuli Utara.
Elam Sibuea adalah cucu
tertua dari Raja Musa Sibuea/Manongkar br Gurning, seorang pengetua ternama di
Lumban Sibuea, Porsea. Raja Musa memiliki dua orang anak, yaitu Raja Josua
Sibuea (ayahnya Elam Sibuea) dan Raja Gideon Sibuea. Raja Josua yang
beristerikan boru Sitorus, dikaruniai 6 orang anak (4 anak laki-laki, 2 anak
perempuan). Elam Sibuea merupakan anak tertua yang juga menikah dengan boru
Sitorus. Tiga saudaranya laki-laki yakni Bungaran Sibuea (+) menikah dengan br
Hutajulu, Manahan Sibuea (+) menikah dengan br Butarbutar, dan Marusaha Sibuea
menikah dengan br Siregar. Sedang saudaranya perempuan, masing-masing Berliana
Sibuea kawin dengan D.Manurung (Pensiunan PLN Tarutung), dan Anni Sibuea kawin
dengan Simangunsong. Kedua saudara perempuan Elam kini tinggal di Pangombusan
Lumban Sibuea, Porsea. Politisi terkenal Sabam Sirait yang dikenal sebagai
tokoh teras PDI, masih keluarga dekat Elam Sibuea. Sabam Sirait adalah cucu
dari Raja Gideon Sibuea, saudara kandung Raja Josua
Sibuea (ayah Elam Sibuea).
D.
Manurung, ipar Elam Sibuea tidak banyak bercerita tentang iparnya itu. Kepada
penulis/editor yang menemuinya bulan Januari 2008 di rumahnya di pinggir jalan
Pangombusan, Manurung hanya bisa menguraikan profil Elam Sibuea selintas, selain
penjelasan seputar silsilah keluarga.
Keluarga
Elam Sibuea (alm) tergolong keluarga yang sukses. Sembilan putra-putri mantan
Bupati Taput ini umumnya berhasil dari segi pendidikan dan karier. Menurut
D.Manurung, iparnya Elam Sibuea sangat menjunjung tinggi filosofi Batak
“anakhon hi do hamoraon di ahu”. Makanya semua anak-anak disarankan rajin dan
sungguh-sungguh menuntut ilmu sebagai bekal di masa depan.
Sembilan
orang putra-putri Elam Sibuea, adalah: Drs SBP Sibuea (+)/br Sitorus (Medan),
Drs Torang Sibuea (+)/br Sitorus (Jakarta), Dr Toga Sibuea (+)/ br Jawa
(Bogor), Raya Sibuea SH (+)/br Gultom, Juara Sibuea/br Pangaribuan (Jakarta),
Drs Manuturi Sibuea/br Jawa, Tiurma br Sibuea (+)/ Manurung (Porsea), Riana
Sibuea/ Nainggolan (Jakarta), dan Risma br Sibuea (+)/ Simamora (Bogor).
R br
Sitorus, menantu alm Elam Sibuea dari putra sulungnya Drs SBP Sibuea yang
berdomisili di jalan Sei Ular Medan, juga tak bisa bercerita banyak tentang
almarhum mertuanya, saat ditemui penulis medio Pebruari 2008 lalu. Namun satu
hal masih diingatnya, yakni tanggal lahir mertuanya tanggal 16 Pebruari
1912.”Saya ingat tanggal lahir bapak, karena berkebetulan sama dengan tanggal
perkawinan saya dengan anaknya”, tutur R br Sitorus yang pernah menjadi guru
Bantu di SMP Negeri 2 Tarutung saat mertuanya masih menjabat bupati.
Namun perempuan yang kini aktif dalam kegiatan
gerejani ini mengaku tidak memiliki data tentang pendidikan dan riwayat
pekerjaan mertuanya. “Kami tak ada yang mendokumentasi data rinci tentang
almarhum, sedangkan foto almarhum juga hanya ada satu-satunya yang ada pada
kami”, ujarnya seraya menunjuk sebuah foto almarhum Elam Sibuea yang tergantung
di dinding ruang tamu.
Elam Sibuea meninggal di Pematang Siantar 28 Mei Tahun
1967 setelah menderita sakit. Sedangkan isterinya Marta br Sitorus meninggal
tanggal 17 Pebruari 2001 di Bogor, 34 tahun setelah kepergian suaminya. Masa meninggalnya sang mertua juga bisa
diingat, dari waktu kelahiran anak kedua mereka seminggu sebelum meninggalnya
almarhum. “ Anak kedua kami lahir tanggal 24 April 1967, berarti bapak meninggal
bulan Mei pada tahun itu”. tuturnya
mengenang. Jenajahnya dikebumikan di tambak keluarga kakeknya Raja Musa Sibuea
di Pangombusan, Porsea. Saat pesta peresmian tambak itu Bupati Taput Drs RE Nainggolan ikut hadir bersama sejumlah
pejabat Sumut lainnya.Drs RE Nainggolan dalam sambutannya mengatakan rasa
simpati terhadap almarhum E.Sibuea mantan Bupati Tapanuli Utara, yang berhasil
mendidik anak-anak menjadi orang-orang yang sukses dalam pendidikan. “Almarhum telah
membuktikan filosofi Batak, anakhonhi do hamoraon di ahu, sebagai suatu
filosofi yang perlu diteladani generasi masa kini”, ujar RE Nainggolan,
sebagaimana ditirukan D.Manurung, menantu Elam Sibuea yang kini membuka usaha
toko kelontong di jalan Pangombusan, persis di depan tambak keluarga Raja Musa
Sibuea/Manongkar br Gurning.
Menurut
R br Sitorus, biar pun mertuanya mantan Bupati, tapi tidaklah memiliki banyak
harta peninggalan. Almarhum Elam Sibuea adalah tipikal seorang pamong yang gaya
hidupnya sederhana, mau menerima kenyataan apa adanya.” Rumah yang saya tempati
sekarang di jalan Sei Ular ini adalah milik bersama seluruh anggota keluarga,
kalau pun dijual harus dibagi bersama, dan semua sepakat daripada dijual lebih
baik ada yang menempati”, papar perempuan berpostur mungil berkacamata itu.
Sebagai
menantu paling tua, R br Sitorus masih bisa menggambarkan sekilas profil
mertuanya. Seorang pria sederhana bersifat kebapakan, penampilannya lembut dan
pengasih, lebih suka memberi daripada diberi, tapi bapak tak punya apa-apa,
jadi tak bisa memberi banyak kepada orang yang butuh bantuannya. “ Saya masih
ingat betul, kalau bicara dengan bapak rasanya lebih nyambung daripada dengan
ibu, karena bapak cepat memahami apa yang disampaikan anak-anak”. R br Sitorus
mengungkapkan kenangan bathinnya seputar sisi kehidupan mertuanya.
Elam
Sibuea telah tiada. Tapi namanya sebagai mantan Bupati Tapanuli Utara, akan
tercatat selamanya dalam sejarah pemerintahan Kabupaten ini. (Blogger SARINGAR.Net/
Leonardo TS Simanjuntak)
BIODATA
Nama : Elam
Sibuea
Tempat/Tanggal Lahir : Porsea/10 Februari 1912
Pendidikan : MULOdi porsea
HIS
di Pematang Siantar
(Tanggal
dan tahun tidak tercatat)
Pekerjaan :
- Tahun
1952 Pegawai Haminte di Pematang Siantar
- Tahun 1952-1956 Pegawai Kantor Gubsu di Medan
- Tahun 1956-1959 wedana di Gunung
Sitoli
- Tahun 1959-1963 Patih Di ktr Bupati
Taput
- Tahun 1963-1967 Bupati Tapanuli Utara
- Tahun 1967 minta berhenti karena sakit
Jumlah Bersaudara : 6 orang (4 Laki-laki, 2 Perempuan)
Meninggal :
Pematang Siantar/28 Mei 1967
Istri :
Marta Sitorus
Tempat/Tanggal Lahir :
Lumban Nabolon/4 April 1915
Meninggal :
Bogor/17 Februari 2001
Anak :
9 orang (6 Laki-laki, 3 Perempuan)