Kamis, 15 Januari 2015

Kilper Toruan, Di Usia Tua Melawan Diabetes Dengan Kerja Keras Mandi Keringat

Kilper Lumbantoruan di usia tua mengusahai gilingan padi sendirian
untuk melawan diabetes akuut. (Foto SARINGAR.Net/Leonardo TS) =

SARINGAR.Net-Diabetes atau lazim disebut "penyakit gula" termasuk salah satu penyakit menakutkan bahkan mengerikan saat ini. Beragam teori medis maupun pendapat diungkap untuk mengobati atau meminimalisir penyakit yang satu ini. Dari metode kedokteran hingga teori herbalis, bahkan melacak pengobatan tradisionil (perdukunan) ditempuh orang yang terkena diabetes.
 Konsekuensi bagi orang yang terkena diabetes memang cukup berat, bahkan sering lebih pas dikatakan menakutkan. Banyak orang yang menderita dibuatnya sepanjang sisa hidup, dan sangat jarang yang bisa sembuh total. Lebih mengerikan, jika jari kaki penderita sedikit demi sedikit bisa sampai puntung, sulit dicegah. Sudah lumayan banyak penderita diabetes yang jari kakinya habis digerogoti virus diabetes yang sudah stadium berat. Pada zaman dahulu, ketika kedokteran belum maju dan sebutan penyakit gula belum dikenal, di beberapa daerah di Sumatera Utara, timbul anggapan yang menyesatkan dengan munculnya anggapan atau tudingan bahwa orang yang menderita jari kakinya habis digerogoti penyakit misterius, adalah korban santet atau aji-ajian orang jahat. Maka muncul istilah "Aji Turtur". Tapi setelah dunia kedokteran makin maju, anggapan itu perlahan-lahan mulai pupus. Masyarakat di kampung-kampung tradisionil pun sudah memahami apa itu diabetes.
 Kilper Lumbantoruan, warga seputaran desa Lumbansoit yang tinggal di pinggir jalan raya lintas Sumatera, Sipoholon-Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, salah satu penderita diabetes, yang berjuang keras melawan penyakit itu. Pensiunan mantri kesehatan RSU Tarutung ini, beberapa tahun terakhir merasakan benar efek sakitnya terkena diabetes." Gula darah saya sudah di atas lima ratusan, tapi terkadang bisa turun." katanya saat berbincang dengan penulis, Kamis (15/1) di satu desa seputaran Desa Hutabarat Parbaju.
 Lalu, kenapa ia tampaknya tetap semangat dan tidak mau bersikap loyo menghadapi gangguan si diabetes itu? "Saya bikin diri saya aktif setiap hari, tak mau dipelonco penyakit gula kronis itu dengan berdiam diri mematung atau pasrah," ujarnya dengan nada tegar.
 Salah seorang aktivis dan pengurus DPC Partai Demokrat Tapanuli Utara ini, mendapat ide untuk menguatkan perlawanannya terhadap diabetes. Dia membeli sebuah mobil kijang lama, kemudian membeli sebuah mesin penggerak merk Dom Peng, serta peralatan lain yang terkait untuk merakit sebuah kenderaan yang berfungsi menjadi gilingan padi keliling. "Saya ingin melayani rakyat desa, sekalian untuk menggerakkan badan saya agar tetap bisa mandi keringat," tuturnya polos.
 Kilper Toruan dalam mengusahai gilingan padi keliling juga tak memerlukan pembantu atau kernet. Sebab ia ingin benar-benar bekerja maksimal, agar keringatnya bercucuran." Berkeringat karena bekerja, salah satu cara untuk melawan diabetes. Jika kita diam tanpa pergerakan, nah disitulah penyakit gula makin merajalela menggerogoti bagian lainnya atau komplikasi," tandas dia.
 Dalam usia sudah tergolong renta (kepala 7), Kilper membuktikan semangat juangnya, ketika petani memanggilnya untuk menggiling padi. Sudah ratusan keluarga petani di desa se kecamatan Tarutung da Sipoholon yang diladeninya. Bisa diorder langsung, bisa melalui SMS atau telepon ke selulernya. "Sedapat mungkin berapa orang pun sehari akan saya ladeni, kecuali kalau saya sudah kecapaian," katanya.
 Menurut orang tua yang rajin senyum ini, saat menggiling padi orang yang memesan jasanya, ia berharap maunya ada orang yang membantu untuk mengangkat goni-goni berisi padi yang akan digiling, membantu mengangkatnya ke atas mobil rakitannya. Beberapa tahun lalu ia masih sanggup menangani sendiri, mulai dari mengangkat padi, memproses penggilingan, memilah beras. Tapi seiring pertambahan usia dan tenaga makin surut, Kilper yang sudah punya beberapa cucu ini berharap pihak pemesan gilingan padinya ada yang membantu hanya mengangkat goni-goni berisi padi ke atas." Saya sejak awal main singel tak pernah punya pembantu, karena jika punya pembantu saya bisa malas kebanyakan istirahat," katanya terkekeh.
 Tak jarang, dalam sehari mulai pagi saat banyak warga mau menggiling padinya, bisa mengoperasikan mesinnya sampai gelap malam. Dia tak tega jika ada yang kecewa tak kebagian giliran, selagi masih memungkinkan waktunya pasti masih diladeni.
 Pada hari Kamis (15/1) kelihatan mobil gilingan padi keliling milik Kilper Toruan mundar mandir dari satu desa ke desa lain di seputaran Desa Hutabarat dan Simanungkalit Kecamatan Sipoholon. Hari itu banyak pesanan orang yang mau menggiing padinya. Karena musim hujan berkepanjangan beberapa minggu ini, banyak orang yang mulai menipis persediaan berasnya. Tapi saat sesekali cuaca cerah dan ada panas matahari, saat itulah ramai-ramai warga desa petani menjemur padi untuk digiling. Nah, saat itulah Kilper repot menerima pesanan dari sana-sini. Telepon selulernya pun tiap jam berbunyi, kalau tak SMS yang masuk, ya telepon langsung. "Ini pesanan terakhir saya datang ke desa ini, dari pagi terus kerja, kerja terus," katanya saat menggiing padi ibu boru Hutabarat di kawasan Parbaju Pea , baru tuntas menjelang hari gelap.(Leonardo TS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar