Senin, 22 Februari 2016

(SKETSA) Gigihnya Boru Batak Melawan Ganasnya Kanker

BATAKINDONEWS.COM -

Kantor Imigrasi di beberapa tempat di Sumut, dari hari ke hari selalu penuh dengan warga Indonesia yang mengurusi paspor. Tak hanya di Gatsu atau Mangkubumi Medan, juga di perwakilan imigrasi Sibolga dan Siantar.
Itu memang hal yang biasa, mengingat masa sekarang ini ada kecenderungan kalau warga Sumut juga makin suka bepergian ke luar negeri untuk berbagai urusan, termasuk berwisata rohani ke Yerusalem. Keinginan jalan-jalan ke berbagai sudut dunia, makin terbuka dengan munculnya berbagai biro perjalanan (travel) hingga di kota kecil seperti Tarutung dan Balige.
 Tapi, kenyataannya tak semua yang berurusan paspor itu tujuannya untuk melancong-lancong. Banyak dari warga Sumut, khususnya dari kawasan Tapanuli, berurusan paspor hanya untuk berobat ke Pulau Pinang (Penang), Malaysia.
 Kenapa harus ke Penang? Pengakuan yang dihimpun www. batakindonews.com dari sejumlah orang Batak di Kantor Imigrasi Jalan Mangkubumi dan Gatot Subroto Medan, setidaknya didorong oleh rasa tidak puas dan kurang optimis terhadap pelayanan yang baik dari dokter dan rumah sakit yang ada di daerah itu. Dorongan berobat ke Penang makin bergelora lagi setelah mendengar cerita dari orang-orang yang berhasil disembuhkan di beberapa hospital di negeri jiran itu.
 Dari observasi sepintas yang dilakukan situs web ini di dua hospital di Penang, seperti Adventis dan Mount Miriam Hospital, ternyata banyak orang Batak (selain Tionghoa) yang dominan menjadi pasien di sana.
 Lalu penyakit apa saja yang dibawa ke Penang? Cukup mengherankan dan membuat hati miris. Meskipun banyak juga pasien itu datang ke Penang sekedar check-up atau mengobati penyakit umum, ternyata banyak dari pasien itu adalah boru Batak yang berjuang melawan ganasnya penyakit kanker yang bersarang di tubuhnya.  Banyaknya perempuan Batak yang mengidap sakit kanker dengan jenis dan stadium berbeda, bisa disaksikan sendiri di Mount Miriam Hospital di kawasan Tanjung Tokong. Rumah sakit ini konon merupakan hospital rujukan bagi pasien kanker yang harus menjalani pengobatan dengan kemoterapi, radiasi, tomoterapi, brakiterapi. 
 Tapi mengobati kanker di sana, tidaklah semudah dibayangkan. Selain memerlukan biaya relatif besar, waktu yang tidak singkat, para pasien dan keluarga yang mendampingi harus siap menginap di tempat yang mereka pilih. Boleh di hotel yang banyak bertebar di Penang, atau boleh juga pada homestay atau rumah biasa yang belakangan makin banyak dibisniskan pemilik menjadi tempat akomodasi khusus bagi orang sakit. Yang terakhir ini menjadi pilihan kebanyakan pasien kanker di Miriam Hospital, karena dianggap lebih praktis. Banyak orang Batak yang harus memasak makanan sendiri untuk menghemat kost. Mereka, terutama boru Batak yang sedang menghadapi keganasan sel-sel kanker itu terlihat begitu semangat dan gigih untuk melawan penyakit jahat itu. Apapun akan kami korbankan selagi bisa, asalkan masih bisa hidup lebih lama tanpa kanker, ujar seorang ibu boru Simbolon dari Simalungun.
 Lalu apa saja yang diderita para boru Batak yang jauh-jauh datang dari tempat asalnya ke Malaysia. Penulis web ini akan menurunkan beberapa cuplikannya pada bagian lain liputan khas dari Pulau Pinang pada kesempatan lain. Teruslah mengikuti, jika berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar