Senin, 01 Desember 2014

Air Panas Sipoholon, Akankah Bertahan Selamanya (Foto Bicara)

Bukit kapur Sipoholon sudah digreder untuk bisnis (Foto:Leonardo)
Sumber air panas Sipoholon yang memukau (ist)
Kawah air panas mendidih yang usianya ratusan tahun (Foto:Leonardo TS)=


  Beruntunglah Tanah Batak, khususnya wilayah Silindung memiliki ragam potensi pemandian natural yang eksis dari masa ke masa. Banyak orang menyebut, daerah ini adalah surganya pemandian alam. Dari air yang paling panas dan bernuansa belerang di kawasan Sipoholon dan Hutabarat, air suam-suam kuku di Ugan Jalan Sibolga, air yang ekstra dingin di Simarlailai Pancurnapitu, air pegunungan seputaran wilayah Pahae, dan - ini yang paling eksklusif- air soda yang terdapat di Desa Parbubu, dua km dari Tarutung. Semuanya ada di kawasan lembah ini.
 Sejak lama, pemandian aneka ragam itu juga sudah dieksploitasi untuk kepentingan umum. Dulu pemandian air panas Sipoholon di pinggir jalan lintas Sumatera itu, masih berupa sebuah kolam atau kubangan besar berlumpur. Tapi di tahun 70 an, mulai dikelola pemilik tanah menjadi tempat pemandian umum. Saat ini lokasi menjadi tempat sangat ramai. Puluhan rumah berganti status menjadi kedai atau restoran. Bahkan salah satu pengusaha pemandian,SM Simanjuntak alias Boli-Boli Cafe telah membangun resto cukup modern menyediakan kuliner nasional. Di situ juga dibangun penginapan bagi yang ingin menginap.
 Tapi belakangan sempat ada kekhawatiran muncul, setelah adanya aktivitas segelintir orang di sana yang telah menjadikan tanah kapur sekitar kawah-kawah air panas belerang menjadi komoditi bisnis. Di beberapa titik terlihat tanah kapur di perbukitan tak semulus dulu lagi, sudah compang-camping. Bahkan alat berat pun sudah ikut menggreder bukit-bukit kapur. Hal ini mencuatkan kekhawtiran, satu saat kawasan pemandian itu akan terganggu. Maka muncullah pertanyaan, akankah air panas yang menyedot banyak wisatawan domestik dan mancanegara ini, bertahan selamanya? Waktu juga yang akan menjawab. Tapi, yang jelas, air panas Sipoholon sebagai pemandian umum sudah menjadi salah satu ikon wisata kebanggaan bagi daerah itu. Sejauh manakah gerangan campur tangan pemerintah setempat untuk pemanfaatan lokasi-lokas pemandian natural itu, dalam konteks pengembangan pariwisata? (Leonardo Simanjuntak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar