Sejumlah pemrakarsa Protap ketika turun ke Tapanuli baru-baru in diantaranya Chandra Panggabean, Sanggam Bakara, dll |
Provinsi Tapanuli (Protap) itu sudah lama masuk ranah obsesi. Tapi, yang pasti aktualitasnya baru mengemuka sejak digelarnya Kongres Rakyat tahun 2002 (kalau tak salah) di Lapangan Serbaguna,Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Hadir ketika itu EE Mangindaan anggota DPR-RI, sejumlah pejabat lokal dan regional Sumut, beberapa orang yang mengklaim dirinya penggagas/pemrakarsa pembentukan Protap, dan para tokoh adat/masyarakat dari kabupaten terdekat.
Rencana pembentukan Protap sekian lama terganjal, entah apa
yang mengganjal dan siapa juru ganjal. Sepertinya rencana itu dijauhi
Dewi Fortuna. Belum nasib bisa terealisasi, agaknya. Muncul pula tragedi
di Gedung DPRD Sumut beberapa waktu lalu. Rusuh! Berdampak
digelandangnya sejumlah aktivis Protap ke hotel prodeo. Sudah itu,senyap
beberapa waktu. Media juga seakan break tak mengutak-atiknya lagi.
Sementara sejumlah tokoh yang dianggap pemrakarsa dan dituding terlibat
aksi di DPRD Sumut, masih mendekam di penjara.
Waktu terus berjalan. Satu demi satu mereka yang diberi predikat
pejuang Protap, dibebaskan usai menjalani hukuman. Mereka disambut
sukacita saat menghirup udara kebebasan. Mereka dianggap telah menoreh
sejarah memperjuangkan suatu cita-cita besar untuk memajukan kampung
halaman yang masih tertinggal dibanding daerah lain. Banyak orang yakin,
realisasi Protap hanya menyangkut proses yang berbelit. Di lain pihak,
ada pula anggapan perjuangan “halak hita” di pusat serba tanggung,
kurang kompak, atau tak seirama (?). Entahlah.
Belakangan, isu Protap berembus lagi dari sumber-sumber yang
diklasifikasi terpercaya dan maha tahu perkembangan teranyar seputar
rencana itu. Isu itu berubah jadi sinyal, ketika ada tim dari Depdagri
dan Komnas HAM, turun ke wilayah cakupan Protap untuk observasi. Ada
pertemuan khusus digelar di Nias dan Tarutung, dihadiri unsur eksekutif
dan legislatif. Materi pertemuan, ya itu tadi: Ada tanda-tanda rencana
itu sudah di ambang pintu, dengan digelarnya pembahasan lebih serius di
DPR-RI. Statemen-statemen pun mulai lagi bermunculan di media cetak dan
online. Tapi kegembiraan bagi sebagian masyarakat perlahan pudar lagi,
ketika beberapa bulan sejak tim itu turun, belum juga ada perkembangan
terbaru yang mengindikasikan rencana pembentukan Protap bakal terwujud.
Asa yang kerap berkibar. timbul tenggelam oleh ketidakpastian.
Jelang pemilihan legislatif April lalu, anggota DPR dari Komisi
VII, Johnny Allen Marbun rajin turun ke daerah pemilihan di mana ia akan
mendulang suara untuk bisa duduk kembali untuk ketiga kalinya. Pada
beberapa kesempatan bertemu dengan rakyat di desa, Johnny Allen dengan
nada optimis menyebut Protap segera akan terwujud. Dan terbentuknya
Provinsi Tapanuli merupakan hadiah dari SBY untuk rakyat Tapanuli yang
mendukung Protap. Para warga desa pun manggut-manggut, tapi mereka yang
kurang paham makna Protap, cuma mendengar tanpa reaksi.
Pileg pun tuntaslah sudah. Toh Protap juga masih berkutat di
relung impian. Kabar makin gencar berembus. Ada yang bilang tahun ini
(2014) Protap akan direalisasikan. Tapi suara lain mengusung pesimisme,
Protap digembar-gemborkan setiap jelang pemilu, semacam komoditi politik
yang laku dijual ke tengah khalayak yang polos, yang tak tahu apa-apa,
yang tak berambisi apa-apa.
Senyap lagi. Hanya sesekali ada media tertentu, mengangkat berita
seputar Protap, itu pun berupa komentar atau pendapat pribadi orang per
orang. Dari pada senyap sama sekali sehingga rakyat juga bisa lupa, baik
juga itu sesekali ada media yang memunculkannya ke permukaan.
Lalu repot-repot menjelang pilpres mulai lagi ada
prediksi-prediksi mengaitkan capres dengan Protap. Muncul ragam
pendapat/komentar yang bisa meredam apatisme. Di satu sisi ada yang
optimis jika Prabowo menang, Protap akan berdiri. Tapi di pihak lain
juga yakin sekali hanya Jokowi yang akan memberi perhatian, apabila dia
yang keluar sebagai pemenang pilpres. Tak jarang terdengar komentar
warga menjagokan Jokowi atau Prabowo misalnya, dengan harapan Protap
bakal terwujud setelah presiden yang baru. Hal itu bisa dipahami,
mengingat 10 tahun SBY berkuasa, hampir sulit mendapat informasi yang
valid apakah SBY tertarik mengenai Protap atau menganggap itu hal-hal
biasa dari dinamika reformasi yang terus berkembang.
Angin pesimisme itu masih juga mengganggu. Seperti pemberitaan salah satu media lokal, kemungkinan pembentukan Protap masih terganjal lagi. "RUU Pemekaran Protap Bakal Ditinggal". Begitu judulnya. Maka orang yang membacanya pasti berwajah masam. Soalnya, di situ yang bicara adalah mendagri Gamawan Fauzi, salah satu pemegang kunci jadi tidaknya pemekaran satu wilayah terealisasi. Meski secara eksplisit Gamawan tidak merinci langsung tentang RUU Protap, namun sudah disampaikan oleh pejabat teknis di Kemendagri, bahwa Protap masih punya masalah terkait posisi Kota Sibolga."Kita memang sudah kaji persyaratan-persyaratan 65 RUU itu,tapi saya rahasiakan dulu," kata Gamawan menggelindingkan teka-teki. Disebutkan pula, peranan gubernur sangat penting mrncari solusi terhadap ganjalan pembahasan RUU pemekaran. Jika gubernur menjamin tak ada masalah lagi di lapangan, itu akan dijadikan acuan pemerintah dan DPR untuk mengesahkan RUU menjadi UU," tegas dia.(New Tapanuli 26 Juli 2014).
Nah, pertanyaan pun menggelinding ke arah gubernur Sumut. Akankah Gatot sebagai gubernur proaktif menyikapi isyarat yang dilontarkan Mendagri Gamawan itu? Hal itu akan tergantung pada persepsi dan sikap gubernur Sumut, apakah rela provinsi yang dipimpinnya saat ini dipecah-pecah. Itu akan kelihatan dari respon orang nomor satu di Pemprovsu tersebut.
Sementara itu, menarik juga menyimak sesi adu mulut dua warga berbeda
dukungan capres terkait Prorap ini. Yang satu berseru mantap, “Kalau
Prabowo menang, Protap pasti segera terbentuk”. Yang satunya lagi
bersuara lebih tegas lagi, “kalau aku bilang, hanya Jokowi yang akan
memberi perhatian terhadap Protap, jika dia yang menjadi presiden
menggantikan SBY. Mendengar perbantahan dua orang itu, saya hanya
merenung, mengkaji ulang, tak bisa menyimpulkan apakah Jokowi (kalau
sudah sah jadi presiden) akan memperhiungkan perlu tidaknya Protap itu.
Mungkin banyak di antara timses Jokowi adalah orang Tapanuli. Tapi
pertanyaannya: apakah setelah nanti Jokowi jadi presiden, mereka mau
tahu (perduli) mengenai Protap? Mudah-mudahan saja mereka tak lupa
membisiki presiden yang baru, “Pak, jumlah pemilih bapak di wilayah
cakupan Provinsi Tapanuli itu cukup signifikan. Bayangkan lho Pak, suara
untuk bapak di Tapanuli Utara saja tembus pada angka 91 persen…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar