Senin, 01 Desember 2014

SBY dan Jokowi Berbagi Filosofi Kepemimpinan














EKSPRESIANA-. Presiden Joko Widodo tiba-tiba memposting tulisan soal kepemimpinan tirani di status akun Facebook-nya. Jokowi menjelaskan perbedaan antara pemimpin tirani dan pemimpin yang dipercaya rakyat. Entah kepada siapa status itu ditujukan, namun tulisan ini tidak berselang lama dari tulisan SBY yang menyindir soal pemimpin yang gemar pencitraan.

Dalam status yang diunggah di akun Jokowi sekitar satu jam lalu, ketika diakses merdeka.com sekitar pukul 21.00 WIB, Jumat (28/11), Jokowi memulai tulisannya dengan menjelaskan basis kepemimpinan dalam demokrasi adalah kepercayaan.
"Basis kepemimpinan dalam demokrasi adalah kepercayaan, dan kepercayaan itu dibangun di antaranya oleh rekam jejak, ketulusan hati dan kesungguhan dalam bekerja."
 Jokowi melanjutkan, "Beda antara kepemimpinan yang dipercaya dengan kepemimpinan tirani, kepemimpinan yang dipercaya diperoleh melalui kesadaran rakyat atas tujuan tujuan negara, sementara kepemimpinan tirani adalah membungkam kesadaran rakyat bisa itu dengan bayonet atau pencitraan tanpa kerja."
 Dan Jokowi menutupnya dengan kalimat "Dan dalam kepemimpinan saya hal paling penting adalah membangun kepercayaan rakyat dengan kesadaran penuh bahwa ada tujuan-tujuan besar negara ini menuju kemakmuran Indonesia Raya."

Sebelumnya, SBY siang tadi melalui kultwit di akun @SBYudhoyono membuat tulisan soal kepemimpinan tirani. Sesungguhnya hidup ini universitas yang abadi. Mari kita saling belajar, saling berbagi dan saling menasihati. *SBY*

Dalam dunia politik, kekuasaan menjadi yang utama. Raihlah kekuasaan itu dengan cara yang benar & gunakan pula secara benar. Kekuasaan juga menggoda. Karenanya, gunakanlah secara tepat & bijak. Jangan sewenang-wenang & jangan melampaui kewenangannya.

Nenek moyang kita mengingatkan, hendaknya kekuasaan tidak digunakan bak: "Besar hendak melanda, panjang hendak melindih". Tidakkah Allah SWT memberikan kekuasaan kepada yang dikehendaki, dan mencabut kekuasaan itu dari siapa yang dikehendaki.

Kebenaran mutlak adalah milik Tuhan. Karenanya, janganlah selalu membenarkan yang kuat, tetapi perkuatlah kebenaran. Petik pelajaran di dunia. Pemimpin yang selalu dibenarkan apapun perkataan & tindakannya, tak disadari bisa menjadi diktator atau tiran.
Setiap pemimpin pastilah ingin berbuat yg terbaik. Tidak ingin jadi diktator atau tiran & kemudian harus jatuh, seperti yg kerap terjadi.  Karenanya, dengan tetap menghormati pemimpin, rakyat bisa menyampaikan kritik & sarannya. Pemimpin mesti sabar mendengarkan.
  Kritik itu laksana obat. Jika dosis & cara meminumnya tepat, badan menjadi sehat. Mengkritik pemimpin haruslah beretika & patut. (mdk.com/LS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar