Minggu, 24 Januari 2016

Giring-Giring Sitampurung ke Halmahera Utara





Warga Maluku Utara sedang menawar harga lonceng gereja di Jalan Dolok Sanggul =

 BATAKINDONEWS.COM - Desa Sitampurung di Kecamatan Siborongborong sudah lama dikenal sebagai desa produsen besi tempahan, selain pembuat giring-giring (lonceng). Aneka benda tajam, mulai dari parang dapur, parang babat, pisau, sabit pemotong padi, sampai cangkul, dari waktu ke waktu, diproduksi dari Sitampurung. Kalau di Sipoholon dikenal dengan kerajinan sitopa hudon dan pembuatan gitar secara manual, maka di Sitampurung sitopa bosi sudah berlangsung puluhan tahun.
Maka saat melintas dari desa yang letaknya di pinggir jalan Siborongborong-Doloksanggul, suara gemerincing besi yang dipukul bertalu-talu, tak asing lagi di ruang telinga. Para pekerja sitopa bosi seharian sibuk kerja keras mengolah besi menjadi ragam peralatan rumah tangga dan pertanian. Tak terhitung lagi banyaknya sudah berapa banyak produksi yang beredar dari Sitampurung kemana-mana.” Saya rasa sudah jutaan,” ujar  salah seorang pekerja kepada BATAKINDONEWS.COM.
 Selain dikenal penghasil kerajinan besi untuk peralatan rumah tangga dan pertanian, Sitampurung juga sangat kesohor dengan giring-giring tempahan warga desa ini. Sudah berpuluh tahun lamanya desa ini memproduksi giring-giring, bahkan sejak zaman penjajahan.
Penyebarannya juga sudah sampai dimana-mana. Tak cuma di Tanah Batak, lonceng buatan Sitampurung sudah ada di berbagai provinsi di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan lain-lain. Tak hanya lonceng untuk gereja, juga lonceng kecil untuk sekolah-sekolah, kantor penjara, kantor polisi, dan lain-lain.
 Sebagai wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, wajar jika giring-giring punya jaminan pasar. Banyak gereja baru dibangun, selalu butuh lonceng. Tak heran, kalau giring-giring Sitampurung dipesan ke berbagai tempat. Nama Sitampurung pun, makin dikenal, terutama di kalangan umat Kristen.
  “Kami sedang membangun gereja di kampong kami Sosol, Halmahera Utara, saat ini menjelang rampung, tentu gereja kami membutuhkan lonceng, makanya kami secara khusus mau beli lonceng, sambil liburan tahun baru,” ujar Nerice Neru, wanita asal Halmahera, Maluku Utara, ketika berkunjung ke Sitampurung, beberapa waktu lalu . Dia bersama  suami  Rey Manju serta anak-anak sedang tawar menawar dengan penjual giring-giring di toko UD Sitampurung Nauli, di pinggir jalan raya Siborongborong-Dolok Sanggul, km 4. Menurut Nerice Neru, mereka tahu pembuatan lonceng ada di Sitampurung dari orang Batak yang dikenalnya di Tobelo.
  Setelah tawar menawar, akhirnya sebuah lonceng ukuran besar seharga Rp 7,5 juta jadi dibeli. Lonceng yang beratnya sekitar 100 kg itu dibawa dengan mobil pribadi ke Medan, dari sana dikirim ke Halmahera. Setelah tiba di Medan, lonceng dikirim melalui Kantor Pos, karena melalui titipan kilat ongkos lebih mahal. “Ongkos pengiriman dari kantor pos juga mahal, bahkan hampir setara harga lonceng,”, katanya menginformasikan kepada media online ini melalui seluler. Ongkos pengiriman via kantor pos mencapai Rp 6 jutaan. Tak apalah, yang penting sampai di  tempat dengan selamat.
            Gereja Masehi Injili Indonesia di Sosol, Halmahera Utara, yang menggunakan giring-giring buatan Sitampurung itu, dikabarkan makin megah sejak giring-giring Sitampurung itu dipasang. Dentang suaranya terdengar begitu kuat, menggema pada radius sekitar 2 kilometer. Saat pertama kali lonceng tiba di tempat setelah lebih dua minggu di perjalanan, ratusan warga setempat berduyun-duyun datang ke gereja ingin menyaksikan lonceng besar itu. “Semuanya senang dan gembira Pak, gereja kami punya lonceng bagus. Selama ini gereja kami menggunakan lonceng seadanya, besi yang dipukul saat kebaktian hari minggu,” ujar Nerice Neru dan suaminya Rey Manju menelepon ke Tarutung. Disebutkan, saat pemasangan lonceng, hampir semua warga gereja datang berkerumun menyaksikannya. Lonceng itu diderek ke atas, dan setelah tiba di menara atas,  semua warga pun bersorak. (BIN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar