Kamis, 04 September 2014

Kepala Wartawan Itu Diponggol, Paus Berduka





Paus Fransiscus

   EKSPRESIANA,Jakarta - Bagaimana rasanya kalau kepala "diponggol" (digorok) dengan pisau atau golok. Susah melukiskan dengan kata-kata, kecuali dengan kata hati. Seperti apakah sakitnya saat sebilah belati atau golok yang telah diasah setajam-tajamnya singgah di kulit leher.Itulah yang terjadi pada wartawan Amerika Serikat, James Wright Foley, seperti dilansir media di seluruh dunia. Pemimpin Katholik,Paus Fransiskus telah menghubungi keluarga wartawan itu menyatakan dukacitanya yang mendalam, pada Kamis 21 Agustus 2014. Media internasional ramai mempublish kunjungan pemimpin umat Katholik itu.
 Wartawan Foley, 40 tahun, dilaporkan menghilang pada 22 November 2012 saat bertugas untuk GlobalPost di Suriah bagian barat laut, dekat perbatasan Turki. Ia kemudian muncul dalam video yang dirilis ISIS di YouTube, Selasa, 19 Agustus 2014. (Baca: Foley Diduga Dipenggal Milisi ISIS Asal Inggris) Juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, mengatakan Paus menyampaikan duka citanya secara pribadi kepada keluarga Foley yang tinggal di Rochester, New Hampshire. "Keluarga Foley merasa terharu dan diberkati karena tindakan Paus," kata Lombardi dalam wawancaranya dengan NBC News, Kamis, 21 Agustus 2014.
  Siapa James Foley dan kenapa Paus tertarik kepada keluarganya? Sebuah laporan yang dipublikasikan di situs Universitas Marquette mengungkap sisi lain Foley. Doa rupanya menjadi bagian penting dalam kehidupan Foley, demikian laporan situs universitas tersebut. Foley lulus dari universitas Katolik yang dikelola pastor-pastor Jesuit, ordo yang sama dengan Paus Fransiskus, pada 1996. Foley pernah membagikan pengalamannya kala pertama kali diculik loyalis Khadafi pada 2011 di tengah medan pertempuran Libya. (Baca: Kasus Wartawan Foley, Obama: ISIS seperti Kanker)

  Dalam tulisannya di media universitas tersebut, Foley mengungkapkan kerinduannya kepada sang ibu. "Saya berdoa ibu saya tahu bahwa saya baik-baik saja. Saya berdoa saya bisa menyampaikan hal ini kepadanya melalui semesta. Saya berdoa hingga berlutut dan ini menolong pikiran saya untuk tetap fokus. Ketika berdoa, saya menyampaikan kelemahan dan harapan saya bersamaan sehingga ini menguatkan saya. Lebih baik bercakap-cakap dengan Tuhan daripada hanya diam." (Lihat: Melihat Kegiatan Jurnalis James Foley Semasa Hidup)

  Diane Foley, sang ibu, sempat menuliskan pesan di halaman Facebook, "Free James Foley." Ketika ibunya mengetahui Foley telah tiada, ia kembali menuliskan pesannya. "Kami tidak pernah sebangga ini terhadap Jim, putra kami. Dia memberikan hidupnya untuk memberitakan kepada dunia bagaimana warga Suriah menderita. Kepada para penculik, kami mohon untuk membebaskan tawanan yang tersisa. Seperti Jim, mereka tidak bersalah. Mereka tidak bisa mengendalikan kebijakan pemerintah Amerika di Irak, Suriah, atau belahan mana pun di dunia. Kami mengucap syukur atas suka cita yang Jim pernah hadirkan dalam hidup kami. Dia adalah putra, saudara, jurnalis, dan pribadi yang luar biasa. Kami meminta publik untuk memberi kami privasi pada hari-hari kami berduka cita."

  Dalam video yang dirilis ISIS, sebelum dipenggal dengan belati, Foley sempat menyampaikan kata-kata terakhirnya. “Aku berharap memiliki waktu lebih banyak. Aku berharap bisa memiliki harapan untuk bebas dan melihat keluargaku sekali lagi,” ujar Foley. Tak lama setelah itu, kepala Foley dipenggal dengan sebilah pisau. (Baca: Penyebab AS Gagal Selamatkan James Foley dari ISIS)

  Dalam video itu pula terlihat jurnalis lain asal AS yang diyakini sebagai Steven Sotloff. Kontributor Time tersebut diculik pada 2013 di Suriah. Setelah mengeksekusi Foley, seorang pejuang ISIS berdiri di samping Soltoff mengatakan, "Kehidupan warga negara AS ini, Obama, tergantung pada keputusan Anda berikutnya." (Baca: Kesaksian Dua Sandera Prancis tentang Foley) (Sumber:Tempo.Co)

NBCNEWS | HUFFINGTON POST 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar