|
HF Situmorang,abang Sitor Situmorang almarhum
sosok pemimpin di medan gerilya (lks repro Leonardo) |
|
Oppu Babiat Situmorang ayah HF Situmorang
seorang panglima Sisingamangaraja XII yang
disegani Belanda pada masa perang Batak
menentang Belanda.(repro:Leonardo) |
|
Catatan Redaksi: Tulisan khusus
seputar profil pemimpin pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara merupakan
tulisan eksklusif yang belum pernah diturunkan di media cetak. Beberapa
di antaranya pernah dirangkum dalam sebuah buku (2008) dengan sirkulasi
terbatas, penulis dan editor Leonardo TS Simanjuntak,diterbitkan Pemerintah kabupaten Tapanuli Utara. Tulisan tentang sosok Humala Fredrick Situmorang ini merupakan observasi dan wawancara langsung editor/admin SARINGAR.Net Leonardo TS Simanjuntak dengan
keluarga pihak terkait. Meski pun profil pemimpin Tano Batak berikutnya tak
disajikan secara berurutan, semoga ada manfaatnya menambah wawasan
pembaca. Setiap tulisan sudah direvisi pada beberapa bagian penting.-
Masa kepemimpinan Humala Fredrick Situmorang
(alm),tak banyak berbeda dengan mantan pemimpin pemerintahan lainnya
yang pernah mengabdi di Kabupaten Tapanuli Utara,khususnya di masa
perjuangan sebelum dan sesudah kemerdekaan. Dalam situasi kondisi pasca
kemerdekaan yang diwarnai berbagai kemelut, HF Situmorang merupakan
salah satu tokoh sentral yang patut dikenang. Kondisi pada masa
kepemimpinan HF Situmorang (seterusnya disingkat HFS), juga dialami
Cornelis Sihombing (Bupati Taput pertama), demikian juga bupati penerus
lainnya F Siagian, RPN Lumbantobing, P Manurung, Farel Pasaribu, Madja
Purba, dan SM Simanjuntak.
Memimpin pemerintahan pada masa perang
kemerdekaan maupun beberapa rahun sesudahnya, memang sangat riskan.
Ancaman tertembak Belanda atau Jepang, bahkan ancaman masuk penjara
sudah menjadi risiko yang mengintai setiap saat. Memimpin di tengah
medan gerilya harus dilaksanakan sebagai pertanggungjawaban amanah untuk
daerah, bangsa dan negara.
Monang Situmorang SH putra bungsu alm
HFS kepada penulis telah menambahkan berbagai aspek seputar perjalanan
hidup dan karir ayahandanya. Demikian halnya penuturan tambahan dari
Minar boru Purba, salah seorang menantu almarhum. Monang Situmorang
belakangan tinggal di Jakarta sebagai pensiunan jaksa, sedangkan Minar
br Purba istri Mangiring Situmorang (alm), yakni anak ke tiga dari HFS,
ditemui penulis di rumahnya yang sederhana di Jalan Sei Bingei No 36,
Medan, beberapa waktu lalu. Untuk kelengkapan informasi tentang ayahnya,
Monang Situmorang mengirimkan beberapa catatan melalui faksimili.
Alm HF Situmorang lahir pada tahun 1900 (tanggal dan bulan tak
dijelaskan) di Dusun Lintong, Desa Partukko Naginjang,Kecamatan Harian
Boho, Samosir. Beliau meninggal dunia pada 15 September 1978 di kampung
kelahirannya,meninggalkan banyak kenangan bersejarah bagi keluarga dan
Tano Batak HFS adalah putra pertama dari Ompu Babiat Situmorang/Boru
Sagala. Dalam sejarah perjuangan Raja Sisingamangaraja XII, Ompu Babiat
terkenal sebagai salah satu ujung tombak pasukan Sisingamangaraja
XII.Ompu Babiat juga adalah ipar dari Sisingamangaraja XII (ibunda dari
Sisingamangaraja XII adalah namboru dari ayah Ompu Babiat Situmorang.
Pada
tahun 1907, Desa Partukko Naginjang digempur tentara Belanda dengan
persenjataan lengkap, karena Belanda mensinylir Sisingamangaraja XII dan
keluarganya berada di Desa tersebut. Akibat gempran berantai tentara
Belanda, Desa Partukko Naginjang hancur berantakan. Seluruh penduduk
mencari tempat persembunyian, sementara pasukan Sisingamangaraja
melakukan perlawanan cukup berarti. Dalam pertempuran sengit yang
berlangsung cukup lama, ibunda HFS boru Sagala tewas diberondong peluru.
Sedangkan Humala Fredrick yang saat itu masih berusia 7 tahun bersama
neneknya boru Sinaga (ibunda Ompu Babiat) ditangkap tentara belanda, dan
ditawan bersama sejumlah anggota keluarga Sisingamangaraja XII di
tangsi militer Belanda di Tarutung.
TERJUN KE MEDAN GERILYA
Peristiwa
itu tidak menyurutkan semangat para pejuang Batak menentang Belanda.
Ompu Babiat Situmorang terus mendampingi iparnya Raja Sisingamangaraja
XII melancarkan perang gerilya dari hutan ke hutan dan
pegunungan,membuat Belanda makin beringas dan kelabakan. Setelah
Sisingamangaraja XII gugur dalam pertempuran bergelora di kawasan
Parlilitan tahun 1907, Ompu Babiat turun ke Harian Boho, dan sempat
menjadi Kepala Nagari di sana. Ada pun putranya Humala Fredrick waktu
itu disekolahkan ke HIS Balige sampai tamat.
Jiwa kejuangan yang
diwariskan ayahnya Ompu Babiat rupanya mengalir pada darah HFS. Itu
terbukti saat HFS pada masa Agresi I dan Agresi II (1946-1949) terjun ke
medan gerilya sampai penyerahan kedaulatan tahun 1949. Ternyata
pengabdian dan pengorbanannya membuahkan kepercayaan dari pemerintah,
dengan diangkatnya HFS menjadi Sekretaris Residen Dr Ferdinand
Lumbantobing di Sibolga. Bahkan, pada tahun itu juga HFS diangkat
menjadi Bupati Kabupaten Tapanuli Utara sampai tahun 1950, sebelum
kemudian pindah ke Kantor Gubernur di Medan.
Kepercayaan
pemerintah kepada HFS semakin menguat.Pada tahun 1952 beliau diangkat
lagi menjadi Bupati di Nias berkedudukan di Gunung Sitoli. Jabatan itu
diembannya hingga tahun 1954. Kemudian dari Nias, HFS diangkat menjadi
Bupati Simalungun di Siantar sampai tahun 1956. Pada fase berikutnya,
tahun itu juga HFS dipercyakan kembali menjabat Bupati Tapanuli Utara
sampai tahun 1958. Dari sana lah almarhum kembali bertugas di Kantor
Gubernur Sumatera Utara, sampai tiba saatnya pensiun.
DATA KELUARGA
Sekilas tentang silsilah keluarga HF Situmorang sebagaimana dituturkan
putranya Monang Situmorang, bahwa setelah kakeknya Ompu Babiat kembali
ke Harian Boho dari medan gerilya, beliau (Ompu Babiat) kawin lagi
dengan boru Simbolon. Dari perkawinan tersebut, lahirlah 9 (Sembilan)
anak yang menjadi saudara dari HF Situmorang. Ke-9 anak tersebut,yakni:
Labina br Situmorang (alm)/Manik (alm), Abner Situmorang (alm)/boru
Sihotang (Abner Situmorang adalah pensiunan Residen di Kantor Gubernur
Sumut),Tini br Situmorang (alm)/Sihombing (alm), Mulia Situmorang
(alm)/boru Simbolon (alm) (Pensiunan Patih di Sidikalang), Timbul
Situmorang (alm)/boru Tamba, Sitor Situmorang/boru Sinaga (alm)/
Barbara, Joram Situmorang/boru Manurung, Hilderia br Situmorang
(alm)/Sitanggang, dan Jarikkot Situmorang/ boru Sinaga (alm)/boru
Hutagalung. Yang disebut terakhir adalah pensiunan Kantor Bupati Taput
(Kantor Inspektorat), berdomisili di Tarutung. Seperti diketahui, Sitor Situmorang salah seorang penyair terkemuka Indonesia telah meninggal dunia di Belanda dan jenazahnya dimakamkan di kampung asalnya Harianboho, Samosir. (Lihat artikel terkait di Ekspresiana)
Sitor
Situmorang, salah satu dari saudara HFS, dikenal sebagai penyair
terkemuka Indonesia, yang namanya termasuk daftar seniman legendaris,
seperti halnya Chairil Anwar, Iwan Simatupang, Taufik Ismail, Rendra,
dan lain-lain. Dunia sastra Indonesia kehilangan seorang tokoh pelopor puisi nostalgik setelah Sitor meninggal belum lama ini.
Humala Fredrick Situmorang menikah dengan R boru
Purba dari Simalungun. Dari perkawinan tersebut, mereka dikaruniai 4
anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Mereka adalah, Intan Situmorang
(alm)/ J. Sidakutan (alm, Minar br Situmorang/ Brigjen JH Sinaga SH
(alm), Mangiring Situmorang (alm)/Minar br Purba, Albert Situmorang
(alm)/ boru Simorangkir, Sahat Situmorang (alm)/boru Sagala (alm),
Dameria br Situmorang/ Kolonel (L) WR Limbong SH (alm), dan Monang
Situmorang SH/ R boru Purba.
Berbagai buku yang mengisahkan
perjuangan di masa gerilya selalu mencantumkan nama HF Situmorang
sebagai salah satu tokoh yang tak terpisahkan dalam proses terbentuknya
pemerintahan sipil dan militer di Sumatera Utara. Dalam buku Perjuangan
Rakyat Semesta Sumatera Utara yang diterbitkan Forum Komunikasi Ex
Sub-Territorioum VII Komando Sumatera Jakarta, nama HF Situmorang
disebut-sebut ikut berperan dalam banyak hal, terutama menyangkut
koordinasi penyelenggaraan atau pembentukan pemerintahan. Pada halaman
432 buku tersebut, disebutkan peranan pengawasan pembentukan
pemerintahan sipil di setiap kabupaten, dimana seorang gedelegeerd
Bupati (utusan dengan status Bupati) ditetapkan oleh Gubernur Militer.
Pada waktu itu, untuk Sibolga ditetapkan Mangaraja Sorimuda, untuk
Padang Sidempuan Muda Siregar, untuk Silindung diangkat Saladin
Sarumpaet dibantu Farel Pasaribu, untuk Humbang Melanthon Siregar
dibantu oleh Bupati HF Situmorang, dan
untuk Tobasa adalah Patuan Natigor.
HF
Situmorang memang telah tiada. Namun nama dan jasa perjuangannya akan
terus melekat dalam sejarah pemerintahan di Sumatera Utara, khususnya di
Tano Batak. Almarhum HFS, seperti juga Farel Pasaribu dan SM
Simanjuntak, adalah sosok pemimpin yang tangguh di setiap situasi,
termasuk di medan gerilya=.Eksklusif SARINGAR.Net (Leonardo TSS)