Tapi
biarlah Togi saja yang bercerita, bagaimana sebenarnya duduk perkara
sehingga ia begitu mengagumi gigi kekasihnya,sekaligus membencinya
ketika kisah percintaannya berakhir tidak menyenangkan.
Togi pertama kali ketemu gadis lulusan Akper itu di sebuah toko buku jalan
Sisingamangaraja,Tarutung, kota kecil di Sumatera Utara yang didiami
banyak gadis ayu. Gadis itu menanyakan buku nyanyian gereja.Tapi pemilik
toko bilang, buku kebetulan sedang habis, lagi dipesan.
Saat si gadis meninggalkan toko, Togi mengikutinya. Sesampai di jalan
simpang kantor pos, Togi menyapa:” Tadi ito kudengar
mencari buku nyanyian gereja suplemen?” Togi orangnya tipe pemuda
blak-blakan. Tak mau dihadang verboden apa pun,menyangkut trik
berkomunikasi dengan gadis mana pun. Dia memang dikenal tipe pemuda
agresif. Tak pernah minder betapa pun cantiknya seorang gadis yang ia
suka. Terutama kalau disukai karena giginya bagus. (catatan:
panggilan ito bagi etnik Batak adalah sapaan familiar antara pria dan
wanita, sama seperti di Jawa sebutan Mas atau Mbak).
Gadis
itu memandang Togi, heran. Senyum menghias bibirnya yang indah. Baris
giginya yang putih bersih terlihat berbaris rapi, membuat Togi
terkesima.Sungguh gadis ideal yang menarik. “Benar, saya mau beli buku
itu, memangnya kenapa?” Tatapan matanya menyelidik. Ada nuansa
kehati-hatian tergurat di bola matanya. Setitik tahi lalat kecil
bertengger manis di sudut kiri bibirnya. Di mata Togi, tahi lalat itu
nilai plus yang mewarnai daya tarik gadis bergigi bagus ini.
Togi
tidak memperhatikan pertanyaan si gadis. Justru matanya tak berkedip
menatap gigi yang berderet indah di dalam mulut mungil itu. “Sorry ya,
saya sedang buru-buru”, si gadis melangkah cepat menaiki angkot yang
berhenti di depan kantor pos. Togi tersentak, dan spontan setengah
berlari ikut masuk ke dalam angkot berkode trayek 02 itu. Ternyata
penumpang hanya mereka berdua. Trayek 02 itu jurusan Sipoholon, kota
kecil dengan pemandian air panas belerangnya yang kesohor ke seantero
Indonesia.
Di
dalam angkot itu mereka berkenalan.Saat itu ingin rasanya Togi
melontarkan pujian, betapa bagusnya gigi si gadis. Tapi ia sadar terlalu
dini, itu tak mungkin sedang kenalan saja pun belum. Bisa marah nanti
orang yang punya gigi. Masya gigi saja harus dipuji segala, gumamnya
tertawa. Akan ada saatnya pujian itu disampaikan, sekiranya perkenalan
ini berlanjut ke arah yang lebih istimewa.
Gadis itu bernama
Rugun Bulungna, yang bermakna rimbun daunnya. Panggilan akrabnya cukup
Rugun saja.Nama yang aneh tapi dalam bahasa daerah itu punya makna yang
bagus. Dia seorang perawat bertugas di salah satu Pustu.Awalnya honorer
di Tebing Tinggi, pernah di Medan beberapa bulan, belakangan pindah ke
Tapanuli. Wajahnya lumayan cantik didukung postur tubuhnya yang
mengundang, membuatnya seperti bunga ros dikerubungi kumbang.
Tapi sejauh itu belum satu pun pria yang singgah di pelabuhan hatinya.
Lalu Togi hadir dengan ragam keanehan pribadi yang membuat Rugun
penasaran. Togi orangnya humoris, gamblang, apa adanya.Terkesan malah,
agak urakan,super agresif, mencerminkan pribadi polos. Rugun suka yang
begitu. Tak suka lelaki tukang gombal, biarlah lugu asalkan jujur. Biar
agak kampungan asal moderat romantis.
Togi baru tahu kalau gadis itu pernah mengajar anak sekolah minggu di satu gereja. Dia gadis alim, rajin ke gereja, dan aktif dalam kumpulan naposo bulung
(muda-mudi). “Aku lebih suka lagu rohani daripada mendengar lagu pop”,
katanya satu ketika. Pada waktu senggang, Rugun juga suka belajar main
organ ke rumah pendeta. Dia punya citarasa seni musik, dan mengerti
notasi balok.Ketika remaja sekarang gandrung lagu-lagu Dewa,Ungu, atau
Peterpan, Rugun justru paling senang lagu klasik Indonesia mau pun
Barat. Togi pernah dengar Rugun berulang-ulang main piano mengalunkan
instrumental ”I Cant Help falling in love with you”. Pada hal
lagu itu lagu zaman baheula yang pertama kali dinyanyikan Elvis Presley
dan Natking Cole. Kalau lagu Batak, maka Rugun tak pernah absen
mendendangkan Aek Sarulla tu dia ho lao, atau Anju Au.
Suaranya lumayan merdu, bahkan di ruang telinganya Togi, suaranya
cenderung eksotik melankolik.” Aku dukung kalau kamu coba tampil di
Indonesia Idol,” kata Togi. Disanjung begitu Rugun sebenarnya bangga,
tapi ia menyahuti sanjungan itu dengan menonjok perut Togi. Togi pun
mengaduh kesakitan. ”Kalau aku kenapa-kenapa tak jadi masalah, ada
perawat di depanku akan capek merawat,” rintih Togi.
Bulan
Desember menjelang penutupan tahun, mereka resmi pacaran. Togi super
aktif mengunjungi Rugun, kalau tidak ke Pustu, ya ke rumah kostnya di
tepi jalan raya Sumatera.. Namanya pun sudah pacaran, tentu kemesraan
boleh dilaksanakan, asal tetap dalam lingkaran, seperti didendangkan
band cewek Dara Puspita, dulu. Dan salah satu bentuk kemesraan orang
kasmaran, boleh-boleh saja berduaan di terang hari atau di malam ketika
bintang bertabur di langit, atau saat bulan mengintip di celah awan. Dan
kalau sudah berduaan, apa pun bisa terjadi. Tergantung kedua belah
pihak untuk menjaga agar tidak melanggar tapal batas yang diisyaratkan adat dan agama.
Togi
sudah lama memendam keinginan mengecup bibir pacarnya. Togi berkhayal,
kalau sudah berciuman berarti sudah merasakan sentuhan gigi putih bersih
yang dikaguminya itu. “Oh betapa harum bau mulutnya, betapa bersih nian
giginya tak terbayangkan”, gumam Togi dalam hati. Menjelang tidur ia
sering berilusi seperti itu. Dipegangnya tangan Rugun, tangan yang
lembut seperti tangan bayi. Lalu rambut ikal lewat sebahu itu
dibelainya, dan ia menunduk untuk mencium bibir Rugun. “Ah, jangan dulu
bang, jangan dulu”, si gadis menolak secara halus,memalingkan muka.
Malu-malu tapi mau? Bisik Togi dalam hati,menghibur diri. Cowok harus
berlatih sabar kalau cita-cita mau kesampaian.
Togi mengalah, walau hatinya memang
kecewa. Sudah lima kali Rugun selalu menolak untuk dicium. “Kenapa kau
selalu menolak sayang, padahal aku tidak meminta lebih dari ciuman”,
Togi mengeluh tapi suaranya lembut, takut Rugun tersinggung.
Dalam
remang cahaya bulan tanpa bintang di langit, Togi melihat Rugun
tersenyum. Betapa indahnya senyumnya, dan Togi membayangkan betapa
bagusnya gigi itu bila Rugun tersenyum. “Apakah aku harus bilang kalau
aku sedang sakit gigi, dan hingga sekarang belum sembuh-sembuh?”, kata
Rugun di antara semilir angin malam mendayu-dayu. Togi agak kaget
mendengarnya. Sakit gigi? Ah yang benar. Masya gigi sebagus itu dibilang
sakit. Jangan-jangan Rugun hanya berdalih karena memang tak suka dicium
lelaki. Atau,memang Rugun sama sekali belum pernah mengenal apa itu kissing?
“
Memangnya kamu sakit gigi benaran?” Togi bertanya penasaran siang
esoknya ketika jumpa lagi di tanggul Aek Sigeaon, sungai yang mengalir
membelah kota. Rugun baru belanja sesuatu dari toko, dan Togi
menggandengnya di atas tanggul menunggu ada angkot membawa Rugun ke
tempat kosnya.
Rugun
tersenyum melihat wajah Togi yang berubah.“ Kenapa? Kita tanya saja
gigiku…hei gigi kenapa kamu sakit”, Rugun bergurau sambil menunjuk
giginya. Togi tertawa geli. Sekali-sekali bergurau, Rugun begitu lucu.
Tai lalat di sudut bibirnya ikut bergerak-gerak.
Pernah
satu ketika, Togi datang ke Pustu. Waktu itu Rugun baru selesai makan.
Mereka pun ngobrol seperti biasa. Tapi Togi melihat di celah gigi Rugun
terdepan ada sisa sayuran daun ubi melekat. Rupanya Rugun tadi kurang
berkumur selesai makan, gumam Togi. Dalam pandangan matanya keindahan
gigi itu jadi berkurang dengan hadirnya sisa sayuran daun ubi tumbuk di
antara gigi yang bagus itu. Tapi Togi tak tega mengkritisi soal daun ubi
yang melekat di antara gigi itu. Itu namanya mempermalukan? Togi hanya
membuat suatu ilustrasi.
“ Kau pasti baru siap makan”, katanya sambil menatap wajah Rugun.
“ Dari mana kau tahu aku baru makan. Memang kau paranormal kesiangan ya”, Rugun mencibirkan bibir.
“Jangankan tau kau baru makan, sedang apa lauk sayur yang kau makan juga aku tau”, Togi berkata serius.
Rugun melengak memandang Togi.”Hah? Coba kalau kau betul paranormal, tadi aku makan pake sayur apa?”
“Pasti kita selera yang sama, paling suka makan daun ubi tumbuk, apalagi kalau dimasak santan”.
Rugun penasaran, berdiri.”Lho, kau tau dari mana aku makan sayur daun ubi, hah”.
Togi menjawab dengan tenang sambil menunjuk kaca oval tergantung di dinding.” Coba
pergi ke depan kaca itu, kamu tau jawabnya”. Dan Rugun terbahak-bahak
seraya menutupi mulut dengan tangan, setelah mengaca wajah di cermin.
Hubungan
asmara mereka tetap intim, meski tanpa ciuman. Togi makin penasaran
saja, tapi harus bersabar sampai Rugun benar-benar siap untuk dicium.
Sudah jalan tujuh bulan hubungan ini, tapi masya begitu lama alasan dia
sakit gigi melulu. Togi tak habis pikir menduga-duga. Sulit
dipercayainya, gadis muda secantik Rugun mengidap sakit gigi kronis.
Mana mungkin gigi yang teratur rapi dan bersih ternyata ada
kekurangannya. Tak ada tanda-tanda sama sekali kalau di antara gigi itu
ada yang tak beres. “Semoga sakit gigimu cepat sembuh, apa tak sebaiknya
di bawa ke dokter gigi?”, Togi bertanya, terus penasaran.
Rugun mengatakan, sudah ke dokter gigi, dan minggu depannya lagi masih
disuruh datang ke prakteknya di kota.
DUA minggu
berikutnya, Togi akan mendapatkan jawabannya. Seperti biasa Togi
mengendarai Supra Fitnya ke Pustu tempat Rugun bertugas. Diparkirnya
keretanya di halaman dekat rimbun bunga bougenvile. Suasana agak
lengang. Angin berhembus dari arah pegunungan.Togi melihat pintu Pustu
tertutup, tidak seperti biasanya. Mungkin Rugun sedang pergi ke tetangga
sebelah, atau jangan-jangan sedang tidur istirahat. Panas terik
matahari siang itu memungkinkan seseorang tidur. Barangkali tadi banyak
pasien yang harus dilayaninya.
Pada
ketukan keempat baru pintu dibuka. Rugun berdiri di ambang pintu, tapi
tak seperti biasa bibirnya tidak menghadirkan senyum. Rugun memegangi
wajahnya sebelah kanan, seperti menahan rasa nyeri. Togi memegangi
tangannya bertanya:” Apa kamu masih sakit gigi,sayang…?”
Rugun
menggeleng, beranjak menuju bangku panjang di sudut ruangan diikuti
Togi. “ Barusan aku ke rumah sakit, gigiku yang sakit sudah dicabut,
kata dokter supaya tidak menjalar ke gigi yang lain”.
Togi
terhenyak ketika Rugun memperlihatkan giginya. Togi melihat, salah satu
gigi kesayangannya tepat pada posisi gigi taring sebelah kanan sudah
bolong. Astagah, hanya gara-gara satu gigi saja tak ada di tempatnya
sudah membuat perubahan yang sangat mencolok. Togi terpana kecewa,
kesal, marah, ataukah prihatin namanya bergayut di benak . Nyata benar
bedanya, seperti bunyi iklan salah satu sabun mandi. Rugun masih tetap
cantik, tapi kecantikannya telah dirusak oleh hilangnya salah satu gigi
taring terdepan. Togi tertegun beberapa saat, menyembunyikan
kekecewaannya. Kenapa engkau rela gigimu yang bagus dicabut dokter tanpa
pemberitahuan padaku. Padahal satu ciuman pun belum sempat kau berikan.
Oh gigi….! Togi melihat satu perbedaan sangat besar pada
diri kekasihnya dengan hilangnya satu gigi yang selalu dikaguminya itu.
Entah kenapa senyuman Rugun tak seindah dulu lagi semasa giginya
berbaris lengkap saat tertawa atau senyum. Senyumannya terlihat lucu di
matanya. Dan entah mengapa, keinginan Togi yang selalu menggebu mencium
kekasihnya mulai berkurang, bahkan lama-lama hilang sama sekali. Aneh,
bisiknya di hati. Mana yang benar, aku mencintai gigi indahnya ataukah
mencintai Rugun seutuhnya. Seribu satu galau menerpa benaknya hingga
berminggu-minggu.
Tak jelas endingnya,apakah kisah percintaan mereka berlanjut ke pelaminan,atau bagaimana. (Dikisahkan seorang teman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar