Rizal Ramli = |
Sementara itu, MPR bermaksud
meminta penjelasan pemerintah terkait keputusan menaikkan harga BBM.
“Selamat kepada Jokowi yang
menaikkan harga BBM justru ketika tren harga minyak mentah dunia
sedang turun. Sungguh, apa yang dilakukan Jokowi belum pernah
dilakukan pemerintah sebelumnya,” kata Rizal Ramli kepada wartawan,
usai diterima Ketua MPR Zulkifli Hasan, di kantornya, Selasa (18/11).
Seperti diketahui, harga
minyak mentah dunia, dalam beberapa bulan terakhir terus turun. Di
bursa New York Marcantile Exchange (NYMEX), harga minyak hari ini
diperdagangkan pada kisaran US$74,98/barel.
Dengan kecenderungan yang
terus turun, Malaysia justru tengah bersiap-siap menurunkan BBM di
dalam negerinya.
Sebelumnya, sejumlah negara
sudah menurunkan harga jual BBM-nya. Tiongkok bahkan dalam tujuh
tahun terakhir sudah tujuh kali menurunkan harga BBM di dalam
negerinya. Yang terakhir dilakukan pada 1 November 2014.
Dalam konteks ini, Rizal Ramli
juga mengucapkan selamat atas keputusan Jokowi yang menaikkan harga
BBM tanpa pernah mau menjelaskan berapa sebenarnya biaya pokok
produksi BBM di dalam negeri.
Selama ini rakyat selalu
dijejali dengan dogma bahwa telah terjadi subsidi harga BBM di dalam
negeri yang sangat membebani APBN.
“Dalam soal BBM pemerintah
kita, dari rezim ke rezim, selalu saja sibuk dengan urusan hilir,
yaitu harga. Begitu ada tekanan terhadap APBN, langkah yang diambil
selalu menaikkan harga BBM. Ini langkah pemerintah yang malas dan
tidak kreatif. Akibatnya rakyat yang selalu menjadi korban,” tukas
Menteri Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid ini geram.
Menurut dia, soal BBM yang
paling mendasar justru di sisi hulu. Pemerintah seharusnya
memberantas mafia migas yang telah banyak merugikan rakyat dan bangsa
Indonesia. Soal BBM juga terkait dengan cost recovery yang
telah naik hingga 200% dengan lifting yang justru turun sampai
40%.
Masih soal hulu BBM, Menkeu
era Gus Dur yang dikenal gigih memperjuangkan ekonomi konstitusi ini
berkali-kali menyarankan pentingnya pemerintah membangun kilang
minyak (refinery) 3x200.000 barel. Dengan adanya kilang,
pemerintah bisa menghemat biaya pengadaan BBM hingga 50% dari
sekarang.
“Kesimpulan saya
pemerintahan Jokowi hanya tidak ada bedanya dengan rezim sebelumnya.
Lebih ironis lagi, besarnya kenaikan yang Rp2.000/liter itu persis
dengan desakan Bank Dunia. Ini mengkonfirmasi, siapa sesungguhnya
yang men-drive
kebijakan ekonomi di negeri ini. Jargon berpihak kepada rakyat yang
digembar-gemborkan Jokowi, ternyata palsu belaka,” tukasnya.
Pada kesempatan itu Zulkifli
mengatakan, sependapat dengan Rizal Ramli. Dia mengatakan kenaikan
harga BBM kali ini timing-nya tidak pas. Pasalnya, kenaikan
justru diberlakukan saat harga minyak dunia cenderung turun.
“Saya juga persoalkan
kenaikan sebesar Rp2.000 itu. Hitung-hitungannya dari mana? Apa tidak
terlalu besar. Tapi saya ingin tegaskan, kenaikan harga BBM sama
sekali bukan domain MPR. Hal itu sepenuhnya daerah pemerintah,”
kata Zulkifli.
Sehubungan dengan itu, lanjut
dia, MPR akan memanggil pemerintah untuk dimintai penjelasannya
seputar kenaikan harga BBM.
Mantan Menteri Kehutanan pada
era SBY itu berharap rapat konsultasi dengan pemerintah bisa
diselenggarakan secepatnya.(sp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar