Selasa, 13 Januari 2015

Bahayanya Jika Bersuami Lebih Muda

Ilustrasi (realis.gift)=
Kisah ringkas ini berangkat dari pengalaman seorang isteri yang memilih jodohnya cowok yang usianya  terpaut cukup jauh lebih muda. Tapi true story ini bukan berarti gambaran secara umum, bahwa setiap pasangan beda usia khususnya kalau suami yang lebih muda, endingnya dramatis berujung kalang kabut. Mungkin saja, Liana yang tak beruntung karena suami yang dicintainya berubah jadi playboy.
Sudah berapa tahun sejak merit , pertanyaan ini mengawali percakapan Ekspresiana dengan Liana (bukan nama sebenarnya), ketika bertemu di kantor instansi pemerintah di salah satu kota di Sumatera Utara, awal Mei barusan. Awalnya Liana tak tersentuh untuk cerita. Wajahnya yang lumayan feminin mirip Febi Febiola membersitkan apatisme. Dia sesungguhnya tak gentar jika akhirnya perkawinannya dengan Gusta harus bubar. “Ini jalan tahun ketiga, perkawinan ini saya anggap kebohongan walau realita.” Ada nuansa amarah yang dipendam dalam nada suaranya, tapi di sisi lain ia berupaya agar tegar dan arif menghadapi badai yang singgah di tengah kehidupannya yang sebenarnya baru start.
Tiga tahun lalu, Liana yang berusia 29 tahun bertemu  Gusta yang enam tahun lebih muda (24 tahun). Ketika itu Gusta yang bekerja di sebuah percetakan menemani ibunya check-up ke RS Horas Insani Pematang Siantar. Di kursi tunggu poliklinik dokter internist Gusta berkenalan dengan Liana, yang juga lagi membawa ibunya berobat ke dokter yang sama. Dari mata turun ke hati, rupanya lirikan-lirikan dan cara pandang Gusta menggetarkan gawang hati gadis itu. Meski pada saat itu Liana tahu usia anak muda ganteng itu masih dibawahnya. Percakapan mengalir lancar hingga saling tanya nomor ponsel dan alamat rumah. Di belakang hari, Gusta tak hanya bertandang ke kantor tempat kerja Liana, ia juga datang ke rumahnya sekitar tiga kilo meter di luar kota Siantar arah Medan.
Awalnya ketika Gusta mengungkapkan cintanya, tak ada gayung bersambut. Liana sadar beda usia mereka terpaut cukup jauh. Ibu Liana juga mengingatkan anaknya, kuranglah elok jika beda usia cewek terlalu jauh dari cowok kalau ditujukan untuk mahligai rumah tangga. Sementara ibunya Gusta tak mempersoalkannya, dengan alasan yang penting sudah saling mencintai. Banyak contoh pasangan suami isteri beda usia (cowok lebih muda dari cewek), dan mereka hidup bahagia hingga ke anak cucu. Liana condong pada pendapat ibu Gusta. Lagian, jika dilihat sepintas tak begitu nampak perbedaan usia itu dari performance mereka. Kelihatannya masih sepantaran.
Pacaran tak terlalu lama, hanya sekitar tiga bulan. Pihak keluarga Gusta pun mengajukan lamaran ke pihak keluarga Liana. Prosesnya tak rumit ketika orang tua Liana akhirnya meretui pernikahan di bulan Oktober 2008. Pesta sangat meriah di sebuah wisma di Medan.
Rumah tangga yang dibangun cukup membahagiakan, hingga lahirnya seorang anak lelaki sebagai buah cinta pasangan ini. Tapi prahara mulai mengusik, seiring makin kerapnya Gusta pulang sesuai jadual  biasanya. Gusta selalu pulang larut malam, bahkan hingga jelang pagi.Alasan makin padat pesanan cetakan. Liana bisa memahaminya. Tapi ia mulai bercuriga kalau di kemudian hari, penampilan Gusta makin beda. Dia makin boros beli pakaian dengan mode yang lagi trend. Sepeda motornya pun dibuat makin norak, buka saringan knalpot hingga mengluarkan suara bising mengganggu tetangga.  Sikap Gusta juga diamati Liana jauh berubah. Dia sering menjawab kasar saat ditanya dari mana, kenapa pulang selalu larut malam. Pernah Gusta beberapa kali main bentak, tapi tak sampai lalu tangan. Liana sejauh itu tegar saja, bersabar dengan memaklumi suaminya masih sulit meninggalkan jiwa muda dan kebiasaannya. Beberapa kali temannya datang ke rumah Gusta dengan sikap tak sopan. Mereka main gitar dan nyanyi hingga larut malam di beranda. Tak jarang membawa minuman keras. Liana tak sabar untuk memprotes tingkah suaminya ” ingat pa, kamu bukan anak lajang lagi, kau sekarang sudah jadi seorang ayah, tolong jaga martabat kita.”
Gara-gara diprotes begitu, Gusta yang sudah setengah tenggen mendorong Liana sampai terjatuh di sofa. ” Sialan kamu dasar mama-mama sudah tua keriputan lagi, mau ngatur-ngatur orang. Sana kamu urusin anak aja.”
Sejak itu Liana suka menangis dan termenung? Rasa penyesalan itu menyergap tapi ia menepisnya. Walau ia merahasiakan hal itu, akhirnya bocor juga ke kuping ibunya. “Nah, apa ibu bilang. Dulu juga ibu ingatkan pikir dulu masak-masak memilih suami terlalu muda. Lihat aja dirimu, baru beranak satu sudah tak karuan tampilanmu, sedangkan suamimu merasa dirinya masih perjaka. Lihat aja pergaulannya, masak anak-anak preman simpang sampai anak SMA. Pasti dia itu belum puas menjalani masa remajanya, dan sekarang itulah yang sedang dijalaninya.” Liana tak berkata sepatah kata mendengar repetan ibunya.
Hubungan fisik layaknya suami isteri memang masih berlangsung, walau intensitas dan kualitas tak seperti baru nikah. Gusta masih mau meminta tapi romantisme sudah jauh berkurang. Liana bersikap lebih dewasa, ingin membimbing suaminya dalam hal seksual persuamiisterian. Tapi gairah bercintanya anjlok seratus persen. Ia hanya sekadar merebah, melayani sebagai isteri mana kala Gusta menginginkan.
Di hari-hari berikutnya, Isu perselingkuhan suaminya dengan mantan pacar waktu di SMA, berhembus dari kanan kiri.Liana harus menebalkan muka dan berlagak tuli jika ada orang melapor, telah beberapa kali melihat Gusta main-main di kafe dan taman bunga dengan aneka macam cewek. Liana tak tahan lagi akhirnya, mengadukan hal itu pada abangnya seorang anggota satpam di Medan. Abangnya seorang bertemperamen tinggi langsung mengajak Liana mengecek isu itu. Dan apa yang mereka lihat sungguh menyakitkan hati setiap isteri di dunia ini. Gusta sedang asyik bermesraan dengan dua orang cewek muda di taman bunga. Piring bekas makanan masih berserakan di atas meja. Gila! Masak di tempat terbuka meski agak remang, Gusta bermanja dengan dua gadis sekaligus. Yang satu duduk di pangkuannya, satu lagi disampingnya, tertawa cekikikan. Abang Liana segera mendatangi Gusta, walau Liana berkeras menghalangi. Gusta pun dihajar iparnya sampai tunggang langgang. Untung dilerai orang yang berada di sekitar taman.
Seperti diduga Liana, Persoalan itu membuat hubungan suami isteri mereka makin parah, makin kelam. Gusta terus menerus mengecam Liana dan mencetuskan dendam pada iparnya. Ketika suatu waktu Gusta menamparinya dan mengambil pisau dapur, Liana bertindak cepat mengambil langkah seribu ke rumah ibunya. Sampai dua bulan tak ada reaksi dari pihak Gusta membiarkan Liana dan anaknya meninggalkan rumah. Persoalan dibawa ke forum orang-orang tua. Pihak keluarga Gusta tetap gagal memutuskan apakah Gusta masih bisa diamankan untuk rujuk lagi. Sedangkan sebagian keluarga Liana bersikeras tak menerima perlakuan Gusta in person. Intinya, lebih baik cerai saja.
Liana terombang-ambing tak punya pegangan. Di satu sisi ia masih mencintai Gusta sebagai ayah dari anak satu-satunya, tapi di pihak lain ia ngeri membayangkan perilaku Gusta yang tak obahnya seperti anak-anak muda jaman sekarang, tak beraturan, tak punya etika, tak punya tanggung jawab sama sekali.
Belakangan Liana menyadari peringatan ibunya yang berulangkali dicetuskan sebelum pernikahannya dengan Gusta. ” perkawinan itu sering dibuat samar dengan hanya dalil cinta, tapi pengalaman ibu adalah guru terbaik. Idealnya seorang gadis dewasa seperti kamu menikah dengan pria yang juga dewasa, bahkan lebih dewasa darimu. Janganlah rendahkan martabatmu, ketika suamimu kelak bukannya menjadi suami yang ideal karena jauh lebih muda, bisa-bisa kamu menjadi seorang ibu yang harus menekan perasaan bersuamikan seorang lelaki yang terlalu hijau memandang hidup ini.”
Ibu benar. Bisik Liana menahan air mata, seraya meninabobo anak di pangkuannya. Ia menempuh jalur pengadilan untuk cerai atas saran semua keluarga bahkan tetangga. Meski terasa berat, Liana harus memilihnya. “Akhirnya kami sudah cerai. Aku lebih baik memilih hidup sendiri bang, dan ke depan aku tak tahu apakah masih ada pilihan lain yang terbaik bagiku. aku hanya berserah diri pada kodrat hidupku saja.” (Lihat juga:Kompasiana.Com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar