Minggu, 14 September 2014

STORY: Aroma Kekasihku Kok Aneh Ya...!





(KHAS SARINGAR.Net)= Jangan anggap remeh soal aroma atau bau badan. Sadar atau tidak, seluruh dunia bisa terganggu kalau ada aroma tak sedap mengembara sembarang tempat. Ini kisah singkat tentang apa yang disebut dengan aroma.
Siapa pria  yang tidak ngiler melihat gadis seperti Bella. Wajah memang tak tergolong cantik seperti Bella Saphira Simanjuntak. Tapi bodinya itu, dagooh...bukan main seksinya. Apalagi kalau Bella pakai jins ketat nomor 30, tampaklah format aslinya. Bokong yang penuh, paha yang padat, sampai kakinya yang modelling. Bukan main!
            Saat Bella melintas di depan warnet itu, mata setiap pria, tak peduli tua atau muda, seakan kena hipnotis. Tak berkedip menatap, menghentikan pembicaraan yang tadinya super serius .Menatap ke Bella, membayangkan, menganalisis, mengukur, atau jangan-jangan berhalusinasi tentang sesuatu yang mendebarkan. Atau lihat juga ke bagian atas. Bodi Bella yang dibalut blus ketat gantung model gila sekarang. Sepasang apelnya yang ranum menonjol padat, pinggang ramping, dan sekilas tampak kulit putih di atas bokongnya membuat kaum Adam terkagum-kagum.
            Semuanya,begitu dipuji dan dipuja Marihot sejak pertama  bertemu Bella di warnet. Marihot lagi kesal karena loading yahoo.com seperti keong. Lebih setengah jam, situs yang dicari tak juga nongol. Dengan marah membuncah, Marihot mengklik sign-out. Tapi itu batal, ketika sosok cewek baru masuk membuat jantungnya berdebur. Kebetulan kamar 9 yang dituju si cewek berseberangan dengan kamar 4 dimana Marihot mangkal sudah satu jam. Bah, dewi dari situs mana pula ini, gumam Marihot, kembali duduk lesehan menghadapi monitor.
            Secara kebetulan pandang mata mereka tabrakan. Si cewek tersipu, mengalihkan mata, tapi justru mata  Marihot ngotot menatap. Detik berikutnya si cewek mengerling, ketika Marihot melirik. Lalu, entah kenapa Marihot senyum, si cewek juga senyum. Bah, ada apa ini, belum kenal sudah ada senyuman.
            Dasar anak muda enerjik, Marihot cari akal. Puter otak kanan dan kiri, bagaimana modus untuk berkenalan. Owu, ada inspirasi berkelebat bagai kilat. Marihot orangnya pede. Tak ragu menangkap inspirasi.Kunci sukses seseorang adalah kemampuan menangkap sinyal kesempatan untuk dikelola. Ia teringat petuah Dale Carnegie.
            Marihot menuju kamar 9. Si cewek mendongak, menatap Marihot. Dan Marihot menyapa:”Maaf, boleh mengganggu sebentar?”
   Si cewek tipe low profile. Dia senyum ramah. Giginya teratur, bersih.” Tak apa bang, ada apa?”
            ” Aku kesulitan mengirim email. Maklum baru datang ke dunia maya”, Marihot berkata tanpa ragu.
            Gadis itu beranjak dari duduknya.” Ah, yang benar. Masya ngirim email aja tak bisa.Emangnya dulunya di dunia mana". Suaranya empuk, enak didengar,ada nuansa jenaka. Marihot suka dengan suara itu. Blus liris-liris yang dipakainya begitu sepadan dengan jins ketat yang membalut tubuhnya bagian bawah. Begitu pas. ”Kamu pasti seperti kapstok baju, apapun kamu pakai pasti cocok’, gumam Marihot. Tapi di dalam hati.
  Merekapunberkenalan.”Namaku Marihot, panggil saja Hot,artinya panas,”, kata Marihot sedikit bergurau. Dijabatnya tangan si gadis. Bah, halusnya tangan itu. Serasa ada aliran listrik menyetrum kulit Marihot.
            ”Aku Bella, tapi bukan Bella Saphira Simanjuntak. Namamu seperti orangnya,hot ya, hangat, blak-blakan?’, balas si gadis.Senyumnya mekar, membuat belahan kecil di dagunya begitu menarik. Rupanya Bella tipe cewek moderat juga, tak sungkan. Bahkan ada tanda punya sense of humor.
            Di kamar 4 yang lumayan sempit dan agak pengap itu, mereka duduk cukup rapat. Bella serius memberi petunjuk cara mengirim e-mail. Marihot sempurna dengan kepura-puraannya.” Nah ini dikontrol A dulu, baru di copy, kemudian paste”,terang Bella.
            Mana ada secuil pun perhatian Marihot ke petunjuk yang diberikan Bella. Mata Marihot
hanya menatap jemari halus Bella yang  kayak jari bayi. Mata Marihot juga sembunyi-sembunyi melirik sepasang apel yang begitu dekat dengannya. Mata Marihot juga sempat melirik paha Bella yang padat dalam posisi lesehan seperti itu. Pussikalayangnya...Marihot berdecak dalam hati.Bukan main gempalnya. Padat terbungkus celana jins yang serasi. Ggaya terkini cewek gaul sweetseventeen.
            Semua itu terbayang kembali sepulang Marihot ke rumah. Dua tiga kali lagi mereka bertemu. Selalu Marihot punya alasan untuk diajari lagi. Bella rupanya sudah piawai dalam komputer. Dia D-3 manajemen komputer. Pantesan, jarinya lincah menari-nari mengklik tuts komputer.
            Mereka pun makin rajin janjian temu di tepi sungai. Pada gelapnya malam tak berbulan tak
berbintang, pada malam bergerimis, pada malam gulita tanpa bintang gemintang. Makan mie sop, nasi goreng, atau minum juice terong belanda. Marihot pun harus rajin juga merogo kocek, apa boleh buat. Menangkap burung aja perlu jerat, memikat gadis perlu modal. Tak cukup performa ganteng, and last but not least, ya money. Waktu akan terus berjalan. Bunga tumbuh makin subur bila ditabur pupuk, asmara bersinar bila frekuensi pertemuan makin meningkat.
            TETAPI...tunggu dulu. Empat kali bertemu dalam jarak rapat dengan Bella, sepertinya ada yang mengganggu Marihot di bagian hidung. Ada sesuatu aroma yang tak enak menyusup ke lubang hidungnya. Bau apaan ini. Parfum? Eau de cologne Paris? Atau Pierre Cardin? Madonna kah? Atau Riviera buatan Argentina? Tapi tak mungkin. Kadang, Marihot berupaya mencari asal aroma aneh itu, dengan mengendus ke sana kemari. Kenapa kalau Bella agak menjauh, aroma itu berkurang dan sirna. Marihot diganggu sangkaan yang bukan-bukan. Tapi ia kurang percaya.Tak mungkin, tak mungkin, gadis sebersih dan secantik Bella punya aroma seperti itu.
            Setelah mereka resmi pacaran, aroma itu senantiasa hadir. Terutama saat Marihot memeluk dan mencumbu Bella di tepi sungai itu. Kadang gairahnya anjlok, begitu aroma tak disukainya itu menebar ke hidungnya. Hidung Marihot mengendus-endus, dari mana sumbernya. Marihot tiba-tiba teringat pada suatu aroma yang mirip seperti itu. Rasanya sudah lama sekali.Bau tak sedap itu pernah akrab dengan masa kecilnya. Ya, tak salah lagi. Marihot ingat namboru Maryati, saudara ayahnya. Dulu, jauh di masa lampau, namboru Maryati lah yang paling sering menggendong Marihot. Tapi Marihot sering tak suka mencium bau tak enak namborunya saat Marihot sudah dininabobo
di punggungnya. ”Bou bau,ah”, sering Marihot menyindir dalam kepolosannya. ” Huuss, namboru wangi kok”, celoteh namboru Maryati, kadang mencubit paha Marihot agar cepat tidur. Dan meski sudah merebahkan kepalanya di punggung namboru Maryati, selalu ia sulit tidur. Bau tak sedap dari arah ketiak namboru Maryati membuatnya merasa tak nyaman. ”Namboru bau gedek-gedek...”, Marihot ingat kata-kata itu sering terucap dari ibunya.   
            Itu sudah lama berlalu, di masa kecil. Marihot tak pernah ingat lagi  kalau saja ia kini tidak sedang dekat dengan Bella. Dan Marihot paling tak suka aroma seperti itu hadir lagi menyentuh ruang ciumnya. Dia sulit melukiskan, aroma macam apakah yang melekat pada diri Bella. Aroma itu jelas sangat mengganggu. Kadang suasana romantis jadi buyar, ketika
malam-malam minggu seperti biasa, Marihot duduk bercengkerama dengan Bella di pinggiran Aek Sigeaon.
  Sambil melempar batu kecil ke sungai yang mengalir deras, Marihot berkata:”Apa Bella suka parfum?”
            Lho, pertanyaan yang ngawur. Bella sedikit heran, berpaling pada Marihot. Lalu Bella menyahut sambil menggeleng ”tidak, aku tak begitu suka parfum”. 
   Marihot menyeruput sebatang rumput ilalang yang tumbuh di tanggul sungai, menggigit potongan rumput itu.” Aku suka dengan aroma rambutmu. Kamu rajin keramas pakai sampo”, Marihot seperti berucap sekadar mengisi pembicaraan. Tapi di luar dugaannya, Bella membantah.”Aku tak begitu suka sampo, mama mengajarkan kami tidak pakai sampo  cuci rambut”. Marihot melengak, heran.”Bah, jadi cuci rambut pakai apa?”. Tak masuk di akal di jaman modern yang serba pewangi sekarang ini, ada gadis mengaku tak pakai sampo.
    ” Aku pakai ramuan lidah buaya alami aja, mama juga begitu. Atau kadang pakai daun sirih”, terang Bella tanpa ragu. Lalu ia mengurai rambut halusnya, memberikan bagian ujungnya pada Marihot.” Nih coba cium, apa ini bau sampo”. Dan Marihot mendekatkan hidung ke ujung rambut indah itu. Diendusnya, diendusnya cermat. Ternyata memang rambut Bella tak memancarkan aroma sampo yang biasa tercium hidung. Aromanya lain, tak bau tapi tak begitu wangi. Memang seperti ada aroma daun sirih tumbuk, atau aroma lain yang sulit didefinisikan dengan hidung.
   ” Kamu tak suka aku tidak pakai sampo?”, Marihot kaget atas pertanyaan itu. Buru-buru Marihot berkata” ah, tidak, bukan soal tak suka. Aku suka dengan aroma rambutmu”, lalu tangannya membelai rambut Bella yang melambai ditiup angin malam. Dan Marihot terkesiap, ketika Bella seperti sinis berkata:”Ah, abang bohong. Abang tak suka bau rambut Bella kan? Abang menyembunyikan sesuatu...Bella menggigit bibir sensualnya. Matanya memancarkan nuansa kesal. Tapi itu membuatnya tambah menarik.
  Di malam berikutnya, mereka duduk nyantai lagi di tanggul sungai itu. Langit cerah, penuh bintang, tapi bulan samar tertutup awan. Marihot sudah pikir-pikir dari tadi, soal aroma yang memancar dari tubuh Bella. Apa  gadis secantik Bella tidak menyadari kalau ada sesuatu dari tubuh indahnya yang menghadirkan ketidaknyamanan lingkungan? Dipeluknya Bella, dielusnya tangan halus itu, dikecupnya pipi lembut itu, dibelainya rambut halus berkibar itu. Dan pada saat seperti itu, aroma itu hinggap lagi di ruang hidungnya. Angin malam yang bertiup dari Utara mengantar aroma itu lebih lama ke hidung Marihot. Waduuuh...tak banyak beda dari aroma namboru Maryati yang sering menggendongnya waktu kecil.   
   Marihot ingin berterus terang, menanyakan masalah aroma itu. Tapi mulutnya terkunci, takut Bella tersinggung. Marihot bertanya-tanya dalam hati, apa mungkin Bella mengidap penyakit bau gedek-gedek (bau ketiak) seperti namboru Maryati? Kenapa saat bercumbu, saat hidung Marihot mendekat arah leher dan ketiak Bella, aroma itu sangat mengganggu? 
    Itu jadi problem berlarut-larut yang terpendam di hati Marihot. Lama-lama kasih sayang bisa pudar. Lama-lama romantisme bercinta mengendur. Lama-lama Marihot hilang gairah mengajak Bella bermalam minggu. Dan itu terasa bagi Bella. Suatu hari, Bella mengirim SMS:” Tiga kali abang tak menemui Bella malam mingguan seperti biasa. Bella tau abang bohong dengan macam alasan abang. Tapi abang tak terus terang. Bella tau, abang tak suka dengan aroma yang ada di badan Bella, kan? Abang takut Bella bila itu abang tanyakan ke Bella...”
   Kaget Marihot membacanya. Sebelum ia sempat membalas untuk membantah, datang SMS kedua. Bunyinya lebih mengejutkan.” Bella ditakdirkan mengidap penyakit bau badan seperti itu. Kayaknya sih penyakit turunan, sebab dari nenek sampai mama juga begitu. Bella sudah coba segala macam obat dan parfum, tapi sia-sia. Bella tau abang kecewa karena aroma memalukan ini. Kalau abang menjauh dari Bella karena alasan itu, Bella mengerti. Bella juga menerimanya walau dengan sedih. Abang tidak mencintai Bella seutuhnya, kan? Aroma tak sedap aja telah membuat cintamu buyar ditiup angin...
  Marihot terpelongo. SMS balasan yang dikirimkannya tak pernah terkirim berkali-kali. Ditelepon juga tak aktif-aktif. Esoknya dicarinya Bella, esoknya dicari lagi, mau mengatakan kalau dia tetap sayang dan cinta pada Bella. Tapi Bella seakan raib begitu saja, entah kemana. Dan suatu hari, Marihot dapat informasi dari Juniar tetangga Bella.” Bella sudah berangkat ke Surabaya bang, sudah tiga hari ini. Dia dapat panggilan kerja dari perusahaan Korea”. Bah! Marihot merasa tenggorokannya kering. (LEONARDO TS/Ditulis di Siantar-pernah dipublikasikan di majalah HORAS Jakarta, dan Kompasiana.Com) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar