Sabtu, 27 Desember 2014

(KREASI) Jauh-jauh Dari Semarang Ngecat Rumah di Tarutung

Parno sedang mencat sebuah rumah di Desa Hutabarat Tarutung =

 Semangat. Ya, semangat juang demi nafkah hidup, harus diakui cukup membara di hati orang sebangsa kita, Jawa. Tapi tak hanya spirit atau semangat hidup yang tinggi itu yang perlu diacungi jempol. Orang dari pulau Jawa sana, harus diakui juga memiliki kelebihan dalam hal kreatifitas, kekayaan yang mereka miliki menyangkut ide dan menciptakan sesuatu yang punya nilai jual. Tak semua etnik kreatif. Ada juga etnik tertentu yang cenderung hanya sebagai konsumen, miskin kreasi.
 Begitulah contoh yang terlihat pada foto di atas. Tak hanya kulineran yang dikenal dengan jualan baksonya, putu bambu, pecal lele, dan sebagainya yang kini makin ramai masuk ke pelosok Sumatera Utara termasuk ke Tanah Batak, juga kreasi dalam melekatkan keindahan pada rumah-rumah. Sejak tuga bulan terakhir ini, beberapa kota di Tapanuli seperti Tarutung, Siborongborong, Balige, didatangi sejumlah orang yang menawarkan kreatifitasnya memperindah rumah melalui sentuhan cat air yang artistik. Mereka mendatangi pemilik rumah tak hanya di kota, juga di pelosok desa.
 "Ibu mau kami beri keindahan dengan cat yang bagus, supaya rumah ibu tampak baru lagi," kata seorang lelaki muda yang melintas di depan rumah ibu boru Hutabarat di Desa Parbaju Julu, Tarutung, awal Nopember barusan. Awalnya si ibu kurang mengerti, karena dikiranya cuma cat biasa. Tapi setelah dijelaskan, akhirnya si ibu dan anaknya ingin mencoba.
 Alhasil, karya yang dilekatkan tukang cat itu sungguh menakjubkan. Sebanyak tiga orang pria muda usia yang mengaku datang dari Semarang,Jawa tengah itu, menawarkan harga Rp 7 juta untuk mengecat seluruh dinding luar dan jendela rumah si ibu. Tarifnya tergantung tafsiran luas yang akan dicat, tapi nego boleh. Jadinya Rp 4,5 juta.
 Catnya sepintas biasa saja, pakai serbuk beberapa warna, tergantung kemauan pemilik rumah. Dicampur dengan air biasa. Mereka bersihkan dulu dinding yang akan dicat, baru diberi cat dasar, lalu pasang cat yang akan tampil, habis itu diberi lagi air anti gores. Dinding rumah yang dicat dengan warna kuning dan coklat, diberi lagi dengan sentuhan ornamen seni, sehingga dinding yang aslinya beton berubah seolah-olah jadi dinding kayu. Kinerja mereka yang memuaskan membuat banyak orang memperbincangkan, dan kalau harga cocok mereka akan segera mengerjakannya. Dengan tenaga tiga orang Parno dkk bisa cepatmenyelesaikan. Mereka tampak fokus dan gesit bekerja. Mereka juga tak begitu fanatik, mau makan atau minum kopi yang ditawarkan pemilik rumah.
 Kini rumah ibu boru Hutabarat di desa Parbaju Julu yang semula catnya sudah kusam, jadi cemerlang lagi dengan sapuan seni cat yang atraktif, tampak seperti baru lagi. Perhatikan gambar saat salah seorang kru tukang cat dari Semarang itu sedang mulai melakukan pengecatan tanpa banyak basa-basi. (Leonardo TS Joentak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar