Sabtu, 21 Februari 2015

Bisnis Batu Cincin di Medan, Warga Bagai Terhipnotis

Suasana bursa batu permata di Carrefour Medan Fair Plaza, Kamis (19/2) difoto
SARINGAR.Net dari lantai atas. Peminat tiap menit silih berganti berkerumun.
(SARINGAR.Net/Leonardo TSS)=
Pemuda bernama Gibson ini memakai empat cincin aneka jenis di tangannya. Menurut
dia, batu cincin tak semua bermutu dan cocok dengan si pemakai, harus ada feeling
apakah batu tertentu cocok atau tidak.
Indah dan gemerlapnya aneka batu cincin yang digelar di pusat perbelanjaan seakan
menghipnotis banyak orang melihat dan membeli (Foto:Leonardo TSS) =

Gemerlapnya lampu ribuan wat di Carrefour Medan Fair Plaza Jalan Gatot Subroto, tampak semakin semarak oleh kilau ribuan batu permata yang digelar dan dijual di lantai 2 pusat perbelanjaan itu. Sejak beberapa minggu terakhir, inilah fenomena sosial yang menghiasi Kota Medan. Tak hanya di pusat perbelanjaan, di kaki-kaki lima pun, pedagang batu cincin bermunculan di sana-sini.
Sekilas pandang, segera bisa dipastikan bahwa sebagian besar warga Medan keranjingan batu alam dengan aneka daya tarik yang membuat orang seakan terhipnotis, minimal untuk cuci mata melihat-lihat. Tapi tak kurang banyaknya warga kota ini yang merogoh kocek untuk membeli. Bahkan banyak yang membeli tak satu buah, tapi ada yang borong tiga sampai lima cincin dibawa pulang ke rumah. Apakah sekedar untuk koleksi? "Tidak bang, saya memang penggemar berat batu cincin,"ujar seorang pria paruh baya ketika disapa SARINGAR.Net, Kamis (19/2) di lantai 2 Carrefour. Dia mengaku telah mengeluarkan uang jutaan untuk membeli batu aneka jenis dan harga. Dia menyukai permata Bacan dari Maluku Utara.
Demam batu cincin sebagaimana dilansir media cetak dan media online, memang sudah menasional. Tak hanya di Medan, demam batu cincin juga melanda berbagai kota besar dan kecil, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang,Pekanbaru, Palembang, Makasar dan lain-lain. Tak hanya di mall atau plaza, di kaki lima juga tampak bermunculan pedagang batu alam seperti terlihat di Jalan Garuda Mandala, Medan. Penggemar  juga selalu banyak tiap hari. Dan dalam keramaian penggemar itu, tak jarang kedengaran semacam forum diskusi membahas aneka batu yang digelar, di antara para peminat dan pedagang batu. Sang pedagang juga umumnya sangat pintar menguraikan ciri khas dan keistimewaan setiap batu yang dijajakannya.
 Harga bebatuan yang terpantau seperti di Carrefour, Medan Mall, atau Grand Paladium, memang bervariasi. Tergantung jenis batunya. Yang paling menonjol misalnya batu Tapak Jalak, Pasir Mas, Kecubung, Topaz, Junjung Derajat, Akik Kayu, dan banyak lainnya. Ada yang per biji Rp 250.000, ada yang Rp 300.000, dan banyak lainnya sampai Rp 800.000. Selain menjual batu jadi, pedagang juga menyediakan hanya pengikat terbuat dari titanum yang katanya tak luntur. Juga tersedia bahan pengkilap batu seharga Rp 75.000 plus serbuk mutiara Rp 75.000.
 Seorang diantara pengunjung dari Jakarta, Jesse H Pardamean mengatakan sudah lama menjadi penyuka batu cincin. Tapi belum pernah situasinya sehebat sekarang."Ini memang sangat fenomenal. Saya rasa bisnis batu cincin akan tetap bertahan menjadi komoditi yang disenangi masyarakat luas," ujarnya saat ditanya SARINGAR di Grand Paladium. Di pusat perbelanjaan Paladium ini  sejak lama memang merupakan sentra penjualan batu bermutu tinggi. Di sini batu yang dijual memang sangat variatif dan fantastik. Cincin ukuran sangat besar banyak dipajang di setiap pedagang batu.
 Tak hanya pria, kaum hawa juga banyak yang terpikat untuk membeli. Bahkan anak muda dan anak di bawah umur tampak ikut berkerumun menyaksikan "demonstrasi" bebatuan dengan ragam keunikan dan keindahannya. Yang yakin percaya bahwa itu murni batu alam sama banyaknya dengan mereka yang ragu, dan menganggap sebagian besar batu yang dipajang di situ adalah batu sintetis. Di tempat batu digelar juga tampak diperlihatkan batu-batu asli dengan ukuran besar. Barangkali sebagai pembuktian bahwa batu-batu jadi yang dijual itu berasal dari batu tersebut.
 Seorang anak muda bernama Gibson, tampak begitu asyiknya mencermati batu-batu yang dijual di Carrefour. "Saya memang penggemar batu cincin alami, tapi saya lihat dulu seksama apakah batunya benar-benar tulen dari batu alam atau sintetis," ujarnya seraya menunjukkan empat cincin ukuran besar yang melingkar di jarinya. Waktu di Jakarta ia punya berbagai jenis batu bermutu tinggi.  Gibson cukup menguasai aneka jenis batu dan namanya. "Saya tak mau sembarang beli batu, karena tak semua batu cocok dipakai orang, menurut yang saya pelajari secara alami," imbuhnya.
 Memang sejak lama kecenderungan orang Indonesia terhadap batu cincin sudah ada. Tapi bahwa saat ini kecenderungan itu sudah meningkat menjadi keranjingan, itu sudah bisa disebut fenomena luar biasa. Dan itu soal hobi seseorang yang bermuara pada rasa senang dan nikmat yang sulit dideskripsikan. Masalahnya tak sesederhana memakai cincin berbatu. Lebih dari itu mungkin ada kaitan rasa seni tersendiri. (LEONARDO TSS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar