Jumat, 19 Februari 2016

Warga Indonesia Perangi Kanker di Malaysia

Mount Miriam Hospital pusat pengobatan kanker di Penang =
Dr Rakesh Raman konsultan oncologist
Ibu boru Hutabarat dari Tarutung sedang menjalani kemotheraphy, setiap kemo
memakan waktu lebih 5 jam =
Sinambela warga Simalungun ketiduran di ruang tunggu radiasi =
Penderita kanker menunggu giliran pemeriksaan dokter di Miriam Hospital Penang.
Sebagian besar dari Indonesia, terutama Sumut. =
Wanita India di bagian resepsionis terus sibuk melayani pasien yang silih berganti =
Ruangan kemotheraphy Mount Miriam Hospital yang rapi bersih dan sejuk =
BATAKINDONEWS.COM -  Untuk apa warga Indonesia ramai-ramai datang ke Pulau Pinang, Malaysia? Ya, bisa saja ada urusan tertentu. Bisnis misalnya. Tetapi, banyak warga Indonesia datang ke Penang untuk berobat. Terutama untuk penderita penyakit kanker, Penang lah dianggap terminal yang tepat untuk mengobatinya. Kanker memang penyakit menakutkan siapa saja. Tak soal dia sudah tua atau masih muda, kanker bisa bercokol di tubuh seseorang. Terutama fenomena belakangan ini, jenis kanker payudara dan serviks ( rahim), banyak yang menyerang kaum perempuan. Ada yang bisa sembuh diobati di Jakarta atau Medan, tapi jika sudah stadium kritis, apa boleh buat banyak yang akhirnya melawat ke Malaysia. Karena mendengar cerita atau pengakuan dari penderita yang sudah sembuh setelah berobat di Penang. "Kami ke Penang bukan karena banyak uang, tapi kami masih ingin hidup sehat, untuk itu kami datang ke sini untuk memerangi kanker, jangan sampai merenggut nyawa saya karena tak diobati," kata seorang ibu boru Simbolon, Februari tahun ini.
 Ada beberapa hospital terkemuka di Penang untuk berobat penyakit apa saja. Tapi khusus untuk kanker, rujukan akhir untuk sinar (radiasi), kemotherapi, tomotherapi, dan rawatan intensif lainnya tetap juga ke Mount Miriam Hospital di kawasan Tanjong Bungah. Di sana ada pakar untuk itu, Rakesh Raman, Fabian Lee, Doris, dan lainnya.
 Rumah sakit yang didirikan dengan semangat kepedulian tahun 1963 oleh Francis Chan bishop katholik pertama di Pulau Pinang, memang sebuah hospital dengan pelayanan yang profesional. Walaupun berobat di hospital ini membutuhkan biaya tidak sedikit, tapi setiap saat pasien silih berganti berdatangan. Tak hanya dari Jakarta, Surabaya, Bandung, dan kota besar lainnya di Jawa, pasien juga banyak dari kota-kota di Sumut. Selain dari Medan,  ada yang dari Pematang Siantar, Balige, Tarutung, Sibolga, dan lainnya.
 Informasi diperoleh memang memberi fakta mencengangkan. Sekitar 80 persen pasien luar yang datang ke Penang berasal dari Indonesia. Dan dari 80 persen itu, terbanyak adalah dari Sumut.
 Kenapa tidak berobat di Indonesia? Terus terang, sejumlah pasien orang Batak mengatakan kepada www. batakindonews.com, bukannya tak mau berobat di Indonesia, tapi pelayanan dokter di sana pada umumnya kurang memuaskan. " Saya disuruh mengurus BPJS oleh dokter di Medan, tapi setelah selesai malah sepertinya si dokter berniat lain, tidak tulus melayani ibu saya dengan BPJS. terkesan mempermainkan atau mau memeras," ujar dua warga yang mengurusi keluarganya berobat di Miriam Hospital.
 Komentar lain tapi lebih tajam terdengar dari seorang pasien lainnya berasal dari Medan," kalau kita ingin punya rumah sakit setara dengan yang di Penang ini, harus dimulai dengan revolusi mental dulu di kalangan dokter." Nah...kalau begitu, kapan akan dimulai? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar