Selasa, 19 Agustus 2014

STORY: Gigi Kekasih Hilang Satu

 
 

 

 


*leonardo tolsjoent

Apakah kadar cinta seseorang bisa pudar, bila gigi kekasih tersayang berkurang satu? Bagi Togi (bukan nama sebenarnya), jangankan kalau gigi hilang satu, sedangkan sekali saja pacarnya Rugun lupa menyikat gigi sudah kesal,bahkan bisa naik pitam.Semangat bercintanya pun spontan akan anjlok. Togi memang mengklaim dirinya pencinta wanita berpenampilan   bersih,apa lagi yang menyangkut gigi. Dia sangat cermat ketika melihat seorang gadis, apakah giginya rapi dan bersih. Gigi yang terawat baik adalah ponten utama baginya.
Tapi biarlah Togi saja yang bercerita, bagaimana sebenarnya duduk perkara sehingga ia begitu mengagumi gigi kekasihnya,sekaligus membencinya ketika kisah percintaannya berakhir tidak menyenangkan.
Togi pertama kali ketemu gadis lulusan Akper itu di sebuah toko buku jalan Sisingamangaraja,Tarutung, kota kecil di Sumatera Utara yang didiami banyak gadis ayu. Gadis itu menanyakan buku nyanyian gereja.Tapi pemilik toko bilang, buku kebetulan sedang habis, lagi dipesan. Saat si gadis meninggalkan toko, Togi mengikutinya. Sesampai di jalan simpang kantor pos, Togi menyapa:” Tadi ito kudengar mencari buku nyanyian gereja suplemen?” Togi orangnya tipe pemuda blak-blakan. Tak mau dihadang verboden apa pun,menyangkut trik berkomunikasi dengan gadis mana pun. Dia memang dikenal tipe pemuda agresif. Tak pernah minder betapa pun cantiknya seorang gadis yang ia suka. Terutama kalau disukai karena giginya bagus. (catatan: panggilan ito bagi etnik Batak adalah sapaan familiar antara pria dan wanita, sama seperti di Jawa sebutan Mas atau Mbak).
Gadis itu memandang Togi, heran. Senyum menghias bibirnya yang indah. Baris giginya yang putih bersih terlihat berbaris rapi, membuat Togi terkesima.Sungguh gadis ideal yang menarik. “Benar, saya mau beli buku itu, memangnya kenapa?” Tatapan matanya menyelidik. Ada nuansa kehati-hatian tergurat di bola matanya. Setitik tahi lalat kecil bertengger manis di sudut kiri bibirnya. Di mata Togi, tahi lalat itu nilai plus yang mewarnai daya tarik gadis bergigi bagus ini.
Togi tidak memperhatikan pertanyaan si gadis. Justru matanya tak berkedip menatap gigi yang berderet indah di dalam mulut mungil itu. “Sorry ya, saya sedang buru-buru”, si gadis melangkah cepat menaiki angkot yang berhenti di depan kantor pos. Togi tersentak, dan spontan setengah berlari ikut masuk ke dalam angkot berkode trayek 02 itu. Ternyata penumpang hanya mereka berdua. Trayek 02 itu jurusan Sipoholon, kota kecil dengan pemandian air panas belerangnya yang kesohor ke seantero Indonesia.
Di dalam angkot itu mereka berkenalan.Saat itu ingin rasanya Togi melontarkan pujian, betapa bagusnya gigi si gadis. Tapi ia sadar terlalu dini, itu tak mungkin sedang kenalan saja pun belum. Bisa marah nanti orang yang punya gigi. Masya gigi saja harus dipuji segala, gumamnya tertawa. Akan ada saatnya pujian itu disampaikan, sekiranya perkenalan ini berlanjut ke arah yang lebih istimewa.
Gadis itu bernama Rugun Bulungna, yang bermakna rimbun daunnya. Panggilan akrabnya cukup Rugun saja.Nama yang aneh tapi dalam bahasa daerah itu punya makna yang bagus. Dia seorang perawat bertugas di salah satu Pustu.Awalnya honorer di Tebing Tinggi, pernah di Medan beberapa bulan, belakangan pindah ke Tapanuli. Wajahnya lumayan cantik didukung postur tubuhnya yang mengundang, membuatnya seperti bunga ros dikerubungi kumbang. Tapi sejauh itu belum satu pun pria yang singgah di pelabuhan hatinya. Lalu Togi hadir dengan ragam keanehan pribadi yang membuat Rugun penasaran. Togi orangnya humoris, gamblang, apa adanya.Terkesan malah, agak urakan,super agresif, mencerminkan pribadi polos. Rugun suka yang begitu. Tak suka lelaki tukang gombal, biarlah lugu asalkan jujur. Biar agak kampungan asal moderat romantis.
Togi baru tahu kalau gadis itu pernah mengajar anak sekolah minggu di satu gereja. Dia gadis alim, rajin ke gereja, dan aktif dalam kumpulan naposo bulung (muda-mudi). “Aku lebih suka lagu rohani daripada mendengar lagu pop”, katanya satu ketika. Pada waktu senggang, Rugun juga suka belajar main organ ke rumah pendeta. Dia punya citarasa seni musik, dan mengerti notasi balok.Ketika remaja sekarang gandrung lagu-lagu Dewa,Ungu, atau Peterpan, Rugun justru paling senang lagu klasik Indonesia mau pun Barat. Togi pernah dengar Rugun berulang-ulang main piano mengalunkan instrumental ”I Cant Help falling in love with you”. Pada hal lagu itu lagu zaman baheula yang pertama kali dinyanyikan Elvis Presley dan Natking Cole. Kalau lagu Batak, maka Rugun tak pernah absen mendendangkan Aek Sarulla tu dia ho lao, atau Anju Au. Suaranya lumayan merdu, bahkan di ruang telinganya Togi, suaranya cenderung eksotik melankolik.” Aku dukung kalau kamu coba tampil di Indonesia Idol,” kata Togi. Disanjung begitu Rugun sebenarnya bangga, tapi ia menyahuti sanjungan itu dengan menonjok perut Togi. Togi pun mengaduh kesakitan. ”Kalau aku kenapa-kenapa tak jadi masalah, ada perawat di depanku akan capek merawat,” rintih Togi.
Bulan Desember menjelang penutupan tahun, mereka resmi pacaran. Togi super aktif mengunjungi Rugun, kalau tidak ke Pustu, ya ke rumah kostnya di tepi jalan raya Sumatera.. Namanya pun sudah pacaran, tentu kemesraan boleh dilaksanakan, asal tetap dalam lingkaran, seperti didendangkan band cewek Dara Puspita, dulu. Dan salah satu bentuk kemesraan orang kasmaran, boleh-boleh saja berduaan di terang hari atau di malam ketika bintang bertabur di langit, atau saat bulan mengintip di celah awan. Dan kalau sudah berduaan, apa pun bisa terjadi. Tergantung kedua belah pihak untuk menjaga agar tidak melanggar tapal batas yang diisyaratkan adat dan agama.
Togi sudah lama memendam keinginan mengecup bibir pacarnya. Togi berkhayal, kalau sudah berciuman berarti sudah merasakan sentuhan gigi putih bersih yang dikaguminya itu. “Oh betapa harum bau mulutnya, betapa bersih nian giginya tak terbayangkan”, gumam Togi dalam hati. Menjelang tidur ia sering berilusi seperti itu. Dipegangnya tangan Rugun, tangan yang lembut seperti tangan bayi. Lalu rambut ikal lewat sebahu itu dibelainya, dan ia menunduk untuk mencium bibir Rugun. “Ah, jangan dulu bang, jangan dulu”, si gadis menolak secara halus,memalingkan muka. Malu-malu tapi mau? Bisik Togi dalam hati,menghibur diri. Cowok harus berlatih sabar kalau cita-cita mau kesampaian.
Togi mengalah, walau hatinya memang kecewa. Sudah lima kali Rugun selalu menolak untuk dicium. “Kenapa kau selalu menolak sayang, padahal aku tidak meminta lebih dari ciuman”, Togi mengeluh tapi suaranya lembut, takut Rugun tersinggung.
Dalam remang cahaya bulan tanpa bintang di langit, Togi melihat Rugun tersenyum. Betapa indahnya senyumnya, dan Togi membayangkan betapa bagusnya gigi itu bila Rugun tersenyum. “Apakah aku harus bilang kalau aku sedang sakit gigi, dan hingga sekarang belum sembuh-sembuh?”, kata Rugun di antara semilir angin malam mendayu-dayu. Togi agak kaget mendengarnya. Sakit gigi? Ah yang benar. Masya gigi sebagus itu dibilang sakit. Jangan-jangan Rugun hanya berdalih karena memang tak suka dicium lelaki. Atau,memang Rugun sama sekali belum pernah mengenal apa itu kissing?
“ Memangnya kamu sakit gigi benaran?” Togi bertanya penasaran siang esoknya ketika jumpa lagi di tanggul Aek Sigeaon, sungai yang mengalir membelah kota. Rugun baru belanja sesuatu dari toko, dan Togi menggandengnya di atas tanggul menunggu ada angkot membawa Rugun ke tempat kosnya.
Rugun tersenyum melihat wajah Togi yang berubah.“ Kenapa? Kita tanya saja gigiku…hei gigi kenapa kamu sakit”, Rugun bergurau sambil menunjuk giginya. Togi tertawa geli. Sekali-sekali bergurau, Rugun begitu lucu. Tai lalat di sudut bibirnya ikut bergerak-gerak.
Pernah satu ketika, Togi datang ke Pustu. Waktu itu Rugun baru selesai makan. Mereka pun ngobrol seperti biasa. Tapi Togi melihat di celah gigi Rugun terdepan ada sisa sayuran daun ubi melekat. Rupanya Rugun tadi kurang berkumur selesai makan, gumam Togi. Dalam pandangan matanya keindahan gigi itu jadi berkurang dengan hadirnya sisa sayuran daun ubi tumbuk di antara gigi yang bagus itu. Tapi Togi tak tega mengkritisi soal daun ubi yang melekat di antara gigi itu. Itu namanya mempermalukan? Togi hanya membuat suatu ilustrasi.
“ Kau pasti baru siap makan”, katanya sambil menatap wajah Rugun.
“ Dari mana kau tahu aku baru makan. Memang kau paranormal kesiangan ya”, Rugun mencibirkan bibir.
“Jangankan tau kau baru makan, sedang apa lauk sayur yang kau makan juga aku tau”, Togi berkata serius.
Rugun melengak memandang Togi.”Hah? Coba kalau kau betul paranormal, tadi aku makan pake sayur apa?”
“Pasti kita selera yang sama, paling suka makan daun ubi tumbuk, apalagi kalau dimasak santan”.
Rugun penasaran, berdiri.”Lho, kau tau dari mana aku makan sayur daun ubi, hah”.
Togi menjawab dengan tenang sambil menunjuk kaca oval tergantung di dinding.” Coba pergi ke depan kaca itu, kamu tau jawabnya”. Dan Rugun terbahak-bahak seraya menutupi mulut dengan tangan, setelah mengaca wajah di cermin.
Hubungan asmara mereka tetap intim, meski tanpa ciuman. Togi makin penasaran saja, tapi harus bersabar sampai Rugun benar-benar siap untuk dicium. Sudah jalan tujuh bulan hubungan ini, tapi masya begitu lama alasan dia sakit gigi melulu. Togi tak habis pikir menduga-duga. Sulit dipercayainya, gadis muda secantik Rugun mengidap sakit gigi kronis. Mana mungkin gigi yang teratur rapi dan bersih ternyata ada kekurangannya. Tak ada tanda-tanda sama sekali kalau di antara gigi itu ada yang tak beres. “Semoga sakit gigimu cepat sembuh, apa tak sebaiknya di bawa ke dokter gigi?”, Togi bertanya, terus penasaran. Rugun mengatakan, sudah ke dokter gigi, dan minggu depannya lagi masih disuruh datang ke prakteknya di kota.
DUA minggu berikutnya, Togi akan mendapatkan jawabannya. Seperti biasa Togi mengendarai Supra Fitnya ke Pustu tempat Rugun bertugas. Diparkirnya keretanya di halaman dekat rimbun bunga bougenvile. Suasana agak lengang. Angin berhembus dari arah pegunungan.Togi melihat pintu Pustu tertutup, tidak seperti biasanya. Mungkin Rugun sedang pergi ke tetangga sebelah, atau jangan-jangan sedang tidur istirahat. Panas terik matahari siang itu memungkinkan seseorang tidur. Barangkali tadi banyak pasien yang harus dilayaninya.
Pada ketukan keempat baru pintu dibuka. Rugun berdiri di ambang pintu, tapi tak seperti biasa bibirnya tidak menghadirkan senyum. Rugun memegangi wajahnya sebelah kanan, seperti menahan rasa nyeri. Togi memegangi tangannya bertanya:” Apa kamu masih sakit gigi,sayang…?”
Rugun menggeleng, beranjak menuju bangku panjang di sudut ruangan diikuti Togi. “ Barusan aku ke rumah sakit, gigiku yang sakit sudah dicabut, kata dokter supaya tidak menjalar ke gigi yang lain”.
Togi terhenyak ketika Rugun memperlihatkan giginya. Togi melihat, salah satu gigi kesayangannya tepat pada posisi gigi taring sebelah kanan sudah bolong. Astagah, hanya gara-gara satu gigi saja tak ada di tempatnya sudah membuat perubahan yang sangat mencolok. Togi terpana kecewa, kesal, marah, ataukah prihatin namanya bergayut di benak . Nyata benar bedanya, seperti bunyi iklan salah satu sabun mandi. Rugun masih tetap cantik, tapi kecantikannya telah dirusak oleh hilangnya salah satu gigi taring terdepan. Togi tertegun beberapa saat, menyembunyikan kekecewaannya. Kenapa engkau rela gigimu yang bagus dicabut dokter tanpa pemberitahuan padaku. Padahal satu ciuman pun belum sempat kau berikan. Oh gigi….! Togi melihat satu perbedaan sangat besar pada diri kekasihnya dengan hilangnya satu gigi yang selalu dikaguminya itu. Entah kenapa senyuman Rugun tak seindah dulu lagi semasa giginya berbaris lengkap saat tertawa atau senyum. Senyumannya terlihat lucu di matanya. Dan entah mengapa, keinginan Togi yang selalu menggebu mencium kekasihnya mulai berkurang, bahkan lama-lama hilang sama sekali. Aneh, bisiknya di hati. Mana yang benar, aku mencintai gigi indahnya ataukah mencintai Rugun seutuhnya. Seribu satu galau menerpa benaknya hingga berminggu-minggu.
Tak jelas endingnya,apakah kisah percintaan mereka berlanjut ke pelaminan,atau bagaimana. (Dikisahkan seorang teman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar