EKSPRESIANA- Terkait
penolakan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI Jakarta
oleh Front Pembela Islam (FPI), dikomentari anggota DPRD Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), Jefry Un Banunaek.
Menurut Jefry, Ketua FPI, Habib Rizieq dan anggota FPI lain harusnya melakukan studi banding ke NTT soal kebhinekaan.
“Saya
anggota DPRD dari NTT mengundang Habib Rizieq dan FPI untuk datang
studi banding ke NTT, guna melihat suasana kebersamaan dalam kehidupan
yang harmonis. Walaupun kami di NTT mayoritas beragama Kristen, namun
ketua DPRD kami berasal dari muslim. Harus diakui memang ada pro dan
kontra, tetapi itu tidak sama seperti yang dilakukan oleh FPI,” tegas
Jefry.
Politisi muda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)
yang dikenal vokal itu mengatakan, NTT walaupun dikenal sebagai provinsi
yang tertinggal, tetapi tidak miskin moral. Seharusnya, kata Jefry, FPI
sebagai organisasi yang selalu berada di garda depan, setiap aksinya
harus menggambarkan seperti yang diwakilinya.
"Kami di NTT,
semakin hari kian terbuka dan semakin terpupuk rasa saling menghargai.
Perbedaan tentunya ada, tetapi itu harus dipakai untuk membangun, bukan
malah menjatuhkan,” kata Jefry.
Penolakan terhadap Ahok, menurut
Jefry, adalah bentuk perlawanan FPI terhadap konstitusi. Oleh karena
itu, Jefry meminta FPI segera meminta maaf kepada seluruh rakyat
Indonesia, kalau mau masih menjadi pembela yang benar.
Jefry mengatakan, sudah bukan zamannya lagi membangun bangsa pakai otot. Sekarang zamannya pakai otak.
Sebab, kata Jefry, kalau mau ekstrem, kata Jefry, orang NTT dikenal sangat ekstrem karena memang besar di alam yang ekstrem.
“Saya
yakin FPI adalah organisasi yang lahir untuk membela yang benar. Hanya
saja, FPI sekarang ini sudah ditunggangi untuk tujuan-tujuan tertentu
yang sudah bukan menjadi tujuan awal FPI,” pungkasnya. (kps.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar